Studi Teknik Sterilisasi dan Pertumbuhan Kalus Tunas Aksiler Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Secara In Vitro

Anrozi, Nahla Shifa and Prof. Dr. Ir. Lita Soetopo, - and Dr. Febria Cahya Indriani, S.P., M.P (2023) Studi Teknik Sterilisasi dan Pertumbuhan Kalus Tunas Aksiler Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Secara In Vitro. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kebutuhan ubi jalar (Ipomoea batatas L.) diperkirakan akan semakin meningkat pada waktu yang akan datang, seiring pesatnya pertambahan penduduk dan berkembangnya industri berbahan baku ubi jalar. Ubi jalar Rancing banyak diminati oleh pasar domestik dan mancanegara karena memiliki karakteristik umbi yang manis seperti madu. Jenis ubi jalar ini rentan terhadap serangan penyakit Scab (Sphaceloma batatas L.) yang menyebabkan penurunan produksi. Untuk mengatasi hal ini, salah satunya dengan membentuk varietas ubi jalar tahan penyakit Scab yang dapat dilakukan melalui kultur in vitro. Metode kultur in vitro dapat digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik melalui variasi somaklonal. Kendala kultur in vitro pada ubi jalar adalah tingkat kontaminasi yang tinggi dan metode sterilisasi eksplan yang tidak mudah. Perbanyakan secara in vitro memerlukan kondisi yang steril pada eksplan untuk meminimalisir kontaminasi yaitu dengan cara sterilisasi eksplan. Sterilan yang efektif digunakan untuk mengendalikan kontaminasi dalam penelitian ini adalah sodium hipoklorit (NaOCl). Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan ubi jalar secara in vitro adalah media pertumbuhan eksplan. Peningkatan keragaman genetik ubi jalar secara in vitro memerlukan zat pengatur tumbuh untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan kalus yang dihasilkan. Penambahan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) seperti sitokinin dapat meningkatkan pertumbuhan, pembelahan sel dan diferensiasi sel. Beberapa sitokinin yang digunakan yaitu 6-benzylaminopurin (BAP), Kinetin dan Thidiazuron. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh interaksi antara konsentrasi NaOCl dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap tingkat sterilisasi eksplan ubi jalar dan pertumbuhan induksi kalus ubi jalar. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sentral Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) pada bulan Juli 2021 hingga bulan April 2022. Penelitian terdiri atas dua tahap, tahap pertama adalah perlakuan sterilisasi dengan sodium hipoklorit (NaOCl) dan penelitian tahap dua adalah perlakuan berbagai macam ZPT. Pada penelitian tahap satu, metode pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi sterilan yang terdiri dari empat taraf yaitu NaOCl 1% (N1), NaOCl 1,5% (N2), NaOCl 2% (N3) dan NaOCl 2,5% (P4). Faktor kedua adalah durasi perendaman NaOCl yaitu selama 5 menit (P1), 10 menit (P2) dan 15 menit (P3). Masing-masing perlakukan diulang sebanyak tiga kali. Kemudian pada penelitian tahap dua, metode penelitian ini dirancangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jenis ZPT yaitu 6- benzylaminopurin (BAP), Kinetin dan Thidiazuron. Faktor kedua adalah konsentrasi ZPT yaitu masing-masing 1,5 mg/l, 3 mg/l dan 4,5 mg/l. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) pada uji F taraf 5%. Apabila hasil dari uji F terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

English Abstract

The demand for sweet potato (Ipomoea batatas L.) is expected to increase in the future, in line with the rapid population growth and the development of sweet potato-based industries. Rancing sweet potato is in great demand by domestic and foreign markets because it has sweet tuber characteristics like honey. This type of sweet potato is susceptible to Scab disease (Sphaceloma batatas L.) which causes a decrease in production. To overcome this problem, one of the ways is to establish Scab disease-resistant sweet potato varieties which can be done through in vitro culture. The in vitro culture method can be used to increase genetic diversity through somaclonal variation. The problem of in vitro culture of sweet potato is the high level of contamination and the explants sterilization method which is not easy. Most in vitro require sterile conditions on explants to minimize contamination using explant sterilization. An effective sterilant used to control contamination in this study was sodium hypochlorite (NaOCl). Another factor that influences the success of in vitro sweet potato propagation is the explant growth medium. Increasing the genetic diversity of sweetpotato in vitro requires growth regulators to support the growth and development of the resulting callus. The addition of Growth Regulatory Substances (PGR) such as cytokinins can increase growth, and strengthen cells and cell differentiation. Some of the cytokinins used are 6-benzylaminopurine (BAP), Kinetin, and Thidiazuron. This study aims to determine the effect of the interaction between the concentration of NaOCl and Growth Regulatory Substances (ZPT) on the sterilization level of sweet potato explants and the growth of sweet potato callus induced. This research was carried out at the Central Laboratory of Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute (ILETRI) from July 2021 to April 2022. The research consisted of two stages, the first stage was sterilization treatment with sodium hypochlorite (NaOCl) and the second stage was the treatment of various kinds of PGR. In the first phase of research, the method in this study used a Completely Randomized Design (CRD) with two factors. The first factor was the concentration of the sterilant which consisted of four levels, namely 1% NaOCl (N1), 1.5% NaOCl (N2), 2% NaOCl (N3) and 2.5% NaOCl (P4). The second factor was the duration of the NaOCl immersion for 5 minutes (P1), 10 minutes (P2) and 15 minutes (P3). Each treatment was repeated three times. Then in the second stage of research, this research method was designed using a Completely Randomized Design (CRD) with two factors. The first factor is the type of PGR, namely 6-benzylaminopurin (BAP), Kinetin and Thidiazuron. The second factor was the concentration of PGR, which were 1.5 mg/l, 3 mg/l and 4.5 mg/l, respectively. Each treatment was replicated three times. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) at the 5% level of the F test. If the results of the F test there are significant differences, then a further test is carried out using the Least Significance Difference (LSD) at the 5% level.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0522040605
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.16 Production efficiency
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: PKN 01 UB
Date Deposited: 09 Jun 2023 02:48
Last Modified: 09 Jun 2023 02:48
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/201275
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
NAHLA SHIFA ANROZI.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2024.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item