Pengaruh Suhu Terhadap Perkecambahan dan Persebaran Miselia Jamur Sporisorium scitamineum Penyebab Penyakit Luka Api Pada Tebu.

Tasya and Dr. Anton Muhibuddin, SP., MP and Antok Wahyu Sektiono, SP., MP. and Nurul Hidayah, SP., M.Si., Ph.D (2023) Pengaruh Suhu Terhadap Perkecambahan dan Persebaran Miselia Jamur Sporisorium scitamineum Penyebab Penyakit Luka Api Pada Tebu. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman tebu memiliki banyak fungsi dan mendukung sektor ekonomi serta industri karena tebu disebut sebagai tanaman utama penghasil gula. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2020) produksi tebu nasional pada tahun 2020 yaitu sebesar 2,1 juta ton, terjadi penurunan sebesar 96, 32 ribu ton (4%). Serangan penyakit merupakan salah satu penyebab kurang optimalnya pencapaian produksi gula. Tanaman tebu dikenal rentan terhadap penyakit luka api, salah satu penyakit utama pada tebu. Salah satu kondisi lingkungan yang mempengaruhi perkembangan penyakit luka api, yaitu suhu. Namun informasi terkait penyakit luka api terutama pengaruh lingkungan (suhu) terhadap jamur S. scitamineum pada tanaman tebu masih terbatas, sehingga perlu diketahui pengaruh rentang suhu yang berbeda terhadap perkecambahan dan persebaran miselia jamur S. scitamineum penyebab penyakit luka api pada tebu. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat yang berlokasi di Jalan Raya Karangploso Km 4, Kotak Pos 199, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia dan di Laboratorium Jurusan Hama. Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2022 hingga bulan Maret 2022. Perlakuan dilakukan pada skala in vitro yaitu pengaruh suhu yang berbeda (20C, 25C, 30C, dan 35C) terhadap perkecambahan spora S. scitamineum yang diinkubasi pada waktu yang berbeda pula (1 jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam) dan pada skala in vivo yaitu pengaruh suhu (25C, 30C, dan 35C) terhadap persebaran miselia jamur S. scitamineum yang diinkubasi pada waktu yang berbeda pula (1 minggu dan 2 minggu). Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop untuk menghitung nilai persentase perkecambahan spora jamur S. scitamineum dan persebaran miselia jamur S. scitamineum. Analisa data menggunakan RAL dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf signifikan 5% menggunakan bantuan software SPSS dan Ms. Excel. Suhu berpengaruh terhadap perkecambahan spora jamur S. scitamineum. Suhu 30C merupakan suhu optimal untuk perkecambahan spora mencapai 92.3% setelah 6 jam inkubasi. Pada waktu 4 jam inkubasi perkecambahan spora paling tinggi terjadi pada suhu 30C. Begitu juga dengan waktu inkubasi 1 dan 2 jam, hanya pada suhu 30C spora mulai berkecambah. Sedangkan perkecambahan spora paling rendah terjadi pada suhu 20C pada waktu inkubasi 4 maupun 6 jam yaitu nilai perkecambahan masing-masing 12,3% dan 46,3%. Selain itu, suhu juga berpengaruh terhadap persebaran miselia jamur S. scitamineum. Persentase persebaran miselia mencapai 96% pada suhu 30C setelah 2 minggu inokulasi. Pada waktu 1 minggu setelah inokulasi persebaran miselia paling tinggi juga terjadi pada suhu 30C. Sedangkan suhu 25C merupakan suhu yang paling rendah tingkat persentase persebaran miselia dengan angka 49% saat 2 minggu setelah inokulasi dan hanya 18% saat 1 minggu setelah inokulasi.

English Abstract

Sugarcane has many functions and supports the economic and industrial sectors because sugarcane is called the main sugar-producing crop. Based on data from Statistics Indonesia (2020) the national sugarcane production in 2020 was 2.1 million tons, a decrease of 96.32 thousand tons (4%). Disease attack is one of the causes of less than optimal sugar production. Plants are known to be susceptible to smut disease, one of the main diseases in sugarcane. One of the environmental conditions that affect the development of scald disease is temperature. However, information related to smut disease, especially environmental influences on the fungus S. scitamineum in sugarcane is still limited, so it is necessary to know the effect of different temperature ranges on the germination and distribution ofmycelia of the fungus S. scitamineum which causes smut disease in sugarcane. This research was carried out at the Indonesian Sweetener and Fiber Crops Research Institute located at Jalan Raya Karangploso Km 4, Box Post 199, Malang Regency, East Java, Indonesia and at the Laboratory of the Department of Plant Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, Brawijaya University, Malang City. The research activity was carried out from January 2022 to March 2022. The treatment was carried out on an in vitro scale, namely the effect of different temperatures (20C, 25C, 30C, and 35C) on the germination of S. scitamineum spores which were incubated at different times. (1 hour, 2 hours, 4 hours, and 6 hours) and on an in vivo scale, namely the effect of temperature (25C, 30C, and 35C) on the distribution of mycelia of the fungus S. scitamineum which were incubated at different times (1 week and 2 weeks). Observations were made under a microscope to calculate the percentage value of spore germination of the fungus S. scitamineum and the mycelia distribution of the fungus S. scitamineum. Data analysis using RAL with Duncan Multiple Range Test (DMRT) with a significant level of 5% using SPSS software and Ms. Excel. Temperature affects the spore germination of the fungus of S. scitamineum. The temperature of 30C is the optimal temperature for spore germination reaching 92.3% after 6 hours of incubation. During 4 hours of incubation, the highest spore germination occurred at a temperature of 30C. Likewise with the incubation time of 1 and 2 hours, only at a temperature of 30C the spores began to germinate. While the lowest spore germination occurred at a temperature of 20C at incubation time of 4 and 6 hours, namely the germination values were 12.3% and 46.3%, respectively. In addition, temperature also affects the distribution of mycelium of the fungus S. scitamineum. Persentage of distribution mycelium occurred up to 96% at 30C after 2 weeks of inoculation. At 1 week after inoculation, the highest distribution of mycelium also occurred at a temperature of 30C. While the temperature of 25C is the lowest temperature for the distribution of mycelium with 49% at 2 weeks after inoculation and only 18% at 1 week after inoculation.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523040161
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.16 Production efficiency
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: PKN 01 UB
Date Deposited: 13 Jun 2023 06:24
Last Modified: 13 Jun 2023 06:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/201529
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Tasya.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item