Pengaruh Jenis Naungan Terhadap Kualitas Panen Selada Romaine (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik di Dataran Rendah

Yanuary, Muhammad Arif and Prof.Ir. Sumeru Ashari, M.Agr.Sc.,Ph.D (2022) Pengaruh Jenis Naungan Terhadap Kualitas Panen Selada Romaine (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik di Dataran Rendah. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Indonesia adalah negara agraris yang mempunyai komoditas pertanian sangat beragam, salah satunya adalah komoditas holtikultura. Meningkatnya jumlah penduduk di dunia menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan tanaman holtikultura dan buah-buahan. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran produk hortikultura yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Memiliki beberapa varietas unggulan seperti green oak, red oak, butterhead dan maximus. Selada romaine atau lebih dikenal dengan nama selada rapuh ataupun selada cos, adalah salah satu varietas dari selada (maximus). Selada jenis ini memiliki krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang lebar meninggi mirip petsai. Daunnya lebih tegak dibandingkan dengan daun selada yang umummnya menjuntai lebar ke bawah. Ukurannya besar, bewarna hijau tua relatif gelap dengan cita rasa yang renyah. (produksi selada) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) dapat tumbuh dengan optimal jika dibudidayakan di dataran tinggi dengan suhu berkisar antara 15o – 25o C, kelembaban (RH) 60-80% dan ketinggian optimal 600 – 1200 mdpl (meter di atas permukaan laut). Selada yang ditanam pada dataran tinggi memiliki siklus normal tidak seperti selada yang ditanam di dataran rendah, suhu tinggi menjadi penyebab utama selada menjadi layu dan lebih cepat berbunga. Selada yang mengalami proses pertumbuhan secara fluktuatif cenderung memiliki rasa pahit dan kurang renyah. Hidroponik yang umumnya digunakan di dataran rendah adalah hidroponik jenis NFT (Nutrient Film Technique), sesuai dengan namanya hidroponik NFT menggunakan air yang dialirkan setinggi kertas film sebagai sumber nutrisi yang akan diberikan pada tanaman. Naungan menjadi faktor pendukung pertumbuhan selada di didataran rendah. Agar air yang digunakan sebagai pengantar nutrisi tanaman tidak bersuhu tinggi pemberian jenis naungan yang cocok akan sangat membantu memperlambat kenaikan suhu pada air. Dengan penelitian ini nantinya akan diketahui jenis naungan yang cocok untuk digunakan di dataran rendah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober di greenhouse PT. Pentario Liberio Persada (Kebun Sayur Surabaya) yang terletak di Jl. Gayung Kebonsari No. XI/15, Ketintang, Injoko, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 0 hingga 3 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata harian 21,50oC hingga 35,10oC. Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penggaris, timbangan analitik, meteran, termohygrometer untuk mengetahui suhu minimum dan maksimum serta kelembaban udara, TDS meter, pH meter, pipa talang ukurang panjang 4 m dan lebar 30 cm dengan jarak antar lubang 20 cm, wadah air kapasitas 1000 liter, pompa, gelas ukur, pengaduk nutrisi, pakutjim unutk melubangi media rockwoll, paranet 55%, plastik UV 11%, kertas label, alat tulis dan kamera. Bahan yang digunakan antara lain adalah benih selada cos romaine varietas maximus RZ 41-95, nutrisi AB mix, media tanam rockwoll, air. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah (a) Tinggi tanaman pada perlakuan N0 dan N1 tidak menghasilkan perbedaan nyata, sedangkan pada perlakuan N2 dan N3 terdapat perbedaan signifikan baik antara N2 dan N0, N2 dan N1, serta N3 dan N0, N3 dan N1. Hasil tertinggi pada variabel tinggi tanaman adalah pada perlakuan N3 (perlakuan kombinasi paranet dan plastik UV) dengan tinggi 24,75 cm. (b) jumlah helai daun, pada tabel tiga menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan antara perlakuan N0, dan N2, serta antara N1 dan N3, tetapi terdapat perbedaan signifikan antara N0, dan N2 dengan N1 dan N3. Jumlah helai daun terendah yaitu 14,97 helai daun pada N0 dan jumlah daun tertinggi sebanyak 18 helai daun pada N3. (c) Luas daun tanaman, luas daun diukur dengan metode panjang kali lebar, tidak terdapat perbedaan antara N0 dan N3, serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara N1, dan N2, tetapi terdapat perbedaan nyata antara N0 dan N3, dengan N1 dan N2. Hasil pengukuran luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan N2 dengan luas daun 134,80 cm2 dan hasil pengukuran terendah pada perlakuan N0 dengan luas daun 111,5 cm2. (d) Bobot segar tanaman yang didapat dari menimbang seluruh bagian tanaman mulai dari bagian tanaman yang dapat dikonsumsi dengan bagian media tanam beserta akarnya. terdapat perbedaan signifikan antara perlakuan N0, dan N1, serta N1 dengan N3, tetapi terdapat perbedaan signifikan antara N0, N2, dan N3 dengan bobot segar terendah terdapat pada perlakuan N0 dengan bobot segar 78 g dan bobot segar tertinggi dengan nilai 106,33 g pada perlakuan N2. (e) Bobot konsumsi tanaman yang diamati dari mengukur berat dari tanaman selada yang dapat dikonsumsi dengan memisahkan bagian konsumsi tanaman dengan media tanam serta perakarannya. Pada tabel 3 tidak terdapat perbedaan signifikan antara N1 dan N3, tetapi terdapat perbedaan nyata antara N0, N1, N3 dengan bobot konsumsi terendah 47 g pada perlakuan N0, dan bobot konsumsi tertinggi dengan bobot 73 g pada perlakuan N2.

English Abstract

Indonesia is an agricultural country that has very diverse agricultural commodities, one of which is horticultural commodities. The increasing population in the world has led to an increasing need for horticultural crops and fruits. Lettuce (Lactuca sativa L.) is a horticultural product that has the potential to be developed. Has several superior varieties such as green oak, red oak, butterhead and maximus. Romaine lettuce, better known as fragile lettuce or cos lettuce, is a variety of lettuce (maximus). This type of lettuce has an oval crop with wide growth that rises like Chinese cabbage. The leaves are more upright than lettuce leaves which generally hang down wide. They are large in size, relatively dark green in color with a crunchy taste. (Lettuce production) Lettuce plants (Lactuca sativa L.) can grow optimally if cultivated in highlands with temperatures ranging from 15oC – 25oC, humidity (RH) 60-80% and optimal altitudes of 600 – 1200 meters above sea level ). Lettuce grown in the highlands has a normal cycle unlike lettuce grown in the lowlands, high temperatures are the main cause of the lettuce withering and flowering faster. Lettuce that undergoes a fluctuating growth process tends to have a bitter taste and is less crunchy. Hydroponics that is generally used in the lowlands is NFT (Nutrient Film Technique) hydroponics, as the name implies, NFT hydroponics uses water flowing as high as film paper as a source of nutrition to be given to plants. Shade is a factor supporting the growth of lettuce in the lowlands. So that the water used as a carrier for plant nutrients is not at a high temperature, providing a suitable type of shade will really help slow down the rise in temperature in the water. This research will determine the type of shade that is suitable for use in the lowlands. This research was conducted from September to October in the greenhouse of PT. Pentario Liberio Persada (Surabaya Vegetable Garden) which is located on Jl. Dipper Kebonsari No. XI/15, Ketintang, Injoko, Surabaya City, East Java Province. The research location is located at an altitude of 0 to 3 meters above sea level with an average daily temperature of 21.50oC to 35.10oC. The tools that will be used in this study are a ruler, analytical balance, meter, thermohygrometer to determine the minimum and maximum temperature and humidity, TDS meter, pH meter, gutter pipe measuring 4 m long and 30 cm wide with a distance of 20 cm between holes, containers water with a capacity of 1000 liters, pump, measuring cup, nutrition stirrer, nails for making holes in rock wool media, paranet 55%, UV plastic 11%, label paper, stationery and a camera. The results obtained in this study are (a) There was no significant difference in plant height in the N0 and N1 treatments, while in the N2 and N3 treatments there were significant differences between N2 and N0, N2 and N1, and N3 and N0, N3 and N1. The highest yield on the plant height variabel was in the N3 treatment (a combination of paranet and UV plastic treatment) with a height of 24.75 cm. (b) the number of leaves, in table three explains that there was no difference between treatments N0 and N2, as well as between N1 and N3, but there was a significant

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0522040598
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.16 Production efficiency
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: PKN 01 UB
Date Deposited: 08 Jun 2023 07:50
Last Modified: 08 Jun 2023 07:50
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/201228
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
MUHAMMAD ARIF YANUARY.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2024.

Download (5MB)

Actions (login required)

View Item View Item