Letiyana, Lilian and Krisanti, Anindhita (2020) Perbandingan Efektivitas Pelarut pada Dekafeinasi Biji Kopi Arabika dan Biji Kopi Robusta. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Minuman kopi adalah minuman yang paling digemari oleh satu per tiga dari populasi di dunia dibandingkan dengan minuman jenis lain. Kopi terdiri dari banyak senyawa kimia yang berbeda, namun senyawa aktif farmakologis utama pada kopi adalah kafein. Konsumsi kopi yang berlebihan atau artinya konsumsi kafein dengan kadar tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti hipertensi, kardiovaskular, kanker, osteoporosis dan gangguan janin. Di Indonesia, batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman diatur oleh Farmakope Indonesia (1995), dimana batas wajarnya sebesar 300-600 mg kafein/hari. Kopi dinyatakan rendah kafein jika kadar kafeinnya sebesar kurang dari 0,3% berat biji kopi. Kadar kafein yang tinggi dalam biji kopi dapat dikurangi dengan proses dekafeinasi. Metode yang paling umum digunakan untuk dekafeinasi adalah dekafeinasi menggunakan pelarut (solvent). Pada penelitian ini, dilakukan dekafeinasi kopi dengan metode Chemical Solvent Process. Digunakan dua jenis pelarut untuk dekafeinasi yaitu etil asetat dan diklorometana, serta digunakan dua jenis biji kopi yang berbeda yaitu biji kopi arabika dan biji kopi robusta. Dari dua jenis pelarut dan dua jenis biji kopi yang digunakan, dilakukan penelitian untuk mengetahui pelarut yang lebih efektif pada dekafeinasi biji kopi arabika dan robusta dengan meninjau pengaruh jenis biji kopi serta pengaruh jenis pelarut terhadap penurunan kadar kafein. Pengujian kadar kafein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 278,2 nm. Dari hasil penelitian, penurunan kadar kafein yang lebih besar terjadi pada biji kopi robusta. Luas permukaan total atau luas bidang kontak biji kopi robusta yang lebih besar dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi, sehingga penurunan kadar kafein lebih besar. Pada dekafeinasi biji kopi arabika maupun robusta, tidak ada perbedaan penurunan kadar kafein yang signifikan (±3%) antara penggunaan etil asetat dan diklorometana jika ditinjau dari berat pelarut, namun jika ditinjau dari penggunaan volume pelarut terdapat perbedaan yang signifikan yaitu sebesar 30,22% pada biji kopi robusta dan sebesar 30,15% pada biji kopi arabika. Sehingga pelarut yang lebih efektif digunakan untuk ekstraksi pada dekafeinasi biji kopi robusta dan arabika adalah diklorometana. Untuk kedepannya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan volume pelarut yang sama. Selain itu, dapat digunakan pelarut yang berbeda untuk mendapatkan pelarut yang paling efektif untuk dekafeinasi kopi.
English Abstract
Coffee drinks are the most popular beverage by one-third of the world's population compared to other types of drinks. Coffee consists of many different chemical compounds, but the main pharmacological active compounds in coffee are caffeine. Excessive coffee consumption or consumption of high levels of caffeine can cause health problems such as hypertension, cardiovascular, cancer, osteoporosis and cancer disorders. In Indonesia, the maximum limit of caffeine in food and beverages is regulated by Indonesian Pharmacopoeia (1995), where the normal limit is 300-600 mg of caffeine/day. Coffee is stated low in caffeine if the caffeine content is less than 0,3% of coffee bean’s weight. High content of caffeine in coffee beans can be reduced by the decaffeination process. The most common method used for decaffeination is decaffeination using solvents or chemical solvent process. In this research, coffee decaffeination was carried out using Chemical Solvent Process method. Two types of solvents were used for decaffeination, namely ethyl acetate and dichloromethane, and two different types of coffee beans were used, namely arabica coffee beans and robusta coffee beans. Based on the two types of solvents and the two types of coffee beans used, a research was conducted to find out which solvents were more effective in decaffeinating arabica and robusta coffee beans by reviewing the effect of coffee bean ypes and the effect of solvent types on decreasing caffeine content. Caffeine contents were tested using UV-Vis spectrophotometry at a wavelength of 278,2 nm. From the results of the research, a greater decrease of caffeine content occurred in robusta coffee beans. The greater total surface area or contact area of robusta coffee beans can increase the extraction speed, resulting in a greater decrease of caffeine content. In the decaffeination of arabica and robusta coffee beans, there was no significant difference of caffeine content decrease between the use of ethyl acetate and dichloromethane when viewed from the weight of the solvent. When viewed from the use of solvent volume there was a significant difference of caffeine content decrease, 30,22% in robusta coffee beans and 30,15% in arabica coffee beans. So that a more effective solvent used for extraction in arabica and robusta decaffeination is dichloromethane. For the future, further research needs to be done using the same volume of solvent. In addition, different solvents can be used to obtain the most effective solvents for coffee decaffeination.
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | 0520070053 |
Uncontrolled Keywords: | arabika, dekafeinasi, diklorometana, etil asetat, robusta , arabica, decaffeination, dichloromethane, ethyl acetate, robusta |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 641 Food and drink > 641.3 Food > 641.33 Spesific food from plant crops |
Divisions: | Fakultas Teknik > Teknik Kimia |
Depositing User: | Bambang Septiawan |
Date Deposited: | 01 Feb 2021 22:25 |
Last Modified: | 10 Jan 2023 03:27 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/182256 |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
0520070053-Anindhita Krisanti.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2023. Download (11MB) |
Actions (login required)
View Item |