Analisis Daya Saing Ekspor Cengkeh Indonesia Di Pasar ASEAN

-, Misbakhuddin (2017) Analisis Daya Saing Ekspor Cengkeh Indonesia Di Pasar ASEAN. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Perdagangan Internasional yang selama ini dilakukan oleh Indonesia, khususnya negara-negara ASEAN dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA) menjadikan salah satu sumber penambahan devisa negara. Termasuk dalam kegiatan ekspor barang non-migas Indonesia yang terbilang besar. Konsep ini pada dasarnya menjelaskan upaya peningkatan bergaining position dalam rangka memaksimalkan pencapaian tujuan kita berhadapan dengan posisi dan tujuan pihak lain (Imawan, 2002). Pernyataan tersebut mendorong kita akan pentingnya daya saing komoditi ekspor non-migas dan akan lebih baik bila melakukan spesialisasi pada keunggulan daya saingnya. Cengkeh Indonesia salah satu komoditi yang mempunyai nilai tawar tinggi dan menjadi negara dengan produksi terbesar di dunia. Cengkeh yang dihasilkan Indonesia, sekitar 93% diserap pabrik rokok dan sisanya untuk kebutuhan kosmetik dan rumah tangga. Sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara produsen dan konsumen cengkeh dunia. Dilihat dari segi ekspor dan impornya, Singapura merupakan negara pengekspor terbesar di ASEAN dengan kontribusi 54,63% terhadap ASEAN meskipun negara ini bukan negara produsen cengkeh sementara Indonesia dan Malaysia berkontribusi 44,75% dan 1,23%. saat ini, analisis daya saing dan spesialisasi komoditas tertentu memiliki peran strategi yang penting untuk menghadapi persaingan global. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing komparatif dan kompetitif serta menganalisis spesialisasi perdagangan cengkeh Indonesia di pasar ASEAN. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitaif. Teknik analisis data dalam pendekatan kuantitatif yang digunakan terdiri dari uji analisis kuantitatif dan uji statistik deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara dokumentasi, dengan merekam atau mengambil data yang diperoleh. Pendokumentasian yang dilakukan merupakan data time series tahunan selama 10 periode, yaitu mulai tahun 2005 sampai tahun 2014.. Penentuan lokasi penelitian dilakukan pada skala makro, yaitu dilakukan pada negara Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan konsumen serta sebagai eksportir dan importir cengkeh dunia. Negara pembandingnya yaitu Singapura dan Malaysia, karena merupakan negara eksportir cengkeh terbesar ASEAN selain Indonesia. Uji Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah RCTA (Revealed Comparative Trade Advantage) untuk mengetahui keunggulan daya saing komparaitf, XCi (Export Competitiveness Indeks) untuk mengetahui keunggulan daya saing kepetitif, dan ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) untuk mengetahui spesialisasi komoditas tertentu suatu negara. Uji statistik deskriptif digunakan untuk menentukan rata-rata dari hasil perhitungan tersebut. Hasil penelitian ini antara lain nilai RCTA Indonesia, Singapura dan Malaysia rata-rata dalam periode tahun 2005 sampai 2014 masing-masing adalah -0,73, -0,79 dan -2,61. Dalam kata lain ketiga negara tersebut memiliki daya saing komparatif yang rendah. Indonesia merupakan negara dengan rata-rata nilai XCi tertinggi, yaitu 1,55, selanjutnya Singapura 1,02 dan terakhir Malaysia dengan ii 1,00. Artinya ketiga negara tersebut secara umum memiliki trend daya saing kompetitif yang meningkat atau tinggi. Sedangkan nilai ISP tertinggi hampir tiap tahunnya di dominasi oleh Indonesia dengan rata-rata nilai ISP adalah 0,59, selanjutnya Singapura dengan rata-rata nilai ISP adalah 0,05 dan terakhir Malaysia dengan nilai ISP -0,74. Indonesia dan Singapura berada pada tahap perkembangan serta memiliki spesialisasi dalam ekspor cengkeh kering atau berstatus eksportir. Sedangkah Malaysia berada ada tahap pengenalan dan sebagai importir cengkeh kering.

English Abstract

International Trade which doing by Indonesia, especially ASEAN countries in ASEAN Free Trade Area (AFTA) make one source of additional foreign exchange. Included in the export activities of non-oil and gas goods Indonesia is fairly large. This concept essentially explains the efforts to increase bergaining position in order to maximize the achievement of our goals against the positions and goals of others (Imawan, 2002). The statement encourages the importance of competitiveness of non-oil and gas export commodities and it would be better to specialize in their competitive advantage. Clove Indonesia is one of the commodities that have high bargaining value and become the country with the largest production in the world. Clove produced by Indonesia, about 93% is absorbed by cigarette factory and the rest for cosmetic and household needs. So that makes Indonesia as a producer and consumer of clove world. In terms of exports and imports, Singapore is the largest exporting country in ASEAN with 54.63% contribution to ASEAN although it is not clove producing country while Indonesia and Malaysia contribute 44.75% and 1.23%. At present, competitiveness analysis and particular commodity specialization have an important strategic role to face global competition. This study aims to analyze comparativeness and competitiveness and also to analyze the specialization of Indonesian clove trade in ASEAN market. The approach method used in this research is quantitative approach. Data analysis techniques in quantitative approach used consisted of quantitative analysis test and descriptive statistical test. Data collection techniques are done by documentation, by recording or retrieve data obtained. The documentation is an annual time series data for 10 periods, starting from 2005 until 2014. Determining the location of the research is done on a macro scale, which is done in the country of Indonesia, because Indonesia is one of the producer and consumer countries as well as clove exporters and importers world. Comparative countries are Singapore and Malaysia, because it is the largest clove exporting country of ASEAN other than Indonesia. The quantitative analysis test used in this research is RCTA (Revealed Comparative Trade Advantage) to know Competitiveness Competitiveness, XCi (Export Competitiveness Index) to know the advantages of competitiveness of kepetitif, and ISP (Index of Trade Specialization) to know specialization of certain commodities of a country . Descriptive statistical test is used to determine the average of the calculation results. The results of this study include the value of RCTA Indonesia, Singapore and Malaysia on average in the period 2005 to 2014 are respectively -0.73, -0.79 and -2.61. In other words the three countries have low comparative advantage. Indonesia is the country with the highest average XCi value, that is 1.55, Singapore 1.02 and last Malaysia with 1.00. This means that the three countries generally have a competitive trend of increased or high competitiveness. While the highest ISP value almost every year dominated by Indonesia with an average ISP value is 0.59, then Singapore with an average ISP value is 0.05 and the last iv Malaysia with ISP value -0.74. Indonesia and Singapore are at a growth stage and specialize in export of dried cloves or exporter status. As far as Malaysia is concerned, there is an introduction stage and as an importer of dry cloves.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2017/931/051711835
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 641 Food and drink > 641.3 Food > 641.337 4 Specific food from plant crops (Cacao) > 641. 338 3 Specific food from plant crops (Ginger)
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Yusuf Dwi N.
Date Deposited: 21 Dec 2017 03:06
Last Modified: 07 Jan 2022 04:56
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/7343
[thumbnail of Skripsi _ Misbakhuddin _ 135040100111155 _ Analisis Daya Saing Ekspor Cengkeh Indonesia di Pasar ASEAN.pdf]
Preview
Text
Skripsi _ Misbakhuddin _ 135040100111155 _ Analisis Daya Saing Ekspor Cengkeh Indonesia di Pasar ASEAN.pdf

Download (1MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item