Analisis Pengetahuan Konsumen Millennial Dan Keterlibatan Produk Makanan Cepat Saji Dengan Menggunakan Analisis Rantai – Arti Akhir

Kusuma, Arum Cahya and Dr.Ir.Agustina Shinta Hartati W, M.P. and Destyana Ellinggga Pratiwi,, S.P., M.P.MBA (2020) Analisis Pengetahuan Konsumen Millennial Dan Keterlibatan Produk Makanan Cepat Saji Dengan Menggunakan Analisis Rantai – Arti Akhir. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Restoran fast food selalu menyajikan konsep bisnis dengan penawaran menarik dan menyenangkan , mulai dari promosi atau iklan, packaging, serta pelayanan yang cepat. Selain itu, restoran fast food tersebut menyediakan menu yang hampir sama, bahkan seluruh atribut restoran tersebut mengusung warna yang sama yaitu identik dengan warna merah. Kota Kediri dan Kota Malang merupakan kota yang memiliki 3 macam gerai restoran fast food seperti McDonald's (MCD), Kentucky Fried Chicken (KFC), dan Burger King (BK) yang didukung dengan banyaknya jumlah mahasiswa domisili asli atau pun pendatang di Kota Malang dan Kota Kediri. Tentunya minat mahasiswa sebagai kaum millennial untuk mengunjungi dan mengonsumsi makanan cepat saji semakin populer.Inti permasalahan penelitian ini yaitu bagaimana pola perbandingan di dua lokasi penelitian terhadap pengaruh perbedaan pola atribut – konsekuensi – nilai dari konsumen terhadap fast food restaurant product di Kota Malang dan Kota Kediri, dengan menggunakan teori Means-End Chain melalui pendekatan Attribute-Consequence-Value (A-V-C) untuk mengetahui pola Hierarchy Value Map (HVM). Responden yang dipilih adalah mahasiswa Universitas Brawijaya yang merupakan generasi millennial dengan rentang usia 19 – 25 tahun serta pernah mengkonsumsi produk kentang dan ayam goreng dari restoran fast food McDonald's, Kentucky Fried Chicken, dan Burger King di wilayah kota Malang dan Kediri dengan total responden 180. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada konsumen millennial makanan cepat saji McDonald’s (MCD), Kentucky Fried Chicken (KFC), dan Burger King (BK) yang berada di dua kota yakni di kota Kediri dan kota Malang dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada karakteristik yang berbeda tiap restoran MCD, KFC, dan BK melalui pendekatan geodemografis. Mayoritas responden ketiga restoran makanan cepat saji di kota Kediri berjenis kelamin perempuan dengan mayoritas usia 19 – 23 tahun, responden berpendidikan terakhir mayoritas SMA dengan pekerjaan sebagai mahasiswa dan mayoritas memiliki jumlah pendapatan atau uang saku dari 1 juta hingga 3 juta rupiah per bulan. Sedangkan untuk restoran cepat saji MCD, KFC, dan BK di kota Malang 50% berjenis kelamin perempuan, 50% berjenis kelamin laki-laki dengan mayoritas usia 19 – 25 tahun. Mayoritas responden berpendidikan terakhir Strata 1, dengan pekerjaan mayoritas mahasiswa dan mayoritas memiliki pendapatan atau uang saku dari 1 juta hingga 3 juta per bulan, (2) Pada pola means-end chain yang didapat yaitu atribut-konsekuensi-nilai pada restoran MCD atribut yang memiliki nilai paling tinggi di MCD Kediri yaitu didominasi oleh rasa crunchy sebesar 67%. Sedangkan atribut produk MCD Malang dengan prosetase paling tinggi yaitu didominasi oleh atribut rasa lezat sebesar 83%. Konsekuensi yang mendominan di restoran MCD Kediri yaitu konsekuensi kepuasan sebesar 57%, sedangkan di restoran MCD Malang sebesar 73% responden mendapatkan konsekuensi mengenyangkan. Pada hasil nilai atau tujuan konsumen mengkonsumsi produk MCD kota Malang yakni 70% didominasi oleh nilai kesenangan pribadi. Semetara itu, hasil nilai tertinggi di MCD kota Kediri juga didominasi oleh nilai kesenangan pribadi dengan persentase 67% serta nilai pengaturan keuangan dengan persentase yang sama 67%. Pada restoran KFC di kota Kediri atribut tertinggi yaitu rasa crunchy sebesar 67%. KFC Malang dengan persentase paling tinggi yaitu didominasi oleh atribut merek sebesar 67%. Konsekuensi KFC di kota Malang dan Kediri memiliki konsekuensi tertinggi yang sama vii yaitu konsekuensi produk yang praktis dengan persentase 76% KFC Malang, dan 57% KFC di kota Kediri. Nilai pribadi tidak ingin dihormati menjadi nilai terbesar bagi kedua KFC Kediri dan Malang, sebesar 87% bagi responden KFC di kota Kediri, 73% nilai tidak ingin dihormati bagi responden KFC di kota Malang. Dapat diketahui bahwa atribut dengan persentase tertinggi berdasarkan pilihan responden terhadap produk BK yaitu, atribut menggiurkan memperoleh persentase 70% pada BK Kediri, sementara atribut penampilan tidak sesuai memperoleh persentase tertinggi sebesar 73% pada restoran BK di kota Malang. Konsekuensi yang diterima responden dari restoran BK Kediri dan Malang ternyata memiliki konsekuensi yang sama yaitu konsekuensi promosi sebesar 83% pada restoran BK Kediri dan 73% untuk restoran BK Malang sebagai konsekuensi tertinggi. Nilai konsumen yang menjadi motivasi untuk melakukan pembelian produk antara lain kesenangan biasa saja dan gengsi sama-sama memiliki persentase tertinggi yaitu mendapat 77% pada restoran BK di kota Kediri. Sementara itu nilai tertinggi pada restoran BK di kota Malang juga didominasi oleh nilai kesenangan biasa saja., (3) Perbedaan yang dapat diketahui dari atribut-konsekuensi-nilai yakni; Konsekuensi yang muncul sebagai pembeda di restoran MCD Kediri yaitu konsekuensi hanya ingin dengan persentase 46%. Sementara itu konsekuensi pembeda pada restoran MCD kota Malang yaitu konsekuensi diajak teman denga persentase 30%.Pada nilai gengsi MCD kota Malang lebih tinggi yaitu 57% daripada nilai gengsi responden MCD di kota Kediri hanya 27%. Terdapat atribut pembeda dari pilihan konsumen Malang dan Kediri yaitu pada KFC Kediri terdapat atribut rasa biasa sebesar 20%, sedangkan KFC Malang memiliki rasa lezat 37%. Konsekuensi pembeda dari hasil yang diterima responden KFC Kediri antara lain konsekuensi hanya ingin 50%, sedangkan KFC Malang memiliki konsekuensi pembeda yaitu hanya makan sebesar 43%. Nilai kesenangan biasa saja menjadi nilai personal pembeda antara KFC Kediri dan Malang. Adapun atribut sebagai pembeda yaitu atribut kepentingan atribut sebesar 47% serta rasa lezat 50% untuk produk restoran BK di kota Kediri, sedangkan atribut rasa biasa saja sebesar 63% untuk produk restoran BK di kota Malang. Selanjutnya ada konsekuensi tidak ada pilihan sebesar 60%, konsekuensi ini muncul sebagai konsekuensi pembeda di BK Kediri. Selain itu, ada konsekuensi produk baru sebesar 40% sebagai konsekuensi pembeda restoran BK Malang. Sementara itu, terdapat nilai pembeda dari restoran BK kota Kediri yaitu nilai kesenangan pribadi yang memiliki persentase 57%. Nilai motivasi responden di restoran BK kota

English Abstract

Fast food restaurants always present business concepts with attractive and fun offers, ranging from promotions or advertisements, packaging, and fast service. In addition, the fast food restaurant provides almost the same menu, in fact all the restaurant attributes carry the same color that is identical to the color red. Kediri City and Malang City are cities that have 3 kinds of fast food restaurant outlets such as McDonald's (MCD), Kentucky Fried Chicken (KFC), and Burger King (BK) which are supported by the large number of original domicile students or newcomers in Malang and Kota Kediri. Obviously the interest of students as millennials to visit and eat fast food is increasingly popular. The issue of this research is how the comparison patterns in the two research locations affect the effect of different patterns of attributes - consequences - values of consumers on fast food restaurant products in Malang City and Kediri City , using the Means-End Chain theory through the Attribute-Consequence-Value (AVC) approach to determine the Hierarchy Value Map (HVM) pattern. The selected respondents were Universitas Brawijaya students who were millennials aged 19-25 years and had consumed potato and fried chicken products from McDonald's fast food restaurants, Kentucky Fried Chicken, and Burger King in Malang and Kediri with a total of 180 respondents. Based on the results of research conducted on McDonald's fast food millennial consumers (MCD), Kentucky Fried Chicken (KFC), and Burger King (BK) located in two cities namely in the city of Kediri and Malang, it can be concluded that: (1) There are characteristics which have the different each MCD, KFC, and BK restaurant through a geodemographic approach. The majority of respondents in the three fast food restaurants in the city of Kediri are female with the majority aged 19-23 years, the most educated respondents are the majority of high school students who work as students and the majority have an income or pocket money of 1 million to 3 million rupiah per month. Whereas for MCD, KFC, and BK fast food restaurants in Malang 50% are female, 50% are male with the majority aged 19-25 years. The majority of respondents were educated last Strata 1, with the majority working students and the majority having income or pocket money from 1 million to 3 million per month, (2) In the means-end chain pattern obtained, those are the attribute-value of the MCD restaurant, the attribute that has the highest value in MCD Kediri, which is dominated by a crunchy taste of 67%. While the attribute of Malang MCD products with the highest percentage is that it is dominated by the delicious taste attribute of 83%. The consequences that dominate in the MCD Kediri restaurant are 57% satisfaction consequences, while in Malang MCD restaurant 73% of respondents have satisfying consequences. On the results of the value or purpose of consumers consuming Malang City MCD products, 70% is dominated by the value of personal pleasure. Meanwhile, the highest score in the MCD of the city of Kediri was also dominated by the value of personal pleasure with a percentage of 67% and the value of financial arrangements with the same percentage of 67%. At KFC restaurant in Kediri city the highest attribute is crunchy taste by 67%. KFC Malang with the highest proportion was 67% dominated by brand attributes. Consequences of KFC in Malang and Kediri have the same highest frequency, namely practical product consequences with a percentage of 76% KFC Malang, and 57% KFC in Kediri. Personal value does not want to be respected to be the greatest value for both KFC Kediri and Malang, by 87% for KFC respondents in the city of Kediri, 73% value does not want to be respected for KFC respondents in the city of Malang. It can be seen that the attribute with the highest percentage is based on the ix respondents' choice of BK products, that is, the tempting attribute gets a 70% percentage at BK Kediri, while the appearance attribute is not suitable to get the highest percentage of 73% at BK restaurants in Malang. The consequences received by respondents from BK Kediri and Malang restaurants turned out to have the same consequences, namely the promotion consequences of 83% in BK Kediri restaurants and 73% for BK Malang restaurants as the highest consequences. The value of consumers who are motivated to make product purchases include ordinary pleasure and prestige both have the highest percentage, which gets 77% at BK restaurants in the city of Kediri. Meanwhile, the highest value in BK restaurants in the city of Malang is also dominated by the value of mediocrity, (3) The difference that can be known from the value-consequence attributes namely; The consequence that appears as a differentiator in Kediri MCD restaurant is the consequence of only wanting with a percentage of 46%. Meanwhile the differentiating consequences of MCD restaurants in Malang city are the consequences of being invited by friends with a percentage of 30%. In the prestige value of MCD the city of Malang is 57% higher than the prestige value of MCD respondents in Kediri only 27%. There is a distinguishing attribute of Malang and Kediri consumer choices, namely in KFC Kediri there is an ordinary taste attribute of 20%, while KFC Malang has a 37% delicious taste. The differentiating consequences of the results received by KFC Kediri respondents include the consequences of only wanting 50%, while KFC Malang has the differentiating consequences of only eating 43%. The value of ordinary enjoyment becomes a matter of distinguishing between KFC Kediri and Malang. The attribute as a differentiator is the attribute attribute of 47% and the delicious taste of 50% for BK restaurant products in the city of Kediri, while the ordinary taste attribute is 63% for BK restaurant products in Malang. Furthermore there is a consequence of no choice of 60%, this consequence arises as a differentiating consequence at BK Kediri. In addition, there are consequences of new products by 40% as a consequence of differentiating BK Malang restaurants. Meanwhile, the distinguishing value of BK restaurants in the city of Kediri is the value of personal pleasure which has a percentage of 57%. The motivational value of the respondents in BK restaurants Malang city that is the value of lifestyle with a percentage of 47% is a distinguishing value.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0520040054
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.16 Production efficiency
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 07 Oct 2022 02:37
Last Modified: 07 Oct 2022 02:37
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195414
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
- ARUM CAHYA KUSUMA (2).pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2023.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item