Nainggolan, Brian Lampa Ganda (2017) Analisis Struktur, Perilaku Dan Kinerja Pasar Bawang Merah Lokal Di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bawang merah lokal merupakan salah satu komoditas hortikukultura yang banyak dibudidayakan petani Indonesia karena permintaannya yang tinggi. Pemasaran bawang merah lokal pada umumnya melalui beberapa saluran pemasaran yang melibatkan beberapa lembaga pemasaran sampai akhirnya dapat dijangkau oleh konsumen. Kondisi serupa juga terjadi di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, meskipun sebagai salah satu daerah sentra produksi bawang merah lokal, akan tetapi masih terdapat kendala pada saat melakukan pemasaran. Petani di Desa Banjarejo tidak memiliki banyak pilihan dalam memasarkan hasil panennya, biasanya hasil panen akan langsung dijual kepada tengkulak desa. Hal ini kemudian akan memperkuat posisi tawar pedagang tengkulak, karena harga jual hasil panen bawang merah lokal menjadi tergantung dengan lembaga pemasaran. Keterbatasan petani dalam mengakses informasi harga bawang merah lokal di pasaran menjadikan petani tidak memiliki bekal untuk melakukan tawar-menawar harga dengan tengkulak desa. Petani sudah merasa cukup puas apabila harga yang diterima dari tengkulak sudah berada sedikit di atas biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidayanya. Jika petani mengetahui informasi pasar bawang merah lokal dan melakukan proses pemasaran bawang merah secara berkelompok, petani mungkin akan memiliki peluang yang lebih kuat dalam posisi tawar sehingga harga yang diterima petani berpotensi lebih besar dari yang ditawarkan tengkulak. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis struktur pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo; 2) menganalisis perilaku pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo; dan 3) menganalisis kinerja pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive, dengan alasan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra penghasil bawang merah lokal untuk wilayah Kabupaten Malang. Penentuan responden petani bawang merah lokal dilakukan menggunakan probability sampling dengan pengambilan contoh melalui metode simple random sampling dimana pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Untuk menganalisis struktur pasar dilakukan pengukuran terhadap derajat konsentrasi dengan alat analisis yaitu market share, IH, CR4, koefisien gini, dan indeks rosenbulth, barrier to entry, pengetahuan pasar serta diferensiasi produk. Untuk menganalisis perilaku pasar dilakukan analisis terhadap penentuan harga, kelembagaan pemasaran, promosi penjualan, tindakan predatory dan fungsi pemasaran yang dilakukan. Untuk menganalisis kinerja pasar dilakukan analisis terhadap marjin pemasaran, share harga petani, share biaya pemasaran, share keuntungan, R/C ratio dan indeks efisiensi pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo memiliki kecenderungan yang merujuk pada struktur pasar oligopoli. Adapun ciri-cirinya: 1) konsentrasi pasar didominasi lembaga pemasaran bawang merah lokal yang mengarah pada struktur pasar oligopoli; 2) ii belum ada hambatan untuk masuk pasar yang cukup berarti bagi seluruh lembaga pemasaran bawang merah lokal; 3) pengetahuan pasar yang dimiliki petani bisa dikatakan rendah karena sifat petani yang tidak mau repot dan ingin langsung mendapat keuntungan dari hasil panennya tanpa peduli dengan keuntungan yang akan diterima oleh pedagang dan kemana nantinya hasil panennya dipasarkan, sedangkan pedagang bawang merah lokal di Desa Banjarejo memiliki akses yang lebih mudah terhadap informasi pasar meliputi informasi harga, ketersediaan, lokasi pemasaran serta informasi mengenai permintaan dan penawaran pasar terhadap bawang merah lokal; 4) bentuk bawang merah lokal yang dipasarkan secara umum tidak memiliki diferensiasi produk cukup berarti. Perilaku pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo yang terbentuk yaitu: 1) penentuan harga jual bawang merah lokal di tingkat petani lebih dikuasai oleh tengkulak, sedangkan pada tingkat tengkulak proses penentuan harga ditentukan berdasarkan proses tawar-menawar dengan pelanggan; 2) kelembagaan yang terbentuk diantara lembaga pemasaran bawang merah lokal di Desa Banjarejo tidak berupa struktur organisasi dan tidak memiliki aturan yang berarti. Kelembagaan ini dimunculkan dalam bentuk kesepakatan yang secara tidak langsung diputuskan. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran bawang merah lokal di Desa Banjarejo yaitu petani, tengkulak, pedagang besar dan pedagang pengecer. Terdapat tiga saluran pemasaran bawang merah lokal di Desa Banjarejo, dimana seluruh petani tidak menjual bawang merah lokal langsung ke pasar melainkan melalui pedagang yang mendistribusikan bawang merah lokal sampai ke konsumen di pasar; 3) pemasaran bawang merah lokal baik dari pihak petani maupun lembaga pemasaran tidak ada yang melakukan promosi penjualan produk; 4) tengkulak melakukan kolusi dalam menentukan harga bawang merah lokal di tingkat petani karena memiliki daya tawar yang lebih kuat dibanding petani dan informasi pasar yang lebih luas dibanding petani; dan 5) petani produsen bawang merah lokal melakukan fungsi penjualan, pengemasan dan transportasi, sedangkan seluruh responden pedagang melakukan fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Kinerja pasar bawang merah lokal di Desa Banjarejo menghasilkan marjin pemasaran, share harga yang diterima petani, share biaya pemasaran dan keuntungan, R/C ratio,serta MEI (marketing eficiency index) yang bervariasi antara lain yaitu: 1) marjin pemasaran yang terendah dimiliki oleh saluran pemasaran I, dengan distribusi marjin sebesar 100% di pihak tengkulak; 2) share harga yang diterima petani paling tinggi berada pada saluran I; 3) nilai rata-rata share biaya paling tendah dimiliki oleh pedagang besar; 4) share keuntungan tertinggi dimiliki tengkulak pada saluran pemasaran I; 5) R/C ratio tertinggi dimiliki oleh pedagang besar pada saluran pemasaran III; 6) nilai MEI tertinggi dimiliki oleh saluran pemasaran I. Penelitian lebih lanjut juga dibutuhkan dalam menganalisis lembaga penentu harga (price maker) bawang merah lokal di pasar nasional. Bila memungkinkan aturan mengenai pembentukan harga dasar dan harga atap bawang merah lokal diberlakukan untuk melindungi petani dan menjaga stabilitas harga di pasaran.
English Abstract
Local shallot is one of horticulture commodities that cultivated many Indonesian farmers because of high demand. Local shallot marketing in general through a marketing channel involving several marketing agencies until finally reachable by consumers. Similar conditions also occur in the Village Banjarejo, District Ngantang, Malang regency, although as one production center of local shallot, but there are still obstacles when doing marketing. Farmers in Banjarejo Village do not have much choice in marketing their crops, usually their harvest will be sold directly to the village middlemen. This will strengthen the bargaining position of middlemen traders, because the selling price of the local shallot becomes dependent to the marketing agency. Limitations of farmers in accessing information on the price of local shallot in the market, makes farmers do not have provision to bargain prices with village middlemen. Farmers are satisfied if the price they have received from the wholesalers is slightly above the cost incurred in the cultivation activity. If farmers know the local onion market information and do the onion marketing process in groups, farmers may have a stronger opportunity in bargaining position so that the price received by farmers is potentially larger than that offered by the middlemen. This study aims to: 1) Analyze the market structure of local shallot in Banjarejo Village; 2) Analyze the market conduct of local shallot in Banjarejo Village; And 3) Analyze the market performance of local shallot in Banjarejo Village. The method of determining the location of the study was determined purposively, the location is one of the centers producing local shallot for the region of Malang Regency. The determination of local shallot farmers respondents was done using probability sampling with purposive sampling method which is the sampling of respondent from the population was done randomly. Data analysis conducted in this research is descriptive analysis and quantitative analysis. To analyze the market structure, the measurement of the concentration degree is done by utilizing market share, IH, CR4, gini coefficient, and rosenbulth index, barrier to entry, market knowledge and product differentiation. To analyze market conduct the analysis of pricing, marketing institutions, sales promotion, predatory actions and marketing functions is done. To analyze market performance analysis of marketing margin, farmer price share, marketing cost share, profit share, R/C ratio and marketing efficiency index is done. The results show that the market structure of local shallot in Banjarejo Village has a tendency that refers to oligopoly market structure. The characteristics that emerged include: 1) The concentration of market dominated marketing agency of local shallot with criteria in the oligopoly market; 2) There is no a significant obstacle to entering market for all marketing agencies of local shallot; 3) Knowledge of the market owned by farmers can be said to be low because of the character of farmers who do not want to bother and want the iv benefit directly, regardless of the profits to be received by traders and where the harvest will be marketed. While the local shallottraders in Banjarejo Village have easier access to market information including price information, availability, marketing location as well as information on market demand and supply of local shallot; 4) The form of local shallot that is marketed in general does not have significant product differentiation. The market conduct of local shallot in Banjarejo Village that is formed are: 1) Determination of selling price of local shallot at farmer level more controlled by wholesalers. While at the wholesalers level the pricing process is determined based on the process of bargaining with customers; 2) Institutions formed between marketing agencies of local shallot in Banjarejo Village is not an organizational structure and has no significant rules. This institution is raised in the form of an agreement that is indirectly decided. Marketing institutions involved in marketing of local shallot in Banjarejo Village are farmers, distributor, distributor and retailer. There are three local shallot marketing channels in Banjarejo Village, it is known that all farmers do not sell local shallot directly to the market but through merchants that distribute local shallot to consumers in the market; 3) Marketing of local shallot either from the farmers or marketing institutions had done no promotion; 4) The middlemen collude in determining the price of local shallot at the farm level because it has a stronger bargaining power than the farmers and the wider market information than the farmers; and 5) Farmers as producers perform sales, packaging and transportation functions, while all traders respondents perform the exchange function of buying and selling function. The performance of local shallot market in Banjarejo village resulted varied marketing margin, share price received by farmers, share of marketing cost and profit, R/C ratio, and MEI (marketing eficiency index). 1) The lowest marketing margin is owned by marketing channel I, with a margin distribution of 100% on the wholesalers's side; 2) Share price received by the farmer is highest in channel I; 3) The average value of the lowest cost share owned by the distributor; 4) Highest share of profits owned by middlemen on marketing channel I; 5) The highest R/C ratio is owned by distributor in marketing channel III; 6) The highest MEI is owned by marketing channel I. Further research is also needed in analyzing local onion price makers in the national market. Where possible the rules on the establishment of the base price and the price of local onion roofs are applied to protect farmers and maintain price stability in the market.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2017/531/051710718 |
Subjects: | 300 Social sciences > 381 Commerce (Trade) > 381.4 Specific products and services > 381.41 Product of agriculture > 381.415 26 Specific products (Shallot) |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Yusuf Dwi N. |
Date Deposited: | 07 Dec 2017 06:47 |
Last Modified: | 28 Sep 2020 16:57 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/6640 |
Actions (login required)
View Item |