Nafis, Fardha Ad Durrun (2019) Pengaruh Penggunaan Tepung Bonggol Pisang Sebagai Pengganti Bekatul Dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Itik Pedaging. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bonggol pisang adalah bagian bawah dari tanaman pisang yang menggelembung, bulat dan besar seperti umbi, merupakan salah satu limbah perkebunan yang dihasilkan dari pemanenan tanaman pisang. Tepung bonggol pisang mengandung BK 92,64 %, PK 1,71 %, LK 1,5 %, SK 7,85 %, abu 7,04 % dan karbohidrat 89,75 %. Kandungan karbohidrat yang tinggi dan pati sehingga akan memudahkan dalam proses pencernaan dalam ternak unggas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan tepung bonggol pisang sebagai pengganti bekatul mampu memberikan pengaruh terhadap penampilan produksi itik pedaging yang meliputi konsumsi pakan, Pertambahan Bobot Badan (PBB), konversi pakan, Indeks Produksi (IP) dan Income Over Feed Cost (IOFC). Penelitian ini dilakukan secara in vivo dimulai bulan November sampai Desember 2018. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di peternakan milik bapak Tito di Dusun Rejoso, Desa Junrejo, Kota Batu, Malang. Analisis kandungan zat makanan bahan pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya serta di Laboratorium Pakan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Kabupaten Blitar. Materi yang digunakan adalah 100 ekor itik pedaging tanpa dibedakan jenis kelaminnya dengan strain Hibrida persilangan dari itik Peking (jantan) dan Khaki Campbell (betina) yang telah berumur 20 hari dengan rataan bobot badan yang digunakan adalah 410,52 ± 95,25 g dengan koefisien keragaman sebesar 23,20 %. Kandang yang digunakan menggunakan kandang panggung terdiri dari 20 flock dengan ukuran masing-masing kandang panjang 1,2 m, lebar 0,5 meter, dan tinggi 0,6 m. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan lapang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan 4 kali ulangan. Masing-masing ulangan 5 ekor itik pedaging. Perlakuan terdiri dari P0: Bekatul 10 % + Tepung Bonggol Pisang (TBP) 0 %, P1: Bekatul 7,5 % + TBP 2,5 %, P2: Bekatul 5 % + TBP 5 %, P3: Bekatul 2,5 % + TBP 7,5 %, P4: TBP 10 %. Variabel yang diamati yaitu konsumsi pakan, PBB, konversi pakan, IP dan IOFC. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan analisis kovarian (ANCOVA) dari Rancangan Acak Lengakap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan. Apabila hasil penelitian menunjukan perbedaan sangat nyata (P<0,01) atau berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan TBP sebagai pengganti bekatul dalam pakan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan. Rataan jumlah konsumsi pakan dari yang terkecil secara berurutan adalah P0 (1359,61 ± 331,11 g/ekor), P1 (1477,07 ± 238,71 g/ekor), P4 (1497,29 ± 118,86 g/ekor), P3 (1549,25 ± 155,85 g/ekor), P2 (1608,27 ± 166,25 g/ekor). Konsumsi pakan terendah yaitu pada P0 dengan bekatul 10 % tanpa penggantian TBP sedangkan tertinggi yaitu pada P2 dengan penggunaan level pengganti sebesar 5% bekatul oleh TBP. Namun, penggunaan tepung bonggol pisang pengganti bekatul dalam pakan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBB. Rataan jumlah pertambahan bobot badan dari yang terkecil secara berurutan adalah P0 (400,92 ± 26,20 g), P4 (460,99 ± 40,63 g), P2 (476,75 ± 28,70 g), P3 (539,10 ± 28,70 g), P1 (559,76 ± 91,27 g). PBB terendah yaitu pada P0 dengan bekatul 10 % tanpa penggantian TBP, sedangkan tertinggi yaitu pada P1 dengan penggunaan level penggati sebesar 2,5 % bekatul oleh TBP. Selanjutnya, penggunaan TBP sebagai pengganti bekatul dalam pakan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Rataan jumlah konversi pakan dari yang terkecil secara berurutan adalah P1 (2,82 ± 0,96), P3 (3,04 ± 0,27), P0 (3,26± 0,90), P4 (3,34 ± 0,30), P2 (3,40 ± 043). Konversi pakan terendah yaitu pada P1 dengan penggunaan level pengganti sebesar 2,5% bekatul oleh TBP, sedangkan tertinggi yaitu P2 dengan penggunaan level penggantian sebesar 5 % bekatul oleh TBP. Kemudian, penggunaan TBP sebagai pengganti bekatul dalam pakan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap IP. Rataan jumlah Indeks Produksi (IP) dari yang terkecil secara berurutan adalah P0 (466,3 ± 118,04), P4 (516,9 ± 76,32), P2 (525,1 ± 61,73), P1 (658,8 ± 132,18), P3 (754,5 ± 247,71). IP terendah yaitu pada P0 dengan bekatul 10 % tanpa penggantian Tepung Bonggol Pisang (TBP), sedangkan tertinggi yaitu P3 dengan penggunaan level penggantian sebesar 7,5% bekatul oleh TBP. Selanjutnya, penggunaan tepung bonggol pisang pengganti bekatul dalam pakan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap IOFC. Rataan jumlah Indeks Produksi (IP) dari yang terkecil secara berurutan adalah P0 (11008,46 ± 1646,32 Rp/ekor), P2 (12148,04 ± 1169,99 Rp/ekor), P4 (12188,63 ± 1686,83 Rp/ekor), P3 (14094,31 ± 363,35 Rp/ekor), P1 (15416,03 ± 2416,43 Rp/ekor). IOFC terendah yaitu pada P0 dengan bekatul 10 % tanpa penggantian Tepung Bonggol Pisang (TBP), sedangkan tertinggi yaitu P1 dengan penggunaan level penggantian sebesar 2,5% bekatul oleh TBP. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan tepung bonggol pisang sebagai pengganti bekatul sampai dengan 10 % dalam pakan memberikan hasil positif terhadap penampilan produksi itik pedaging meliputi konsumsi pakan, Pertambahan Bobot Badan (PBB), konversi pakan, Indeks Produksi (IP) dan Income Over Feed Cost (IOFC). Saran pada penelitian ini yaitu dapat dilakukan pengujian dengan metode biologis dengan proses fermentasi pada tepung bonggol pisang untuk meningkatnya kandungan zat makannya sehingga tepung bonggol pisang dapat menjadi salah satu sumber pakan alternatif yang baik bagi itik pedaging.
English Abstract
The purpose of this research was to determine the effect used of banana tuber meal as a rice bran substitute for duck performance which includes feed consumption, average daily gain, feed convertion, production index and Income Over Feed Cost (IOFC). The materials used for this research were 100 unsexing ducks (20 days old) with hybrid strains (Peking x Khaki Campbell) with average body 410,52 ± 95,25 g and coefficient of diversity 23.20 %. Method was used in this experiment was Completely Randomize Design with 5 treatments and 4 replications. The treatment were as follows, P0: 10 % rice bran + 0 % banana tuber meal, P1: 7.5 % + 2.5% banana tuber meal, P2: 5 % rice bran + 5 % banana tuber meal, P3: 2.5 % rice bran + 7.5% banana tuber meal, and P4: 10% banana tuber meal. Variabels were measured feed consumption, average daily gain, feed convertion, production index and Income Over Feed Cost (IOFC). Data were analyzed by using Analysis of Covariance (ANCOVA). If there were significant effect, it would tested by Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The result showed that banana tuber meal as a rice bran subtitute has no effect (P>0.05) on feed consumption, has effect (P<0.05) on average daily gain, has no effect (P>0.05) on feed convertion ratio, has no effect (P>0.05) on feed production index, and has effect (P<0.05) on income over feed cost (IOFC). It can be concluded that banana tuber meal as a rice bran subtitute up to 10 % in feed gives a positive result on the duck appearance performance which includes feed consumption, average daily gain, feed convertion, production index and IOFC.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FAPET/2019/284/051910070 |
Uncontrolled Keywords: | Banana tuber meal, hybrid duck, duck performance |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.5 Chickens and other kinds of domestic birds > 636.59 Other poultry > 636.597 Ducks > 636.597 2 Ducks (Breeding) |
Divisions: | Fakultas Peternakan > Peternakan |
Depositing User: | soegeng Moelyono |
Date Deposited: | 24 Sep 2020 02:28 |
Last Modified: | 24 Sep 2020 02:28 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/176011 |
Actions (login required)
View Item |