Strategi Penerapan Produksi Bersih Usaha Peternakan Itik Pedaging Sistem Intensif Dikabupaten Tuban

Kholiq,, Imron and Prof. Dr. Abdul Hakim,, M.Si and Amin Setyo Leksono,, S. Si., Ph. D (2019) Strategi Penerapan Produksi Bersih Usaha Peternakan Itik Pedaging Sistem Intensif Dikabupaten Tuban. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pemerintah Daerah Kabupaten Tubantelah menetapkan pengembangan usaha peternakan itik, dalam rangka memperluas lapangan pekerjaan, utamanya bagi keluarga miskin dan dalam rangka meningkatkan ketersediaan bahan makanan sumber protein hewani. Wujud penetapan pengembangan ternak itik ini adalah dengan menganggarkan pengembangan ternak itik melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tuban.Usaha ternak itik memiliki beberapa kelebihan antara lain: budidaya ternak itik sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat secara turun temurun; Ternak itik sangat adaptif dengan lingkungan; Modal usaha peternakan itik relatif kecil; Pasar daging dan telur itik masih potensial. Dampak negatif dari usaha peternakan itik yang sering dikeluhkan adalah timbulnya bau yang tidak sedap. Dampak lingkungan ini bila tidak diatasi dengan bijaksana tentu akan menjadi konflik antar warga masyarakat. Bau yang tidak sedap dari usaha peternakan itik berasal dari limbah yang dikeluarkannya, berupa libah padat (feses) dan limbah cair sisa aktifitas proses budidaya. Diperlukan menejemen pengelolaan limbah yang bersifat preventif , integratif dan berkelanjutan (produksi bersih) yang dapat diterapkan oleh pelaku usaha peternakan itik di Kabupaten Tuban. Tujuan dari penelitian ini antara lain, mengevaluasi proses bididaya berdasar standard produksi bersih, menganalisis faktor pendukung dan pengahambat dan menyusun strategi penerapan produksi bersih dan aplikasinya untuk usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di Kabupaten Tuban. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Trend proses budidaya usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di Kabupaten Tuban dalam menerapkan prinsip-prinsip 5-R, Kebijakan Nasional Penerapan Produksi Bersih Kementrian Lingkungan Hidup (KLH, 2003) adalah sebagai berikut: (a) Semua peternak baru menerapkan 3 (tiga) prinsip, yakni: re-think, re-use dan re-cycle; (b) Baru sebagian saja peternak yang telah menerapkan prinsip re-duce; (c) Tidak ada peternak yang menerapkan prinsip re-covery.Fermentasi pakan sebagai aktualisasi penerapan prinsip re-think dan re-duce pada proses budidaya itik pedaging sistem intensif di kabupaten Tuban akan menghemat biaya pakan sebesar Rp. 399.750,-/ST/ bulan. Sedang Pemanfaatan limbah padat untuk pupuk oganik sebagai aktualisasi prinsip re-cycle akan memberikan keuntungan/pendapatan kepada peternak sebesar Rp. 58.700,-/ST/ bulan. Faktor pendukung usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di Kabupaten Tuban dalam menerapkan produksi bersih adalah sebagai berikut:Motivasi peternak terhadap inovasi dalam kegiatan usaha; Ketrampilan / pengalaman peternak dalam berusaha / beternak itik; Sumber daya dan teknologi tepatguna xi yang sesuai dengan corak budaya setempat; Keberadaan konsumen lokal; Adanya lembaga/OPD yang bertupoksi membina peternak dan lingkungan hidup; Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap penerapan produksi bersih; Penerapan produksi bersih memberikan nilai tambah dan meminimalkan dampak lingkungan; Penerapan produksi bersih dapat memperbaiki sistem produksi dan memperbaiki kualitas manajemen usaha; Lebih aman dari protes warga sekitar lokasi usaha; Kesehatan peternak dan ternak itik lebih terjamin; Penerapan produksi bersih melalui pemberian pakan berimbang berpeluang menghemat biaya. Faktor penghambat usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di Kabupaten Tuban dalam menerapkan produksi bersih adalah sebagai berikut: Isu-isu lingkungan dan munculnya bau tak sedap, memicu konflik di masyarakat; Alih guna lahan menjadi pemukiman menjadikan lokasi usaha peternakan semakin dekat dengan pemukiman; Kebijakan pemerintah yang mengharuskan semua usaha peternakan untuk mengelola limbahnya dapat mengancam keberlangsungan usaha; Kotoran itik cenderung basah dan berbau dari pada kotoran ternak ruminansia; Orientasi peternak itik untuk mengolah limbah usaha peternakannya masih rendah; Kemampuan peternak rendah dalam berinvestasi dalam pengelolaan lingkungan; Bila musim penghujan, bau peternakan itik lebih menyengat; Kebiasaan peternak membuang limbah disembarang tempat. Analisis terhadap faktor pendukung dan faktor penghambat menujukkan bahwa faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan dan faktor peluang lebih besar faktor ancaman. Posisi usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di Kabupaten Tuban dalam matrik SWOT adalah pada kuadran I dengan titik koordinat (0,27;0,74). Hal ini menunjukkan bahwa produksi bersih pada usaha peternakan itik pedaging sistem intensif di Kabupaten Tuban sangat besar peluang penerapannya. Strategi yang dirumuskan dalam memaksimalkan kekuatan dan peluang serta sekaligus meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada adalah: Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan konsep penerapan produksi bersih, menejemen produksi dan pemasaran mendukung penerapan produksi bersih dan pemberian insentif bagi peternak yang menerapkan produksi bersih; mengintensifkan forum komunikasi; Pelatihan pengelolaan sumberdaya; mengintensifkan peran lembaga/OPD dan terakhir adalah Pemberian HGU untuk kampung ternak( agroindustrial estate)

English Abstract

Tuban Government has determined the development of duck farming to actualize the program of expanding employment especially for poor families and increasing the availability of food ingredients for animal protein sources. The manifestation of the development of ducks is by ot through the Regional Revenue and Expenditure Budget of Tuban Regency. The efforts for ducks have several advantages, among others: duck farming has been carried from generation to generation; Ducks are very adaptive to the environment; Duck business capital is relatively small; There is still potential for meat duck and egg market . The negative impact of duck farming is many complaint to emergence of unpleasant odors. If this does not handled wisely, there will becertainly a conflict in the community. The unpleasant odor from duck farming comes from the waste that is released in the form of solid waste (feces) and liquid waste remaining from the cultivation process activities. , Preventive, integrative and sustainable waste management (clean production) is needed which can be applied by duck farming in Tuban Regency. The purpose of this study is to evaluate the cultivation process based on cleaner production standards, to analyze supporting and inhibiting factors and to develop strategies for implementing cleaner production and its application for intensive duck farming in Tuban Regency. Based on the results of the research that the trend of the cultivation process of intensive duck farming in Tuban Regency in applying the 5-R principles, the National Policy for the Implementation of the Ministry of Environment Clean Production (KLH, 2003) is as follows: (a) All farmers apply 3 (three) principles, namely: re-think, re-use and re-cycle; (b) Only a few farmers have applied the principle of recovery; (c) No farmer applies the principle of re-covery. Feed fermentation as an actualization of the application of the principle of re-think and re-duce in the intensive cultivation process of ducks in Tuban district will save feed costs of Rp. 399,750, -/AU/month. While the utilization of solid waste for organic fertilizer as an actualization of the principle of re-cycle will provide profit / income to farmers of Rp. 58,700, -/AU/month. The factors supporting the intensive duck farming in Tuban Regency in implementing cleaner production are as follows: Motivation of farmers to innovation in business activities; Skill / experience of farmers in trying / raising ducks; Useful resources and technology that relates with local cultural patterns; Existence of local consumers; The existence of an institution / NGO which has xiii the duties as a supervisor for farmer and environment; The Increasing of public appreciation for the application of cleaner production; The application of cleaner production provides added value and minimizes environmental impacts; The implementation of clean production can improve the production system and improve the quality of business management; It is safer from protests around the business location; The health of farmers and ducks is more guaranteed; The implementation of cleaner production through balanced feeding likely saves the costs. The inhibiting factors of intensive duck farming in Tuban Regency in implementing cleaner production are as follows: Environmental issues and the emergence of unpleasant odors, trigger conflicts in the community; Instead of the use of land into settlements makes the location of livestock businesses increasingly close to settlements; Government policies that require all livestock businesses to manage their waste can threaten the business continuity; Duck manure tends to be wet and smelly than ruminants' feces; The orientation of duck farmers to process their livestock business waste is still low; The ability of farmers is low in investing in environmental management; When the rainy season, the smell of duck farming is more intense; the bad habit of farmers in disposing the waste in any place. Analysis of supporting factors and inhibiting factors shows that the strength factor is greater than the weakness factor and the opportunity factor is greater the threat factor. The position of intensive duck farming business in Tuban Regency in the SWOT matrix is in quadrant I with a coordinate point (0.27; 0.74). This shows that net production in intensive duck farming systems in Tuban Regency has a very high chance of implementation. The strategy is formulated in maximizing strength and opportunities while minimizing existing weaknesses and threats are: Conducting socialization and training on the concept of implementing clean production, production and marketing management supports the implementation of cleaner production and providing incentives for farmers who implement clean production; Capital assistance; intensify communication forums; Resource management training; intensifying the role of institutions / NGO and finally is the provision of Legal Land for farm (agroindustrial estate)

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/636.597/PPS/p/2019/041903899
Uncontrolled Keywords: Usaha peternakan itik, produksi bersih, Analisis SWOT, Duck farming , cleaner production, SWOT analysis
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.5 Chickens and other kinds of domestic birds > 636.59 Other poultry > 636.597 Ducks
Divisions: Program Pascasarjana > Magister Pengelolaan Lingkungan, Program Pascasarjana
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 22 Aug 2022 02:13
Last Modified: 22 Aug 2022 02:13
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193400
[thumbnail of IMRON KHOLIQ_176150102111003_STRATEGI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH USAHA PETERNAKAN ITIK PEDAGING SISTEM INTENSIF DI KABUPATEN TUBAN..pdf] Text
IMRON KHOLIQ_176150102111003_STRATEGI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH USAHA PETERNAKAN ITIK PEDAGING SISTEM INTENSIF DI KABUPATEN TUBAN..pdf

Download (4MB)

Actions (login required)

View Item View Item