Dyatmiko, Wikan Wahyu (2019) Sekolah Lapang Iklim Sebagai Upaya Menginisiasi Keberdayaan Petani Tebu Desa Wonokerto Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Keberdayaan petani merupakan salah satu hal penting dalam pembangunan sektor pertanian. Daya yang dimiliki petani akan memungkinkan petani dalam mengatasi masalah yang dihadapi selama kegiatan budidaya. Keberdayaan petani akan menimbulkan kemandirian, kemampuan untuk melakukan, memahami serta mengaplikasikan dalam berbagai kegiatan pembangunan. Selain itu, keberdayaan petani penting untuk ditingkatkan agar mereka memiliki kesiapan dan mampu bersaing dalam lingkup global. Upaya untuk menginisiasi keberdayaan petani dapat melalui kegiatan sekolah lapang. Salah satu wilayah pelaksanaan sekolah lapang berlokasi di Desa Wonokerto Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Hal tersebut atas dasar pertimbangan produksi tebu di Kabupaten Malang yang mengalami permasalahan terjadinya penurunan produksi, data yang diolah dari Badan Pusat Statistik (2018) menunjukan bahwa terjadinya penurunan produksi tebu sebesar 2.5% dari tahun 2016 ke tahun 2017. Program yang diberikan oleh pemerintah dan dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani melaui peningkatan produksi tebu kerap kali menghadapi masalah. Faktor utama dan menjadi penyebab kegagalan program tersebut dikarenakan program yang disampaikan bersifat topdown dan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat penerima program. Selain itu, keterbatasan informasi yang dimiliki petani menyebabkan ketidakmampuan dalam mengatasi permasalahan. Upaya yang dilakukan oleh organisasi nirlaba USAID APIK (Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan) telah diterapkan dan menjawab permasalahan tersebut adalah melalui program sekolah lapang iklim. Program tersebut memberikan pemahaman agroklimat kepada petani tebu Desa Wonokerto. Program ini diharapkan bagi petani dapat menjadi individu yang berdaya atas peningkatan kapasitas dalam diri sehingga mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki. Maka dari itu, penting untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan sekolah lapang iklim di Desa Wonokerto. Tujuan diadakannya penelitian ini untuk menganalisis pelaksanaan program sekolah lapang ilklim di Desa Wonokerto serta menganalisis dampak program sekolah lapang iklim terhadap keberdayaan petani tebu di Desa Wonokerto. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Desember 2018 hingga Februari 2019. Informan dalam penelitian ini adalah peserta sekolah lapang iklim yang turut aktif dalam menjaga keberlanjutan program. Kedua tujuan yang dirumuskan dijawab melalui analisis kualitatif dari data-data yang diperoleh selama kegiatan pengambilan data baik melalui wawancara mendalam, observasi serta dokumentasi. Pelaksanaan sekolah lapang iklim terdiri atas berbagai tahapan. Program sekolah lapang iklim sesuai dengan kebutuhan petani tebu terhadap pengetahuan agroklimat. Program yang dilaksanakan merupakan pembelajaran sosialii menggunakan konsep learning by doing mendorong peserta untuk terlibat dalam kegiatan. Peserta mengharapkan ada pendampingan serta penyampaian informasi dari pihak-pihak penyelenggara. Masih adanya evaluasi terhadap program yang berlangsung menjadi pertimbangan tindak lanjut dari program sekolah lapang iklim. Program sekolah lapang iklim memberikan dampak dalam menginisiasi keberdayaan petani tebu di Desa Wonokerto dimana terjadinya peningkatan pemahaman petani. Adanya perubahan kemampuan manajerial terhadap kegaitan budidaya yang dijalani. Sekolah lapang iklim juga memberikan dampak baik pada keadaan sosial. Peserta juga turut berperan aktif dalam menyebarkan kembali informasi yang dimiliki sebagai salah satu bentuk menginisiasi keberdayaan petani tebu di Desa Wonokerto. Terjadinya perubahan pada kemampuan dalam pengambilan keputusan serta mengatasi permasalahan yang dihadapi. Saran yang diberikan dari penelitian ini ditujukan kepada peserta, penyelenggara, petani tebu Desa Wonokerto dan pembaca. Bagi peserta sekolah lapang iklim perlu berperan sebagai agen perubahan petani tebu Wonokerto melalui penyebaran informasi yang didapatkan selama sekolah lapang iklim. iklim Pihak penyelenggara disarankan untuk melakukan kegiatan pendampingan dan penyebaran informasi terbaru kepada peserta sekolah lapang. Apabila pihak penyelenggara berencana melakukan kegiatan lanjutan, disarankan untuk memberikan proporsi praktik yang lebih banyak dibandingkan penyampaian materi. Masyarakat tani desa wonokerto disarankan untuk berperan aktif dalam menjaga keberlanjutan kegiatan. Sedangkan untuk pembaca dan peneliti disarankan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan melalui program sekolah lapangan iklim dan dampak pemberdayaan di samping aspek dalam studi ini.
English Abstract
The empowerment of farmers is one of the important things in the development of the agricultural sector. The power owned by farmers will enable farmers to overcome the problems faced during cultivation. So that with the empowerment of farmers, independence arises, the ability to do, understand and apply in various development activities. Besides that, the empowerment of farmers is important to improve so that they have readiness and are able to compete globally. Efforts to initiate the empowerment of farmers can be through field school activities. One area of field school implementation is located in Wonokerto Village, Bantur Sub-District, Malang Regency. This is based on the consideration of the sugar cane production in Malang Regency encountered decreasing production problems, processed data from the Badan Pusat Statistik (2018) shows that there is a decrease in sugar cane production by 2.5% from 2016 to 2017. Many programs provided by the government and used to improve the welfare of farmers through increasing sugarcane production frequently facing problems. The main factor and cause of the program failure were because top-down program and unable to meet the needs of the recipient community. Besides that, the limited information possessed by farmers causes an inability to overcome problems. The action that have been taken by nonprofit organization USAID APIK (“Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan”) and answers to these problems is through the climate field school program. One of the regions that received the program was Wonokerto Village, Bantur Sub-District, Malang Regency. This program is expected to enable farmers to become empowered individuals and increase their capacity so that they are able to utilize their potential. Therefore, it is important to conduct research on the implementation of climate field schools in Wonokerto Village. The purpose of this research was to analyze the implementation of climate field school programs in Wonokerto village and analyze the impact of climate field school programs on the empowerment of sugarcane farmers in Wonokerto Village. This research using a qualitative approach. Research conducted from December 2018 to February 2019. Informants in this research were climate field school participants who actively participated in maintaining the sustainability of the program. The two objectives formulated were answered through qualitative analysis of the data obtained during the data collection activities both through indepth interviews, observation, and documentation. The implementation of climate field schools consists of various stages. Climate field school programs are in accordance with the needs of sugarcane farmers for agro-climate knowledge. The program implemented is social learning using the concept of learning by doing encourages participants to engage in activities. Participants expect assistance and information from the organizers. Theiv ongoing evaluation of the program is to determine the follow-up action after climate field school programs. The climate field school program had an impact in initiating the empowerment of sugarcane farmers in Wonokerto village where there was an increase in farmers understanding. There is a change in managerial ability towards the cultivation activities that are undertaken. Climate field schools also have a good impact on social conditions. Participants also took an active role in disseminating the information they had as one form of initiating the empowerment of sugarcane farmers in Wonokerto Village. The change in the ability to make decisions and overcome the problems faced. Suggestions given from this research are aimed at participants, organizers, sugarcane farmers in Wonokerto Village and the readers. For climate field school participants, they need to act as agents of change in Wonokerto sugarcane farmers through the dissemination of information obtained during climate field schools. Organizers are advised to provide assistance and the latest information dissemination to climate field school participants. If the organizer plans to carry out further activities, it is advisable to provide more practice proportions than the delivery of material. Wonokerto Village farming community is advised to play an active role in maintaining the sustainability of activities. While for readers and researchers it is recommended to explore factors that influence empowerment through climate field school program and the empowerment impact besides the aspect of this study.
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2019/693/051907467 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.6 Sugar, syrup, starch crop > 633.61 Sugarcane |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 10 Aug 2020 06:48 |
Last Modified: | 24 Feb 2022 01:50 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173713 |
Preview |
Text
WIKAN WAHYU DYATMIKO (2).pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |