Pratiwi, Ni Made Sintha (2018) Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Stigma Masyarakat terhadap Gangguan Jiwa Berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang Melalui Pendekatan Sunrise Model. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, angka penderita gangguan jiwa berat mencapai 4,6 per mil dan mengalami penurunan menjadi 1,7 per mil di tahun 2013. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan penderita gangguan jiwa berat yang tinggi, yaitu 3,1 per mil pada tahun 2007 dan mengalami penurunan menjadi 2,2 per mil pada tahun 2013. Meskipun terjadi penurunan, angka tersebut masih tinggi apabila dibandingkan dengan angka secara nasional. Beban yang dirasakan oleh penderita gangguan jiwa berat tidak hanya kondisi penyakitnya saja, tetapi juga stigma. Dampak stigma begitu besar di masyarakat sebagai penghambat keberhasilan terapi pada penderita gangguan jiwa. Stigma sebagai suatu pandangan negatif masyarakat terhadap gangguan jiwa berat berkaitan dengan aspek budaya. Adanya interaksi dari setiap komponen budaya dari model keperawatan yaitu sunrise model yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger berhubungan dengan pandangan masyarakat luas terkait kondisi gangguan jiwa berat di masyarakat. Stigma dapat menghambat keberhasilan suatu terapi, menghambat individu dalam mencari pelayanan kesehatan, dan menurunkan harga diri penderita. Selain itu, interaksi antara penderita gangguan jiwa berat dengan lingkungannya juga terhambat, hal ini tentunya sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Beberapa hasil penelitian terdahulu memperlihatkan adanya hasil yang tidak konsisten tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat. Di Desa Sukonolo, sebagian masyarakat masih takut berinteraksi dengan penderita gangguan jiwa berat, menganggap penderita berbahaya sehingga harus dihindari dan tidak mungkin untuk disembuhkan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan stigma masyarakat dan mencari faktor dominan yang berhubungan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang melalui pendekatan sunrise model. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 150 orang yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Sukonolo Kabupaten Malang dari tanggal 18 Desember 2017 hingga 11 Januari 2018. Analisis bivariat menggunakan uji Spearman Rank, sedangkan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda untuk menentukan faktor yang paling dominan berhubungan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat. x Hasil analisis bivariat menunjukkan paparan media massa, kesejahteraan spiritual, kontak interersonal, sikap, dan pengetahuan memiliki nilai p < 0,05 sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara paparan media massa, kesejahteraan spiritual, kontak interpersonal, sikap, dan pengetahuan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang.Dari hasil analisis regresi logistik berganda yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa variabel dengan nilai p < 0,05 adalah variabel pengetahuan, paparan media massa, dan kesejahteraan spiritual. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, paparan media massa, dan kesejahteraan spiritual dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang. Nilai statistik Hosmer and Lemeshow‘s Goodness of Fit Test adalah 3,629 dengan probabilitas signifikansi 0,889 yang nilainya jauh lebih besar dari nilai p= 0,05. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan untuk memprediksi stigma yang dimiliki masyarakat terhadap gangguan jiwa berat. Nilai R Square menunjukkan nilai 0,588 atau sebesar 59% yang berarti bahwa variabel stigma masyarakat dapat dijelaskan sebesar 59% oleh variabel paparan media massa, kesejahteraan spiritual, kontak interpersonal, sikap, dan pengetahuan. Sedangkan 41% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Paparan media massa yang rendah memiliki nilai OR paling tinggi yaitu sebesar 26,744. Sebagai faktor yang paling dominan terhadap stigma masyarakat terkait gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo, media massa harusnya dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai penyebaran informasi yang positif. Media massa dianggap sebagai sumber informasi utama bagi masyarakat tentang gangguan jiwa. Sebagian besar masyarakat di Desa Sukonolo mengatakan belum pernah mendapat penyuluhan kesehatan terkait ganggun jiwa. Kegiatan Posyandu Jiwa yang dilaksanakan setiap hari Senin di minggu ke tiga setiap bulannya yang juga didampingi oleh bidan atau perawat dari Puskesmas Bululawang belum membentuk program penyuluhan. Posyandu yang dilakukan saat ini masih berfokus pada masyarakat yang sakit, belum mencakup yang risiko maupun sehat. Minimnya informasi terkait gangguan jiwa yang diperoleh oleh masyarakat di Desa Sukonolo membuat mayarakat lebih sering terpapar informasi melalui media televisi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara paparan media massa, kesejahteraan spiritual, kontak interpersonal, sikap, dan pengetahuan dengan stigma masyarakat terhadap gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo Kabupaten Malang berdasarkan pendekatan sunrise model, dengan paparan media massa sebagai faktor dominan khususnya melalui televisi. Sebagai faktor yang paling dominan terhadap stigma masyarakat terkait gangguan jiwa berat di Desa Sukonolo, media massa khususnya televisi harusnya dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai penyebaran informasi tentang gangguan jiwa.
English Abstract
Based on Indonesia’s Riskesdas (Basic Health Research) data in 2007, the number of people with severe mental illness reached 4.6 per mile and decreased to 1.7 per mile in 2013. East Java is one of the provinces in Indonesia having a high number of people with severe mental illness which was 3.1 per mile in 2007 and decreased to 2.2 per mile in 2013. Despite the decline, the prevalence is still high compared to the national prevalence. The person suffering mental illness is not only burdened by his condition but also by the stigma. The impact of stigma extremely influences society that it is considered to be the obstacle in mental illness therapy. Stigma as the society adverse view toward severe mental illness is related with the cultural aspect. The interaction appeared from each component of nursing model namely sunrise model –a model developed by Madeleine Leininger- is connected with the wide society views about severe mental illness condition in society. Stigma could hinder a therapy, become a barrier to health services access and affect the self-esteem of people who suffer from mental illness. In addition, stigma also obstructs the social interactions between people with severe mental illness and their environment, affecting their quality of life. Several previous studies show the inconsistent result of factors related to public stigma on severe mental illness. In Sukonolo Village, some people are still hesitant to have an interaction with people suffering severe mental illness. The society avoided these people because they believe that the people with mental illness are harmful and impossible to be healed. The aim of this study was to analyse the factors related to public stigma and to find out the dominant factors related to public stigma about severe mental illness through sunrise model approach in Sukonolo Village, Malang District. Observational analytical design with cross sectional approach were used in this study. There were 150 respondents contributed in this study. The respondents were obtained using purposive sampling technique. This study were held from 18th December 2017 until 11th January 2018 in Sukonolo Village, Malang District. Bivariate analysis were done using Spearman Rank while Multivariate analysis were used multiple logistic regression to determine the most dominant factor related to public stigma about severe mental illness. The result of bivariate analysis showed that the exposure of mass media, spiritual well-being, interpersonal contact, attitudes, and knowledge have a value of p ≤ 0.05 so that H0 is rejected. It can be concluded that there is a relationship between exposure to mass media, spiritual well-being, interpersonal contact, xii attitudes, and knowledge with the public stigma toward severe mental illness in Sukonolo Village, Malang Regency.The result of multivariate analysis showed that the variables with a value of p ≤ 0.05 is variable of knowledge, exposure to mass media, and spiritual well-being. The statistical value of Hosmer and Lemeshow‘s goodness of fit test was 3,629 with probability-significance at 0,889 which was bigger from p-value = 0, 05. From this result, regression model was considered suitable to be used to predict social stigma towards severe mental disorders. R Square value shows the value of 0.588 or equal to 59% which means that public stigma variable can be explained 59% by independent variable namely exposure to mass media, spiritual well-being, interpersonal contact, attitudes, and knowledge, while 41% is explained by other variables outside this research model. Low exposure to mass media has the highest OR value of 26.744. Based on the results of multiple logistic regression analysis, it can be concluded that exposure to mass media variable is the most dominant independent variables associated with the public stigma toward severe mental illness in Sukonolo Village, Malang Regency based on sunrise model approach. As the most dominant factor toward social stigma regarding mental illness in Sukonolo Village, mass media should have been able to deliver more positive information about mental illness. Mass media is considered as the main source for the community to get information about mental illness. Most people in Sukonolo Village stated that they have never received any of health education regarding mental illness. Posyandu Jiwa is open every Monday on the third week of the month but unfortunately the center hasnot established the program for mental health education even though it is assisted by midwives and nurses from Puskesmas Bululawang (Bululawang's Community Health Center). The current health center is still focused on treating the sick patients and it hasnot covered those people who are vulnerable to particular risk or even the healthy people yet. The lack of information regarding mental illness obtained by people in Sukonolo Village leads most of them to be exposed to the information from media such as television. There weresignificant correlation between mass media exposure, spiritual well being, interpersonal contact, attitude, and knowledge with public stigma toward mental illness based on sunrise model approach, while mass media exposure as a dominant factor influencing public stigma toward mental illness.As the most dominant factor toward public stigma toward mental illness in Sukonolo Village, mass media should have been able to deliver more positive information about mental illness.
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/616.89/PRA/f/2018/041804511 |
Uncontrolled Keywords: | MENTAL ILLNESS, PSYCHOLOGY, PATHOLOGICAL |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 616 Diseases > 616.8 Diseases of nervous system and mental disorders > 616.89 Mental disorders |
Divisions: | S2/S3 > Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 21 Nov 2019 08:59 |
Last Modified: | 19 Dec 2019 04:55 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/175959 |
Actions (login required)
View Item |