Produktivitas Tebu Keprasan (Saccharum officinarum L.) Varietas Bululawang di Beberapa Wilayah Kabupaten Malang

Muhtadi, Much. Misbah (2019) Produktivitas Tebu Keprasan (Saccharum officinarum L.) Varietas Bululawang di Beberapa Wilayah Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tebu adalah tanaman perkebunan yang dimanfaatkan bagian batangnya. Tanaman ini termasuk kedalam genus Saccharum dengan kadar sukrosa yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku gula pasir. Tingginya kebutuhan gula dalam negeri disebabkan karena belum ada sumber pemanis lain yang setara dengan gula tebu. Produksi tebu di Indonesia mengalami fluktuasi karena efisiensi di tingkat tanaman (on farm) dan pabrik gula (off farm) yang masih rendah sehingga produksi gula juga rendah. Lahan tebu di Indonesia sebagian besar dikelola oleh petani (Tebu Rakyat atau TR). Jawa Timur menjadi provinsi yang menyumbang produksi tebu tertinggi dari total produksi di Indonesia dan Kabupaten Malang menjadi kabupaten dengan produksi tebu tertinggi di Jawa Timur. Rendahnya gula yang dihasilkan berhubungan dengan budidaya tebu keprasan yang dilakukan oleh petani. Sistem budidaya tebu keprasan hanya dibatasi hingga 3 kali keprasan, sedangkan petani banyak yang membudidayakan hingga lebih dari 3 kali keprasan. Pergeseran penggunaan lahan dari lahan sawah irigasi ke lahan tadah hujan juga mempengaruhi produktivitas tebu. Budidaya tebu keprasan dapat menurunkan biaya produksi dibandingkan dengan budidaya tebu tanam baru, namun produktivitas tebu keprasan akan menurun 20 – 25% dari tanaman tebu pertama. Varietas Bululawang menjadi varietas tebu yang sering ditanam oleh petani tebu di Indonesia terutama di wilayah Malang Raya karena produktivitas pada tanaman keprasan yang tinggi terutama pada kepras 1 dan kepras 2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas tebu berbagai umur keprasan Varietas Bululawang di beberapa wilayah di Kabupaten Malang serta mengetahui frekuensi keprasan yang terbaik dan batasan frekuensi kepras berdasarkan produktivitasnya. Hipotesis dari penelitian ini adalah produktivitas tebu Varietas Bululawang di beberapa wilayah di Kabupaten Malang pada frekuensi kepras 1 dan kepras 2 memiliki produktivitas tebu tertinggi dibandingkan dengan kategori kepras lain dan produktivitasnya akan menurun seiring bertambahnya frekuensi keprasan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2019. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Malang yaitu Kecamatan Lawang, Singosari, Jabung, Pakis, Tumpang, Wagir, Tajinan, Bululawang, Pakisaji, Ngajum, Kromengan, Sumberpucung, Kepanjen, Gondanglegi dan Gedangan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan metode survei yang meliputi wawancara dengan petani tebu dan observasi. Penentuan sample petani ditentukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa petani menanam tebu Varietas Bululawang dan melakukan budidaya tebu keprasan. Jumlah sample petani yang digunakan sebagai responden sebanyak 96 petani tebu berdasarkan rumus Slovin. Observasi dilakukan pada tanaman tebu berumur 10 bulan pada kategori tanam baru, kepras 1, kepras 2, kepras 3, kepras 4, kepras 5, kepras 6 dan kepras 7. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan penentuan sample petani, penentuan lahan pengamatan, kemudian wawancara dengan petani dan pengamatan tanaman. Variabel pengamatan terdiri dari panjang batang, bobot batang per meter, tingkat kemanisan, jumlah batang tebu per meter dan produktivitas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan ANOVA satu arah dengan taraf 5%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Bonferroni. Selain itu juga dilakukan analisis usahatani dengan analisis B/C Ratio untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman tebu keprasan Varietas Bululawang di Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman tebu keprasan Varietas Bululawang mempengaruhi jumlah batang per meter juring dan produktivitas tebu, namun tidak berpengaruh pada panjang batang, bobot batang dan tingkat kemanisan. Jumlah batang per meter juring tanaman tebu Varietas Bululawang kategori kepras 1 dan kepras 2 memiliki jumlah batang tertinggi dibandingkan dengan kategori tanam baru maupun kepras 3 hingga kepras 7. Produktivitas tanaman tebu Varietas Bululawang kategori kepras 1 dan 2 memiliki produktivitas yang tertinggi dibandingkan dengan kategori tanam baru maupun kepras 3 hingga kepras 7. Produktivitas tebu Varietas Bululawang kategori kepras 1 dan kepras 2 mengalami peningkatan sebesar 45% hingga 47% dibandingkan tebu tanam baru. Oleh sebab itu, tanaman tebu Varietas Bululawang layak dibudidayakan hingga kategori kepras 2 karena tanaman tebu kepras 1 dan kepras 2 adalah kategori tanaman yang terbaik dibandingkan kategori yang lain. Berdasarkan hasil analisis usahatani, tanaman tebu keprasan masih layak dibudidayakan hingga kategori kepras 6 karena nilai B/C ratio lebih dari satu.

English Abstract

Sugarcane is plantation crop that utilized the culm. Sugarcane is part of Saccharum genus containing high sucrose so can be utilized as a sugar material. High needs of sugar in Indonesia caused by there is no another sweetener source equal with sugar from sugarcane. Sugarcane productivity in Indonesia is fluctuating because on farm and off farm efficency is low so affecting sugar production. Most of the sugarcane cultivation in Indonesia cultivated by farmers. East Java is the highest province that producting sugarcane in Indonesia and Malang District is the highest district that producting sugarcane in East Java. Low sugar production related with sugarcane cultivation by farmers. Ratoon cane cultivation restricted until 3rd ratoon cropping, but many farmers is cultivating more than 3rd ratoon. Land use change from irrigation field to rainfed land also affecting sugarcane productivity. Ratoon cane cultivation can reduce production cost than plant cane cultivation, but ratoon cane productivity will be decreased 20 – 25% lower than plant cane. Bululawang Varieties is sugarcane that mostly planted by farmers in Indonesia because higher productivity on ratoon cane categories especially 1st ratoon cane and 2nd ratoon cane. The objectives of this research is to know the ratoon cane productivity Bululawang Varieties in several region of Malang District and to know the best ratoon cane categories and ratooning limit based on productivity. The hypothesis of this research is the productivity of 1st ratoon cane and 2nd ratoon cane has highest productivity compare with another ratoon cane categories and productivity will decrease when ratooning frequency decreases. This research was conducted from March until May 2019. This research did in Malang District consist of Lawang, Singosari, Jabung, Pakis, Tumpang, Wagir, Tajinan, Bululawang, Pakisaji, Ngajum, Kromengan, Sumber Pucung, Kepanjen, Gondanglegi and Gedangan Sub-district. Methodology of this research was used survey method by interview and observation. Sample determination was used purposive sampling and the criteria are planting sugarcane Bululawang Varieties and cultivating sugarcane by ratoon cane. Total sample used as respondent is 96 farmers based on Slovin formula. Observation was conducted on 10 months after planting at plant cane, 1st ratoon cane, 2nd ratoon cane, 3rd ratoon cane, 4th ratoon cane, 5th ratoon cane, 6th ratoon cane and 7th ratoon cane. Research implementation are consist of determined sample of farmers, determined of farm observation, interview with farmers and plant observation. Observation variables are consist of stalk length, stalk weight per meter, soluble solids content, number of stalk per meter and productivity. Data analysis used one way ANOVA at 5% significant level. If significantly different will be continued by post hoc (multiple comparisons) analysis using Bonferroni test. Furthermore, B/C ratio analysis used for feasibility study of sugarcane Bululawang Varieties in Malang District The results showed that ratoon cane of Bululawang Varieties has effect on number of stalk per meter and productivity, but not effect on stalk length, stalk weight per meter and soluble solids content. Sugarcane category on 1st ratoon cane and 2nd ratoon cane of Bululawang Varieties has highest number of stalk per meter than other category. Sugarcane category on 1st ratoon cane and 2nd ratoon cane Bululawang Varieties has highest productivity than other category. Productivity of 1st ratoon cane and 2nd ratoon cane Bululawang Varieties increase about 45% until 47% compared to plant cane. So sugarcane Bululawang Varieties is feasible to cultivate until 2nd ratoon cane because 1st ratoon cane and 2nd ratoon cane is the best categories compared with other categories. Based on feasibility study, ratoon cane cultivation is feasible because of the Benefit Cost ratio more than 1.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/809/051909688
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.6 Sugar, syrup, starch crop > 633.61 Sugarcane
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 10 Aug 2020 07:05
Last Modified: 19 May 2022 06:09
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/174754
[thumbnail of Much. Misbah Muhtadi.pdf] Text
Much. Misbah Muhtadi.pdf

Download (1MB)

Actions (login required)

View Item View Item