Pengaruh Force Molting Terhadap Indeks Putih Telur, Indeks Kuning Telur Dan Haugh Unit Pada Burung Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) Dengan Metode Konvensional

Pamungkas, Nafsani Haqganef Dewa (2019) Pengaruh Force Molting Terhadap Indeks Putih Telur, Indeks Kuning Telur Dan Haugh Unit Pada Burung Puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) Dengan Metode Konvensional. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Burung puyuh (Cortunix-cortunix japonica) merupakan salah satu unggas yang banyak diternakkan di Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya memiliki waktu pemeliharaan yang cepat dan memiliki produksi telur yang tinggi. Dalam waktu kurang lebih 42 hari puyuh betina mampu menghasilkan telur dengan jumlah produki telur yang cukup tinggi yaitu berkisar 250-300 butir per tahun. Force molting merupakan tindakan merontokkan bulu secara paksa dan menghentikan produksi telur yang waktunya dapat diatur oleh manusia. Tindakan tersebut bertujuan untuk memberikan waktu istirahat bertelur bagi unggas untuk siap bertelur pada masa produksi berikutnya. Force molting dapat memperpanjang masa produksi serta meningkatkan produksi dan kualitas telur, sehingga dapat digunakan sebagai upaya untuk mendayagunakan unggas afkir yang secara ekonomis dipandang lebih menguntungkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh force molting dengan metode konvensional terhadap kualitasix internal telur burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Kualitas internal telur yang diamati meliputi indeks putih telur, indeks kuning telur dan haugh unit telur. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 September 2018 sampai 1 Oktober 2018 di peternakan burung puyuh milik bapak Iskandar yang berada di Dusun Bunder, Desa Ampeldento, Kecamatan Karangploso, Kota Batu, Jawa Timur. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian yaitu tanggal 1 Oktober 2018 dan uji kualitas telur dilaksanakan di Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang. Penelitian ini menggunakan 100 ekor burung puyuh betina jenis Coturnix-coturnix japonica dengan umur 18 bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 5 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu P0 (kontrol atau tidak diberi perlakuan force molting), P1 (dilakukan pemuasaan selama dua hari, hari ke-3 dan ke-4 diberi pakan dan perlakuan diulang sampai akhir penelitian), P2 (dilakukan pemuasaan selama empat hari, hari ke-5 sampai hari ke-8 diberi pakan dan perlakuan diulang sampai akhir penelitian), P3 (dilakukan pemuasaan selama enam hari, hari ke-7 sampai hari ke-12 diberi pakan dan perlakuan diulang sampai akhir penelitian), P4 (dilakukan pemuasaan selama delapan hari, hari ke-9 sampai hari ke-16 diberi pakan dan perlakuan diulang sampai akhir penelitian). Variabel yang diamati adalah indeks putih telur, indeks kuning telur, dan haugh unit telur burung puyuh. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA).x Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan force molting dengan lama pemuasaan yang berbeda memberikan hasil yang relatif sama terhadap semua variabel, meliputi indeks putih telur, indeks kuning telur, dan haugh unit. Hasil rataan indeks putih telur berada pada kisaran 0,09 ± 0,0084 sampai 0,10 ± 0,0235. Hasil rataan indeks kuning telur berada pada kisaran 0,42 ± 0,0179 sampai 0,47 ± 0,0493. Hasil rataan haugh unit telur berada pada kisaran 56,88 ± 1,6707 sampai 57,95 ± 0,2271. Masing-masing variabel dari beberapa perlakuan memiliki nilai yang relatif sama dengan perlakuan kontrol. Hal tersebut terjadi karena telur yang diteliti masih tergolong dalam kondisi segar atau langsung dilakukan pengukuran setelah pengambilan telur. Perlakuan force molting dengan lama pemuasaan yang berbeda berpengaruh terhadap produksi telur dan bobot badan puyuh. Ditinjau dari segi keberhasilan force molting perlakuan terbaik ditunjukkan pada perlakuan P4, karena memiliki rataan nilai bobot badan dan produksi telur yang paling rendah yaitu 112,13 dan 1,51. Sedangkan perlakuan yang memiliki rataan nilai bobot badan dan produksi telur tertinggi ditunjukkan pada perlakuan P0 yaitu 185,35 dan 3,38. Dalam penelitian didapatkan bahwa terjadi penurunan pada setiap perlakuan, penurunan tersebut terjadi karena adanya pengaruh dari pemuasaan yang dilakukan. Penurunan produksi telur yang terjadi berbanding lurus dengan bobot badan burung puyuh. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan force molting dengan pengaturan pemuasaan yang berbeda terhadap variabel lain meliputi ukuran dan berat organ reproduksi, guna mengetahui pengaturan pemusaan terbaik dalam program force molting.

English Abstract

The purpose of this research was to find out the effect of force molting on albumen index, yolk index and haugh unit in japannese quail (Cortunix-cortunix japonica) used conventional method. Therefore, 100 female japanese quail (18 months old) were used Completely Randomized Design with 5 treatments and 4 replicatons. T0 was control treatment (without force molting). T1, T2, T3, and T4 were treatment on the program of force molting thereof feed was given intermittently as follow; T1 (Feeding two days and nonfeeding two days), T2 (Feeding four days and non-feeding four days), T3 (Feeding six days and non-feeding six days), T4 (Feeding eight days and non-feeding eight days). All treatmen was repeated until the end of research. Variables measured were albumen index, yolk index and haugh unit of Japanese quail. Collected data were analyzed by ANOVA. The results showed that force molting with conventional method nonsignificant difference (P>0.05) on albumen index, yolk index and haugh unit. The average of albumin index was 0.09 ± 0.0084 to 0.10 ± 0.0235, yolk index was 0.42 ± 0.0179 to 0.47vii ± 0.0493, haugh unit was 56.88 ± 1.6707 to 57.95 ± 0.2271. Each data from all treatments had almost the same values and close to control treatment. Force molting treatment with conventional methods can be used as an alternative in force molting programs. For further research, it could be suggested to perform force molting using different periods of satisfaction with other variables related to the success of the force molting program, in order to find out the best period in force molting programs.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FAPET/2019/246/051910012
Uncontrolled Keywords: Force molting, eggs quality, japanese quail
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.5 Chickens and other kinds of domestic birds > 636.59 Other poultry
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 24 Sep 2020 02:35
Last Modified: 24 Oct 2021 11:03
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/176021
[thumbnail of Nafsani Haqganef Dewa Pamungkas (2).pdf] Text
Nafsani Haqganef Dewa Pamungkas (2).pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Actions (login required)

View Item View Item