Kajian Dampak Perbedaan Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Pada Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah

Setyoreni, Mirta Dwi and Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS (2022) Kajian Dampak Perbedaan Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Pada Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) termasuk ke dalam jenis tanaman palawija penghasil karbohidrat yang berpotensial dan dapat digunakan sebagai pengganti bahan makanan pokok (selain nasi). Ubi jalar mengandung gizi yang tinggi sehingga memiliki kualitas yang baik sebagai bahan pangan. Komoditas ubi jalar mempunyai peranan yang cukup penting karena memiliki banyak manfaat dan nilai tambah. Selain dimanfaatkan dalam bentuk umbi segar, ubi jalar juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pakan dan bahan industri. Masalah utama yang dihadapi dalam kegiatan usaha tani ubi jalar adalah rendahnya produksi rata-rata per hektar lahan. Komoditas ubi jalar lebih toleran terhadap perubahan iklim dibandingkan dengan tanaman palawija lain seperti sorghum, jagung, dan kedelai. Ubi jalar memiliki daya adaptasi yang luas, baik dari kondisi lahan maupun lingkungan. Dalam sistem produksi, perubahan iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Pada lahan yang terdapat di dataran tinggi dan dataran rendah pastinya juga mengalami perubahan iklim yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan unsur iklim dan produktivitas ubi jalar di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah. Mengetahui hubungan dari unsur iklim terhadap hasil produktivitas ubi jalar di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah serta mengetahui unsur iklim yang paling berperan dalam produktivitas ubi jalar di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah. Penelitian dilakukan pada bulan April – Oktober 2021 di Daerah Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang dan Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Alat dan bahan yang digunakan yaitu terdiri dari data primer berupa data iklim dari dua daerah tahun 2001-2020 yang diperoleh dari Stasiun Geofisika III Malang dan Stasiun Geofisika III Sawahan Nganjuk dan data produktivitas ubi jalar tahun 2001-2020 yang diperoleh dari BPS Kabupaten Malang dan BPS Kabupaten Nganjuk dan BDSP-Kementerian Pertanian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Untuk mengetahui hubungan iklim dan produktivitas tanaman ubi jalar dilakukan analisis korelasi antara data iklim dan produktivitas kemudian dilanjutkan dengan regresi linier dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2016 dan SPSS 25. Penetapan lokasi dilakukan metode stratified random sampling yaitu diawali pemetaan wilayah dengan memilih daerah sentra produksi yang termasuk wilayah dataran rendah yaitu berada pada ketinggian di bawah 400 mdpl dan dataran tinggi yaitu wilayah sentra poduksi pada ketinggian diatas 700 mdpl. Untuk menganalis hubungan unsur iklim dengan produktivitas ubi jalar di dataran tinggi dan rendah dilakukan analisis korelasi dan v regresi antara curah hujan, suhu udara, lama penyinaran matahari, kelembaban udara dan produktivitas ubi jalar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu dua puluh tahun (2001 – 2020), terdapat perbedaan unsur iklim pada wilayah dataran tinggi di Kabupaten Nganjuk dan pada wilayah dataran rendah di Kabupaten Malang. Pada dataran tinggi unsur iklim curah hujan, suhu udara dan lama penyinaran matahari lebih rendah daripada dataran rendah. Pada dataran tinggi unsur iklim kelembaban udara lebih tinggi daripada dataran rendah. Pada dataran tinggi produktivitas ubi jalar lebih rendah daripada dataran rendah dengan nilai rata-rata 14,885 ton/ha dan 14,439 ton/ha. Unsur iklim curah hujan di dataran rendah dengan nilai korelasi r = 0,50 dan unsur iklim suhu udara di dataran tinggi dengan nilai korelasi r = 0,61 memiliki hubungan yang nyata pada taraf 5% terhadap produktivitas ubi jalar dikarenakan nilai korelasi r mendekati 1 yang artinya semakin mendekati angka 1, maka pengaruh unsur iklim akan semakin kuat terhadap produktivitas ubi jalar. Unsur iklim kelembaban udara, lama penyinaran matahari tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap produktivitas ubi jalar. Unsur iklim curah hujan di dataran rendah berpengaruh nyata terhadap produktivitas ubi jalar dengan nilai R2 = 24% dan persamaan hasil regresi Y= 29,439 + 0,040 X, ini menunjukkan apabila curah hujan meningkat satu mm akan meningkatkan produktivitas ubi jalar 0,040 ton/ha. dan unsur iklim suhu udara pada dataran tinggi berpengaruh nyata terhadap produktivitas ubi jalar dengan nilai R2 = 38% dan persamaan hasil regresi Y = - 40,541 + 3,005 X, ini menunjukkan apabila suhu meningkat satu derajat akan meningkatkan produktivitas ubi jalar 3,005 ton/ha. Unsur iklim kelembaban udara dan unsur iklim lama penyinaran matahari tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas ubi jalar. Unsur iklim yang paling berperan terhadap produktivitas ubi jalar dilihat dari nilai korelasi nya yaitu unsur iklim suhu udara

English Abstract

Sweet potato (Ipomoea batatas L.) is a plant that belongs to the type of palawija plant which is a potential carbohydrate producer and can be used as a substitute for staple foods (other than rice). Sweet potato contains high nutrition so that it has good quality as a food ingredient. Sweet potato commodity has an important role because it has many benefits and added values. Apart from being used in the form of fresh tubers, sweet potato is also used as a feed-making and industrial material. The main problem faced in sweet potato farming activities is the low average production per hectare of land. This commodity is more tolerant of climate change than other crops such as sorghum, maize and soybeans. Sweet potato has wide adaptability, both from land and environmental conditions. In the production system, climate change can affect plant growth, because plant growth is greatly influenced by weather and climate. On land found in the highlands and lowlands, it must also experience different climatic changes. The purpose of this research is knowing the difference of the climate elements and productivity of sweet potato in the highlands and lowlands. Knowing the relationship of climatic elements to the productivity of sweet potato in the highlands and lowlands and knowing the climate elements that have the most role in the productivity of sweet potatoes in the highlands and lowlands. The research was conducted in April – October 2021 in Sumberpucung District, Malang Regency and Sawahan District, Nganjuk Regency, East Java. The tools and materials used consisted of primary data in the form of climate data from two regions in 2001-2020 obtained from the Malang Geophysics Station III and Sawahan Nganjuk Geophysics Station III and sweet potato productivity data from 2001-2020 obtained from the Malang Regency BPS and BPS Nganjuk Regency and BDSP-Ministry of Agriculture. The research method used is a survey method. To determine the relationship between climate and productivity of sweet potato, a correlation analysis between climate and productivity data was carried out, then followed by linear regression using Microsoft Office Excel 2016 and SPSS 25 software. The location determination was carried out using a stratified random sampling method, which was initiated by mapping the area by selecting the production center area that was selected. including lowland areas, which are at an altitude below 400 masl and highlands, which are production centers at an altitude above 700 masl. To analyze the relationship between climate elements and sweet potato productivity in the highlands and lowlands, correlation and regression analysis was carried out between rainfall, air temperature, duration of sunshine, humidity and sweet potato productivity. vii The results of this study indicate that over a period of twenty years (2001 – 2020), there are climate differences in the highland areas in Nganjuk Regency and in the lowland areas in Malang Regency. In the highlands, the rainfall, temperature and duration of sunshine are lower than in the lowlands. In the highlands, the air humidity are higher than in the lowlands. In the climate of rainfall in the lowlands with a correlation value of r = 0.50 and the climate of air temperature in the highlands with a correlation value of r = 0.61 has a significant relationship at the 5% level on the productivity of sweet potatoes because the correlation value of r is close to 1, which means it is getting closer to number 1, then the influence of climate elements will be stronger on the productivity of sweet potatoes. The element of climate air humidity, duration of sun exposure did not have a significant relationship with sweet potato productivity. On the elements of climate rainfall in the lowlands has a significant effect on sweet potato productivity with a value of R2 = 24% and the regression equation Y= 29.439 + 0.040 X, this shows that an increase in rainfall of one mm will increase the productivity of sweet potato by 0.040 tons/ha. and the climate of air temperature in the highlands has a significant effect on the productivity of sweet potatoes with a value of R2 = 38% and the regression equation Y = -40.541 + 3.005 X, this shows that if the temperature increases by one degree, the productivity of sweet potatoes will increase by 3.005 tons/ha. There is no climate and climate of air and sunlight does not significantly affect the productivity of sweet potatoes.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0522040071
Uncontrolled Keywords: Sweet potato, climate, highlands, lowlands
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.16 Production efficiency
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 19 Jul 2022 07:10
Last Modified: 19 Jul 2022 07:10
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192317
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
MIRTA DWI SETYORENI.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2024.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item