Inventarisasi Lalat Buah (Diptera:Tephritidae) pada Beberapa Tanaman di Pulau Bali.

Saputra, Saddam Bima and Prof. Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini,, MS. and Siti Nurbaya,, SP., MP. (2023) Inventarisasi Lalat Buah (Diptera:Tephritidae) pada Beberapa Tanaman di Pulau Bali. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Denpasar merupakan salah satu unit pelaksana teknis dibidang pertanian. Salah satu fungsi dari BKP Kelas I Denpasar adalah pelaksanaan pemantauan daerah sebar organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Hama lalat buah tergolong ke dalam OPTK yang menghambat kegiatan ekspor produk pertanian. Oleh sebab itu, perlu dilakukannya penelitian melalui pelaksanaan pemantauan daerah sebar hama lalat buah di Pulau Bali menggunakan perangkap Steiner dengan dua jenis atraktan yang berbeda dan pemeliharaan lalat buah dari buah jatuh yang dilakukan di laboratorium. Dengan demikian, hasil keragaman lalat buah dari perangkap Steiner dan pemeliharaan lalat buah dari buah jatuh mampu memberikan informasi dasar dalam pengelolaan maupun pengendalian lalat buah terhadap proses budidaya, sehingga kegiatan ekspor di Pulau Bali dapat berlangsung dengan baik. Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu pemantauan dan identifikasi. Pemantauan dilakukan pada sembilan kabupaten di Pulau Bali, yaitu Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Denpasar, Gianyar, Jembrana, Karangasem, Klungkung, dan Tabanan. Sedangkan, identifikasi dilakukan di Laboratorium Karantina Tumbuhan BKP Kelas I Denpasar. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2022. Penelitian ini meliputi studi pengaruh jenis atraktan yang berbeda terhadap ketertarikan lalat buah di sembilan kabupaten dan studi pemeliharaan lalat buah dari buah jatuh. Sebelum penentuan titik lokasi pengamatan, dilakukan survei terlebih dahulu pada setiap kabupaten dengan mempertimbangkan aksesibilitas lokasi pengamatan yang mudah dijangkau dan penggunaan lahan berupa agroforestri atau hutan, perkebunan, dan pekarangan, sehingga metode yang digunakan adalah subjektif sampel. Setelah itu, dilakukan pencatatan titik koordinat di setiap kabupaten. Perangkap Steiner menggunakan dua jenis atraktan yang berbeda, yaitu methyl eugenol (ME) dan cue lure (CU). Perangkap berbentuk tabung dengan dua lubang pada masing-masing sisinya dan dipasang kapas di bagian dalam perangkap untuk mempermudah saat menyuntikkan atraktan dan insektisida dengan bahan aktif berupa klorpirifos dan sipermetrin sebanyak 0,5 ml. Perangkap Steiner dipasang secara horizontal di lapang dengan cara mengikatkan ke dahan pohon atau tongkat yang telah diletakkan di tengah lahan dengan ketentuan tinggi yang berkisar antara 2-4 meter di atas permukaan tanah. Durasi pemasangan perangkap selama 3 x 24 jam. Setiap kabupaten dipasang dua perangkap, sehingga jumlah perangkap Steiner sebanyak 18. Pemasangan perangkap hanya dilakukan satu kali tiap lokasi. Pemeliharaan lalat buah dari buah jatuh terdiri atas dua tahap. Tahap pertama, serbuk kayu dimasukkan ke dalam stoples bening, kemudian mangkuk kecil yang telah dilapisi kawat kasa dan kain kasa dimasukkan ke dalam stoples. Sampel buah jatuh ditaruh di atas mangkuk kecil. Durasi tahap pertama selama lebih kurang sembilan hari. Setelah muncul pupa, tahap kedua dilakukan dengan menaruh pupa di atas cawan petri, kemudian dimasukkan ke dalam wadah berbentuk balok. Selain pupa, madu dimasukkan di ii dalam wadah sebagai pakan imago. Durasi tahap kedua selama lebih kurang 13 hari. Pemeliharaan lalat buah dari buah jatuh diamati setiap hari. Identifikasi spesimen dilakukan dengan melihat beberapa bagian lalat buah seperti sayap, abdomen, spot muka, dan toraks menggunakan mikroskop stereo. Setelah itu, lalat buah diawetkan secara kering dengan memasukkan spesimen ke dalam fial film yang sudah diberi kertas Whatman dan bahan pengawet. Data dianalisis menggunakan indeks keragaman spesies milik Shannon-Wiener untuk mengetahui kategori keragaman spesies lalat buah di sembilan kabupaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi lalat buah yang terperangkap di dalam perangkap Steiner sebanyak 1.777 individu dari 11 spesies, yaitu Bactrocera albistrigata, B. calumniata, B. carambolae, B. caudata, B. cucurbitae, B. dorsalis, B. limbifera, B. moluccensis, B. papayae, B. umbrosa, dan Dacus longicornis. Spesies lalat buah tertarik pada jenis atraktan yang berbeda. Namun, terdapat beberapa spesies yang terperangkap dalam kedua jenis atraktan, yaitu spesies B. calumniata, B. carambolae, B. limbifera, B. papayae, dan D. longicornis. Atraktan jenis ME memerangkap 1.643 individu dari 11 spesies, sedangkan atraktan jenis CU memerangkap 134 individu dari sembilan spesies. Spesies B. dorsalis dan B. moluccensis tidak ditemukan pada atraktan jenis CU. Pemeliharaan lalat buah dari buah jatuh menggunakan sampel buah jatuh yang ditemukan di lima kabupaten, yaitu buah cabai dari Kabupaten Badung, Gianyar, dan Klungkung, buah mangga dari Kabupaten Buleleng, serta buah pepaya dari Kabupaten Tabanan. Hasil dari pemeliharaan lalat buah dari buah mangga yang ditemukan di Kabupaten Buleleng sebanyak 29 individu dan jumlah spesies lalat buah sebanyak tiga spesies, yaitu spesies B. carambolae, B. dorsalis, dan B. papayae, namun spesies yang mendominansi adalah spesies B. papayae dengan jumlah individu sebanyak 14 individu. Sedangkan, pemeliharaan lalat buah dari buah cabai dan pepaya tidak ditemukan imago lalat buah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lalat buah yang menyerang perkebunan mangga di Kabupaten Buleleng adalah spesies B. carambolae, B. dorsalis, dan B. papayae. Kategori indeks keragaman spesies pada Kabupaten Karangasem dan Tabanan tergolong sedang (1,5-3,5) sedangkan Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Denpasar, Gianyar, Jembrana, dan Klungkung termasuk ke dalam kategori keragaman rendah (< 1,5).

English Abstract

Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Denpasar is one of the technical implementation units in the agricultural sector. One of the functions of BKP Class I Denpasar is to monitor the distribution of quarantine plant pest organisms (OPTK). Fruit fly pests are classified as OPTK which inhibit export activities of agricultural products. Therefore, it is necessary to carry out research through monitoring the distribution of fruit fly pests on the island of Bali using Steiner traps with two different types of attractants and keeping fruit flies from fallen fruit in the laboratory. Thus, the results of the diversity of fruit flies from Steiner traps and the maintenance of fruit flies from fallen fruit can provide basic information in the management and control of fruit flies in the cultivation process, so that export activities on the island of Bali can take place properly. The research was divided into two stages, namely monitoring and identification. Monitoring was carried out in nine regencies on the island of Bali, namely Badung, Bangli, Buleleng, Denpasar, Gianyar, Jembrana, Karangasem, Klungkung and Tabanan regencies. Meanwhile, the identification was carried out in Plant Quarantine Laboratory at BKP Kelas I Denpasar. The research was conducted from October to December 2022. This research included a study of the effect of different types of attractants on the attractiveness of fruit flies in nine districts and a study of rearing fruit flies from fallen fruit. Before determining the observation points, a survey was carried out in each district taking into account the accessibility of the observation locations that were easy to reach and land use in the form of agroforestry or forests, plantations and yards, so the method used was a subjective sample. After that, the coordinates of each district were recorded. Steiner traps use two different types of attractants, namely methyl eugenol (ME) and cue lure (CU). The trap is in the form of a tube with two holes on each side and a cotton swab is attached to the inside of the trap to make it easier to inject the attractant and insecticide with the active ingredients in the form of 0.5 ml of chlorpyrifos and cypermethrin. Steiner traps are set horizontally in the field by tying them to tree branches or sticks that have been placed in the middle of the field with a height that ranges from 2-4 meters above the ground. The duration of trapping is 3 x 24 hours. Two traps were installed in each district, bringing the number of Steiner traps to 18. Traps were set only once per location. Maintenance of fruit flies from fallen fruit consists of two stages. In the first stage, sawdust is put into a clear jar, then a small bowl that has been covered with gauze and gauze is put into the jar. Dropped fruit samples are placed over a small bowl. The duration of the first stage is approximately nine days. After the pupa appears, the second stage is carried out by placing the pupa on a petri dish, then placing it in a block-shaped container. Apart from pupae, honey is included in the container as imago feed. The duration of the second stage is approximately 13 days. Maintenance of fruit flies from fallen fruit was observed every day. Specimen identification was carried out by looking at several parts of the fruit fly such as wings, abdomen, facial spots, and thorax using iv a stereomicroscope. After that, the fruit flies were preserved dry by placing the specimens in a film film which had been treated with Whatman paper and a preservative. Data were analyzed using the Shannon-Wiener's species diversity index to determine the category of species diversity of fruit flies in nine districts. The results showed that the population of fruit flies trapped in Steiner traps was 1,777 individuals from 11 species, namely Bactrocera albistrigata, B. calumniata, B. carambolae, B. caudata, B. cucurbitae, B. dorsalis, B. limbifera, B. moluccensis, B. papayae, B. umbrosa, and Dacus longicornis. Fruit fly species are attracted to different types of attractants. However, there were several species trapped in the two types of attractants, namely B. calumniata, B. carambolae, B. limbifera, B. papayae, and D. longicornis species. The ME type attractant trapped 1,643 individuals from 11 species, while the CU type attractant trapped 134 individuals from nine species B. dorsalis and B. moluccensis species were not found in CU type attractants. The rearing of fruit flies from fallen fruit used fallen fruit samples found in five regencies, namely chilies from Badung, Gianyar and Klungkung regencies, mangoes from Buleleng regency, and papayas from Tabanan regency. The results of keeping fruit flies from mangoes found in Buleleng Regency were 29 individuals and the number of fruit fly species was three species, namely B. carambolae, B. dorsalis, and B. papayae species, but the dominant species was B. papayae with the number of individuals as many as 14 individuals. Meanwhile, the maintenance of fruit flies from chilies and papayas did not find fruit fly imago. Based on the results of the study, it was shown that the fruit flies that attack mango plantations in Buleleng Regency are B. carambolae, B. dorsalis, and B. papayae species. The species diversity index category in Karangasem and Tabanan Regencies is moderate (1.5-3.5) while Badung, Bangli, Buleleng, Denpasar, Gianyar, Jembrana and Klungkung Regencies are included in the low diversity category (<1.5).

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523040149
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.16 Production efficiency
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: PKN 01 UB
Date Deposited: 13 Jun 2023 01:33
Last Modified: 13 Jun 2023 01:33
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/201472
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Saddam Bima Saputra.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item