Analisa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kompetensi Petugas Ambulan Tulungagung Emergency Medical Cervices (TEMS)

Nugroho, Kristianto Dwi (2019) Analisa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kompetensi Petugas Ambulan Tulungagung Emergency Medical Cervices (TEMS). Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pelayanan Pre-hospital merupakaan sebuah perawatan kegawatdaruratan yang dilakukan di luar rumah sakit baik trauma ataupun non trauma. Pelayanan ini dilakukan untuk mencegah kematian serta kecacatan berlanjut. Pelayanan EMS di Indonesia pertama kali dikembangkan pada tahun 1969 oleh Asosiasi Ahli Bedah Indonesia. Karena kurangnya dukungan pemerintah, menyebabkan pelayanan gawat darurat tidak berkembang. Awal tahun 1990 dibentuk layanan serupa dengan nama ambulans 118, namun kurangnya dukungan pemerintah mengakibatkan pelayanan kurang berkembang. Tahun 2016, pemerintah meluncurkan sistem layanan ambulans 119 melalui peraturan Menteri kesehatan no 19 tahun 2016 mengenai Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dikembangkan dari pelayanan serupa di Tulungagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kompetensi petugas ambulans TEMS. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada seluruh area kerja TEMS di Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia. TEMS terdiri dari tiga tim yaitu tim call center, tim TEMS RSUD Dr Iskak, dan tim pada 14 puskesmas di seluruh Tulungagung. Penyebaran sampel dilakukan secara acak pada seluruh anggota mulai dari call center, tim TEMS RSUD Dr Iskak dan seluruh puskesmas. Studi ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2019. Kuesioner yang telah dikembangkan oleh peneliti terdiri dari 38 pertanyaan. Jawaban pertanyan berbentuk skala likert dengan satu untuk sangat tidak setuju, dua untuk tidak setuju, tiga untuk setuju serta empat untuk sangat setuju. Uji validitas dilakukan di PSC (Public Safety Center) kota Malang. Uji validitas menghasilkan nilai cronbach’s alpha adalah 0,917, sehingga kuesioner telah reliabel dan siap untuk digunakan dalam penelitian. Analisa bivariat menunjukkan bahwa keyakinan dan nilai profesionalisme memiliki hubungan (p=0.000) kuat dengan kompetensi petugas prehospital (correlation coefficient =0.595). Budaya organisasi memiliki hubungan yang kuat dengan kompetensi (p=0.000) NilaKoefisien korelasi antara budaya organisasi dengan kompetensi cukup tinggi, yaitu sebesar 0,596. Nilai profesionalisme adalah sebuah semangat seseorang dalam menjalankan tugasnya dengan paradigma, spirit, tingkah laku, pemikiran serta ideologi yang senantiasa di asah untuk meningkatkan kualitas nilai profesi sendiri. Budaya organisasi yang baik akan menghasilkan sistem perekrutan yang baik pula. Sistem tersebut dapat secara tidak langsung akan meningkatkan kompetensi petugas secara keseluruhan. Analisa bivariat pada variabel lain juga menunjukkan bahwa pengalaman memiliki pengaruh terhadap kompetensi (p=0.000). Pengalaman bekerja di lapangan dapat membantu perawat untuk mendeteksi perburukan yang mungkin muncul pada pasien. Karakteristik kepribadian memiliki hubungan yang signifikan dengan kompetensi (p=0,000).ix Analisa mulitvariat menunjukkan bahwa budaya organisasi (1,778), keyakinan dan nilai pofesionalisme (0,681) dan budaya organisasi (0,852) memberikan pengaruh simultan dengan kompetensi petugas ambulan TEMS. Nilai adjusted r square yang diperoleh adalah 0,536. Hal ini bererti bahwa varian dari keyakinan dan nilai profesionalisme, karakteristik kepribadian dan budaya organisasi hanya mampu menjelaskan hubungan dengan varian kompetensi petugas ambulan sebesar 53,6%. Sedangkan 46,4% varian kompetensi dipengaruhi oleh faktro lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagi masyarakat mengenai pelayan pre-hospital di Indonesia. Institusi penyedia layanan kesehatan diharapkan dapat memberikan evaluasi mengenai pelayanan yang diberikan dan dapat meningkatkan kompetensi petugas. Insititusi pendidikan diharapkan menyediakan materi pendidikan pre-hospital, supaya menghasilkan petugas ambulan yang ready to use. Pemerintah dan seluruh stake holder yang ada diharapkan berkerjasama dalam membentuk kompetensi inti petugas ambulans pre-hospital di Indonesi

English Abstract

Indonesia memiliki pelayanan prehospital yang secara nasional yaitu Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang diadopsi dari pelayanan serupa di Tulungagung. Tahap awal pengembangan pelayanan adalah pengembangan sumber daya manusia. Kompetensi bukan merupakan faktor yang benar-banar independent, terdapat faktor yang mempengaruhi seperti keyakinan dan nilai profesionalisme, karakteristik kepribadian, pengalaman bekerja dan budaya organisasi. Desain penelitian yang digunakan merupakan observasional analitik dengan cross-sectional sebagai pendekatan. Kuesioner disebarkan pada 120 responden di seluruh area kerja TEMS (Tulungagung Emergency Medical Services) yang meliputi 14 puskesmas, call center dan tim TEMS RSUD Dr Iskak. Secara pasrial profesionalisme, budaya organisasi, karakteristik kepribadian dan pengalaman kerja memiliki hubungan yang signifikan terhadap kompetensi petugas ambulan. Sedangkan secara bersama-sama budaya organisasi, karakteristik kepribadian dan profesionalisme memiliki hubungan yang kuat dengan kompetensi petugas ambulan. Sehingga untuk mengembangkan kompetensi petugas ambulan, diperlukan upaya yang dapat dilakukan seperti perbaikan budaya organisasi, profesionalisme, peningkatan karakter kepribadian dan pengalaman. Kompetensi dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan prehospital dan mengurangi kematian yang dialami pasien. Kata Kunci Kompetensi; petugas ambulans; pre-hospitalxi ABSTRACT Kristianto Dwi Nugroho. 2019. Analisa Factor Related with Competency of Ambulance Tulungagung Emergency Medical Services (TEMS). Thesis . Magister Of Nursing Program, Medicine Faculty, Brawijaya University. Malang. Mentor (1) Dr.dr. Setyawati Soeharto, M.Kes, (2) Dr. Yulian Wiji Utami, S.Kp.,M.Kes Indonesia has prehospital services nationally, namely Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adopted from similar services in Tulungagung. The initial stage of service development is the development of human resources. Competence is not a truly independent factor, there are influencing factors such as beliefs and values of professionalism, personality characteristics, work experience and organizational culture. The research design used was analytic observational with cross-sectional approach. The questionnaire was distributed to 120 respondents in all work areas of TEMS (Tulungagung Emergency Medical Services) which included 14 health centers, call centers and TEMS teams at Dr Iskak Hospital. Pasrial professionalism, organizational culture, personality characteristics and work experience have a significant relationship to the competence of ambulance officers. While together organizational culture, personality characteristics and professionalism have a strong relationship with the competence of ambulance officers. So as to develop the ambulance officers' competencies, efforts can be made such as organizational culture improvement, professionalism, improvement in personality traits and experience. Competence is needed to improve pre-hospital services and reduce deaths experienced by patients

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/658.3/NUG/a/2019/041903904
Uncontrolled Keywords: PERSONNEL MANAGEMENT, PERSONALITY, EMERGENCY MEDICAL SERVICES, CORPORATE CULTURE
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 658 General management > 658.3 Personnel management (human resource management)
Divisions: S2/S3 > Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 26 Dec 2019 10:47
Last Modified: 02 Mar 2022 07:26
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/177367
[thumbnail of kristianto_176070300111002-2.pdf]
Preview
Text
kristianto_176070300111002-2.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item