Perbedaan Tuturan Tawar-Menawar Laki-Laki dan Perempuan di Pasar Raya Mojosari Mojokerto (Analisis Sosiolinguistik).

Firdaus, Toriqoh Ningratul (2017) Perbedaan Tuturan Tawar-Menawar Laki-Laki dan Perempuan di Pasar Raya Mojosari Mojokerto (Analisis Sosiolinguistik). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tawar-menawar biasa terjadi di pasar tradisional, salah satunya di Pasar Raya Mojosari, pasar terbesar di Mojokerto. Negosiasi dilakukan penjual dan pembeli untuk memperoleh harga yang disepakati. Bahasa yang diujarkan dalam proses tawar-menawar tidak lepas dari faktor sosial yang memengaruhi terbentuknya pola tutur, salah satunya gender. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengungkap bagaimana pengaruh gender terhadap proses tawar-menawar dan bagimana perbedaan proses tawa-menawar pada laki-laki dan perempuan. Fokus penelitian terdapat pada (1) struktur teks tawar-menawar, (2) pemarkah linguistik (jenis kalimat, diglosia, dan partikel) yang digunakan masyarakat pasar, serta (3) perbedaan bahasa tawar-menawar laki-laki dan perempuan. Penelitian ini adalah penelitian etnografi dengan teknik pengambilan data simak libat cakap. Analisis menggunakan metode padan sehingga dapat diketahui kontras bahasa laki-laki dan perempuan. Struktur teks tawar-menawar di pasar tradisional berbeda dengan teks perdagangan di barat dan toko modern lainnya. Teks tawar-menawar memiliki struktrur unik, yakni Krb (keakraban) dan Prt (pertimbangan) yang menjadi ciri khas bahasa di pasar. Kedua struktur unik tersebut sangat sering terjadi, terutama pada perempuan. Selanjutnya, jenis kalimat yang digunakan masyarakat pasar cenderung beruas –contohnya satu kalimat digunakan untuk bertanya dan memerintah— sehingga kalimat tersebut berfungsi ganda. Penutur perempuan cenderung mengguakan jenis kalimat tanya, menginginkan, dan mengharapkan. Sedangkan laki-laki menggunakan kalimat yang bersifat menyatakan, memerintah, dan mengharuskan. Keberadaan tingkat tutur dalam Bahasa Jawa membuat dua kode digunakan secara bersamaan di pasar. Seorang penutur cenderung menggunakan ragam Jawa ngoko saat bermitra tutur laki-laki. Sebaliknya, saat mitra tutur adalah perempuan, ragam yag digunakan adalah Jawa kromo. Penutur perempuan menggunakan jenis partikel lebih banyak dari laki-laki. Berdasarkan analisis struktur dan pemarkah linguistik tersebut, perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan dalam proses tawar-menawar terdapat pada (1) sifat hal yang dibicarakan, (2) sikap terhadap kesantunan berbahasa, (3) kekatifan bertutur di ranah publik, (4) minat bertanya, (5) jumlah hal yang dibicarakan, dan (6) kontak mata saat berhadapan dengan lawan tutur.

English Abstract

Bargain is a common thing in traditional market. It is also happen in Mojosari Raya Market, the biggest market in Mojokerto. Negotiation was made by the seller and the buyer to obtain the fixed price. The language spoken in the process of bargaining cannot be separated from social factors that influence the formation of speech patterns, one of which is gender. Therefore, this study will reveal how gender influence the bargaining process and how is the difference of male and female in the bargaining process. This research focused on the (1) the text structure of bargain, (2) linguistic markers (types of sentences, diglossia, and particles) used by market society, and (3) male and female bargaining differences. This research is an ethnography research which applied Involved Conversation Observation Technique as the technique in collecting the data. In analyzing the data. This research used identity method so that male and female language contras can be known. The text structure of bargaining in traditional markets is different from western trading texts and other modern stores. The bargain text has an unique structure, namely Krb (familiarity) and Prt (considerations) that become the characteristic of the language in the market. Both unique structures are very common, especially in female. Furthermore, the types of sentences used by the market society tend to be overlapped – For example one sentence is used to ask and govern— so the sentence has a double function. Female speakers tend to used the type of interrogative sentence, desirative (want), and opative (hope). While the male speaker used stating, commanding, and requiring sentences. The existence of speech levels in the Javanese language makes two codes used simultaneously in the market. A speaker tends to use Javanese ngoko if the interlocutor is a male. Conversely, if the interlocutor is a female, the variety used is Javanese kromo. Female speakers used more types of particles than male. Based on the analysis of the structure and the linguistic marker, male and female differences in bargaining process were (1) the nature of the thing that being discussed, (2) the attitude toward the language politeness, (3) speech activeness in the public sphere, (4) the interest to ask, (5) the number of the things discussed, and (6) eye contact when facing the interlocutor.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FBS/2017/389/ 051705603
Uncontrolled Keywords: bahasa tawar-menawar, gender, pasar tradisional
Subjects: 400 Language > 420 English and Old English (Anglo-Saxon) > 420.71 English learning
Divisions: Fakultas Ilmu Budaya > Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 26 Jul 2017 07:28
Last Modified: 30 Nov 2020 11:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/663
[thumbnail of Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf] Text
Toriqoh Ningratul Firdaus.pdf

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item