Hubungan Bobot Telur dan Indeks Telur dengan Bobot Tetas pada Itik Dabung dan Itik Patemon di Kabupaten Bangkalan

Okatama, Mahardika Setya (2018) Hubungan Bobot Telur dan Indeks Telur dengan Bobot Tetas pada Itik Dabung dan Itik Patemon di Kabupaten Bangkalan. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kabupaten Bangkalan memiliki potensi ternak unggas lokal yaitu itik Dabung dan Patemon. Berdasarkan potensi yang dimiliki itik Dabung dan Patemon maka perlu dilakukan penelitian karakteristik kualitatif dan kuantitatif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik kualitatif dan kuantitatif. Mengetahui potensi ternak. Mengetahui hubungan antara bobot telur dan indeks telur terhadap bobot tetas pada itik Dabung dan Patemon. Lokasi penelitian di Desa Nyiurmanis, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Materi penelitian yaitu itik Dabung jantan dan betina masing-masing 20 ekor dan itik Patemon jantan dan betina masing-masing 20 ekor berumur ±7-9 bulan. Telur itik Patemon 134 butir dan telur itik Dabung 189 butir. Telur berasal dari induk itik dengan umur ±7-9 bulan dan umur telurnya 1-5 hari. Metode penelitian studi kasus di Desa Nyiurmanis Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan dan percobaan (experimental) dengan cara menetaskan telur itik Patemon dan Dabung. Karakteristik kualitatif itik Dabung dan Patemon jantan dan betina memiliki perbedaan pada warna bulu bagian kepala, leher, badan, sayap, dan ekor. Bobot badan itik Dabung jantan 1,772±0,104 kg/ekor dan itik Patemon jantan 1,689±0,103 kg/ekor berbeda nyata (P<0,05). Bobot badan itik Dabung Betina 1,638±0,103 kg/ekor dan itik Patemon 1,605±0,089 kg/ekor tidak berbeda. Itik Patemon memiliki pertambahan bobot badan fase starter lebih tinggi dibanding itik Dabung. PBB itik Patemon pada minggu pertama 44,2±1,27 g/ekor/minggu, sedangkan itik Dabung 24,4±1,78 g/ekor/minggu. Hasil analisis itik Dabung memiliki rata-rata bobot telur 64,79±5,25 g/butir, rata-rata indeks 76,52±2,89 %, dan rata-rata bobot tetas 42,88±3,99 g/ekor. Itik Patemon memiliki rata-rata bobot telur 63,29±4,69 g/butir, rata-rata indeks 75,93±2,69 %, dan rata-rata bobot tetas 42,87±3,85 g/ekor. Rata- rata bobot telur itik Dabung dan Patemon berbeda nyata (P<0,05), sedangkan rata- rata indeks telur dan bobot tetas antara itik Dabung dan itik Patemon tidak berbeda. Hasil analisis itik Dabung menunjukkan persamaan garis regresi bobot telur dan indeks telur dengan bobot tetas yaitu Y=3,687+0,287X1+0,269X2. Koefisien korelasi itik Dabung antara bobot telur dengan bobot tetas 0,365 dan indeks telur dengan bobot tetas 0,171. Hubungan positif, lemah dan nyata (P<0,05) antara bobot telur dengan bobot tetas. Nilai koefisien determinasi (R2) 0,133. Hubungan positif, sangat lemah dan nyata (P<0,05) antara indeks telur dengan bobot tetas. Nilai koefisien determinasi (R2) 0,029. Hasil analisis itik Patemon menunjukkan persamaan garis regresi bobot dan indeks telur dengan bobot tetas yaitu Y=16,564+0,518X1–0,085X2. Koefisien korelasi itik Patemon antara bobot telur dengan bobot tetas 0,638 dan indeks telur dengan bobot tetas -0,137. Hubungan positif, kuat dan nyata (P<0,05) antara bobot telur dengan bobot tetas. Nilai koefisien determinasi (R2) 0,407. Hubungan negatif, sangat lemah dan tidak nyata antara indeks telur dengan bobot tetas. Nilai koefisien determinasi (R2) 0,019. viii Kesimpulan Karakterisitik sifat kualitatif pada itik Dabung memiliki bulu badan didominasi warna abu-abu kehitaman. Patemon bulu didominasi warna hitam, terdapat lurik coklat dan bulu bagian leher berwarna putih. Ciri khas warna bulu pada masing-masing ternak dapat dijadikan sebagai identitas ternak. Karakteristik sifat kuantitatif bobot badan itik Dabung jantan lebih tinggi dari itik Patemon jantan, sedangkan bobot badan betina sama. Itik Dabung memiliki rata-rata bobot telur dan indeks telur tinggi, sehingga berpotensi sebagai itik petelur, sedangkan itik Patemon memiliki pertambahan bobot badan yang tinggi pada fase starter sehingga berpotensi sebagai itik pedaging. Itik Patemon memiliki hubungan positif dan kuat antara bobot telur dengan bobot tetas

English Abstract

Bangkalan district had potency of local duck namely Dabung and Patemon ducks. The present study was conducted to evaluate the qualitative and quantitative characteristics of Dabung and Patemon ducks. Materials used in this study were 40 Dabung ducks (20 males and 20 females) and 40 Patemon ducks (20 males and 20 females), aged at 7-9 months old. A total of 189 eggs of Dabung duck and 134 eggs of Patemon duck were collected within 5 days. Methods used was case study and experiment. Qualitative characteristic of Dabung and Patemon ducks, both of male and female, had different feather color in head, neck, body, wings and tail. Body weight of male Dabung and Patemon ducks had significant differences (P<0.05) with 1.722 kg/duck and 1.689 kg/duck, respectively, while in female did not significantly different (P>0.05). Results showed that average egg weight, egg shape index and hatch weight of Dabung duck were 64.79 g/egg, 76.52% and 43.03 g/duckling, respectively. Whereas, average egg weight, egg shape index and hatch weight of Patemon duck were 63.29 g/egg, 75.94% and 42.87 g/duckling, respectively. Results showed that egg weight of Dabung and Patemon ducks had significant different (P<0.05), however there were no significant differences on egg shape index and hatch weight. The equation egg weight and egg shape index toward hatch weight Y= 3,687 + 0,287 X1 + 0,269 X2. Coefficient correlation value of egg weight toward hatch weight of Dabung duck was 0.365; (R2) 0.133, while coefficient correlation value of egg shape index toward hatch weight was 0.171; (R2) 0.029. The equation egg weight and egg shape index toward hatch weight Y= 16,564+0,518 X1– 0,085 X2. Coefficient correlation value of egg weight toward hatch weight of Patemon duck was 0.638; (R2) 0.407, while coefficient correlation value of egg shape index toward hatch weight was -0.137; (R2) 0.019. In conclusions, the differences of feather color between Dabung and Patemon ducks could be used as livestock identity. Male Dabung duck had higher body weight compared to male Patemon duck, while female of Dabung and Patemon ducks had similar body weight. Dabung duck had a potency as egg-type duck, while Patemon duck had a potency as meat- type duck. Patemon duck had positive and strong correlations between egg weight toward hatch weight.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/636.597/OKA/h/2018/041808935
Uncontrolled Keywords: Dabung, Patemon, Egg Weight, Egg Shape Index, Hatch Weight
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.5 Chickens and other kinds of domestic birds > 636.59 Other poultry > 636.597 Ducks
Divisions: S2/S3 > Magister Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 19 Jul 2022 07:27
Last Modified: 19 Jul 2022 07:27
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192323
[thumbnail of Mahardika Setya Okatama.pdf] Text
Mahardika Setya Okatama.pdf

Download (1MB)

Actions (login required)

View Item View Item