Pengaruh Waktu Tanam Dan Jumlah Benih Per Lubang Tanam Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Terhadap Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Pada Pola Tanam Tumpangsari

Mubarok, Ahnan and Prof. Dr. Ir. Agus Suryanto, MS. (2022) Pengaruh Waktu Tanam Dan Jumlah Benih Per Lubang Tanam Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Terhadap Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Pada Pola Tanam Tumpangsari. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman bahan pangan utama selain tanaman biji-bijian dan tanaman kentang. Budidaya ubi kayu (Manihot esculenta) sering dilakukan dengan pola tanam tumpangsari dengan berbagai cara yang ditujukkan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan. Tumpangsari adalah penananaman dua tanaman atau lebih secara bersamaan pada lahan dan waktu yang sama. Pengaturan waktu tanam dan jumlah bibit dalam tumpangsari yaitu untuk mengatur daya kompetisi antar tanaman pokok dengan tanaman sela. Salah satu tanaman yang sering ditanam secara tumpangsari dengan ubi kayu adalah tanaman padi gogo. Penanaman padi gogo perlu pengaturan waktu tanam yang tepat dan populasi tanaman agar kompetisi dengan tanaman ubi kayu dapat diminimalisir. Hasil penelitian Faruck et al., (2009) menyatakan bahwa penggunaan bibit/lubang tanaman masing- masing 1 bibit, 2 bibit, 3 bibit menghasilkan bobot gabah kering masing-masing 3,63 ton.ha-1, 3,92 ton.ha-1, 3,78 ton.ha-1. Pemilihaan tumpangsari ubi kayu dengan padi gogo dikarenakan kedua tanaman tersebut mampu tumbuh pada lahan kering. Penggunaan model pola tanam yang tepat pada tumpangsari ubi kayu dengan padi gogo diharapkan dapat meningkatkan memaksimalkan penggunaan lahan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memperoleh produksi ubi kayu (Manihot esculenta) dan padi gogo terbaik dengan upaya memeperkecil kompetisi antar tanaman yakni dengan pengaturan waktu tanam dan jumlah benih padi gogo (Oryza sativa L.). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan September 2021 di lahan pertanian Universitas Brawijaya, Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Alat yang digunakan adalah cangkul, tugal, sabit, papan tanda perlakuan, label sampel, oven, meteran, timbangan, dan alat tulis. Bahan yang digunakan benih padi Gogo varietas Inpago 12, bibit singkong gajah, pupuk Urea (46% N), pupuk SP36 (36% P2O5), pupuk KCl (60% K2O), herbisida roundup dan pestisida. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (RPT), pada petak utama adalah waktu tanam yang meliputi W1= 7 Hari Sebelum tanam ubi kayu, W2= 0 HST (bersaman dengan ubi kayu), W3 = 7 HST setelah ubi kayu, sedangkan untuk anak petak adalah jumlah benih per lubang tanam yang meliputi J1= 2 benih, J2= 4 benih, J3= 6 benih, dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi percobaan dengan 3 kali ulangan sehingga terdapat 27 unit kombinasi perlakuan. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan cara mengambil 2 tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan yang dilakukan pada 120 HST dan panen. Parameter pengamatan tanaman ubi kayu meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah umbi kayu, berat umbi kayu, berat kering total tanaman ubi kayu saat panen. Parameter pengamatan tanaman padi gogo meliputi berat kering total tanaman saat panen, produksi gabah saat panen dan data pendukung intersepsi cahaya matahari. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam uji F pada taraf 5% untuk mengetahui interaksi atau pebgaruh nyata dari perlakuan. Apabila terjadi interkasi ii dari perlakuan maka dilakukan uji lanjut menggunakan BNT pada taraf 5% untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tanam tumpangsari dengan pengaturan waktu tanam dan jumlah benih per lubang tanam padi gogo memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi kayu. Berdasarkan analisa ragam perlakuan W3 memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman ubi kayu pada 100 dan 114 HST dengan rata-rata tertinggi sebesar 134,61 cm dan perlakuan J1 memberikan pengaruh nyata dengan J2 terhadap tinggi tanaman ubi kayu pada 100 dan 114 HST; perlakuan W3 berpengaruh nyata pada jumlah daun dan luas daun pada 120 HST dengan rerata tertinggi yaitu sebesar 143,51 helai dan 28.940,89 cm2.tan-1 dan perlakuan J1 memberikan pengaruh nyata dengan J2 terhadap jumlah daun dan luas daun ubi kayu pada 120 HST dengan rata-rata tertinggi yaitu 140,45 helai dan 28.295,78 cm2.tan-1; perlakuan W3 berpengaruh nyata pada bobot kering total ubi kayu pada 120 HST dengan rerata tertinggi yaitu 472,06 g.tan-1 dan perlakuan J1 memberikan pengaruh nyata dengan J2 terhadap berat kering total ubi kayu pada 120 HST yaitu 456,76 g.tan-1; perlakuan W1 berpengaruh nyata pada bobot kering total padi gogo pada 115 HST dengan rerata tertinggi yaitu 94,51 g.tan-1 dan perlakuan J1 dan J2 memberikan pengaruh nyata dengan J3 terhadap berat kering total padi gogo pada 115 HST yaitu 90,06 g.tan-1 dan 92,89 g.tan-1; perlakuan W3 berpengaruh nyata pada jumlah dan berat segar umbi ubi kayu pada 120 HST dengan rerata tertinggi yaitu 11,89 dan 1.652,22 g.tan-1 dan perlakuan J1 memberikan pengaruh nyata dengan J3 terhadap jumlah dan berat umbi ubi kayu pada 120 HST yaitu 10,64 dan 1.657,78 g.tan-1 ; perlakuan W1 berpengaruh nyata pada berat gabah padi gogo pada 115 HST dengan rerata tertinggi yaitu 2,70 ton.ha-1 dan perlakuan J1 dan J2 memberikan pengaruh nyata dengan J3 terhadap berat gabah padi gogo pada 120 HST yaitu 2,59 ton.ha-1 dan 2,63 ton.ha-1. Sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman utama diperlukan adanya percobaan lebih lanjut mengenai kombinasi waktu tanam padi gogo yang lebih lebar dan dengan jumlah benih padi gogo yang lebih beragam.

English Abstract

Cassava (Manihot esculenta) is one of the main food crops other than plant seeds and potato plants. Cultivation of cassava (Manihot esculenta) is often performed with intercropping patterns in various ways is showed by optimize land use. Intercropping is cultivation two or more crops simultancously on land and the same time, The timing and number of seeds planted in intercropping is to regulate competition between main plants with the plant staple crops sidelines. This gives a sense of competition that is the action of an effort to get what the other party sought to be obtained at the same time (Sitompul and Guritno, 1995), One of the plants that is often planted in intercropping with cassava is upland rice. Upland rice planting requires proper timing of planting and plant population so that competition with cassava plants can be minimized. The results of the study Faruck et al., (2009) states that the use of seed per planting holes each 1 seed, 2 seed, 3 seed yield of dry grain weight each 3.63 ton.ha-1, 3.92 ton.ha-1, 3.78 tonha-1. The choosing of cassava intercropped with upland rice because both plants are able to grow on dry land. The right model at cropping cassava intercropped with upland rice is expected to increase productivity and maximize the use of land. The purpose of this research is to obtain the production of cassava and upland rice optimum efforts competition between the plants with the planting and number of seed of upland rice (Oryza sativa L.). The research was conducted from Mei until September 2021 in agricultural land of Brawijaya University, Mrican Village, Mojoroto District, Kediri city. The tools in this research are hoe, sickle, sign board, sample label, oven, scales, and stationery. The materials are Inpago 12 variety of upland rice seeds, Gajah variety of cassava seeds, urea (46% N), SP36 (36% P2O5), and KCl (60% K2O), Roundup herbicide and pesticide. The design used in this research is Split Plot Design (SPD), the main plot was planting time which included W1 = 7 days before planting of cassava, W2 = 0 DAS (along with cassava), W3 = 7 DAS after cassava, Subplots treated with the number of seeds per planting hole which included J1 = 2 seeds, J2 = 4 seeds, J3 = 6 seeds, from these two factors obtained 9 experimental combinations with 3 replications so that there were 27 treatment combination units. Observations were carried out destructively by taking 2 sample plants for each treatment combination carried out at 120 DAP and harvest time. Observation parameters of cassava plants include plant height, number of leaves, leaf area, number of tubers, weight of tubers, total dry weight of cassava plants at harvest. The observation parameters of upland rice include the total dry weight of the plant at harvest, and grain production at harvest. Supporting data the sunlight interception. The observational data were analyzed by using F test at the 5% level to know the effect of the treatment. If there is an interaction of the treatment, then proceed with using LSD test at the 5% level to comparison between the treatments. The results showed that the intercropping pattern with adjusting the time planting and the number of seeds of upland rice had an effect on the growth and iv yield of cassava. Based on the analysis of variance, W3 treatment had a significant effect on cassava plant height at 100 and 114 DAP with the highest average of 134.61 cm and J1 treatment had a significant effect with J2 on cassava plant height at 100 and 114 DAP; W3 treatment significantly affected the number of leaves and leaf area at 120 DAP with the highest average consecutive 143.51 strands and 28.940.89 cm2.tan-1 and treatment J1 had a significant effect with J2 on leaf number and leaf area of cassava at 120 DAP. with the highest average of 140.45 strands and 28.295.78 cm2.tan-1; W3 treatment had a significant effect on the total dry weight of cassava at 120 DAP with the highest average of 472.06 g.tan-1 and treatment J1 had a significant effect with J2 on the total dry weight of cassava at 120 DAP, namely 456.76 g.tan- 1; W1 treatment had a significant effect on the total dry weight of upland rice at 115 DAP with the highest average of 94.51 g.tan-1 and treatments J1 and J2 had a significant effect with J3 on the total dry weight of upland rice at 115 DAP, namely 90.06 g. tan-1 and 92.89 g.tan-1; W3 treatment had a significant effect on the number and fresh weight of cassava tubers at 120 DAP with the highest average of 11.89 and 1,652.22 g.tan-1 and treatment J1 had a significant effect with J3 on the number and weight of cassava tubers at 120 DAP, namely 10.64 and 1,657.78 g.tan-1 ; W1 treatment had a significant effect on the weight of upland rice grains at 115 DAP with the highest average of 2.70 tons.ha-1 and treatments J1 and J2 had a significant effect with J3 on upland rice grain weight at 120 DAP, namely 2.59 tons.ha- 1 and 2.63 ton.ha-1. In an effort to increase the productivity of the main crop, further experiments are needed on the combination of a wider time planting of upland rice and a more diverse number of upland rice seeds per hole of planting.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0522040027
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.16 Production efficiency
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 18 Jul 2022 02:58
Last Modified: 18 Jul 2022 03:00
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192157
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Ahnan Mubarok.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2024.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item