Ulfa, Feby Maria (2019) Analisis Risiko dan Mitigasi pada Rantai Pasok Produk Bekatul (Studi kasus Desa Watugede Kecamatan Singosari Kabupaten Malang). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tanaman pangan merupakan salah satu komoditas pertanian yang harus diperhitungkan untuk dikembangkan. Komoditas tanaman pangan sangat beragam meliputi padi, palawija, serta tanaman serelia lainnya (sorgum/cantel, jawawut, jelai, gandum, dll) yang termasuk ke dalam golongan tanaman semusim. Pada tahun 2014-2015 luas panen tanaman pangan secara nasional contohnya tanaman padi meningkat dari 13.973.300 ha menjadi 14.116.600 ha begitu juga dengan produksi meningkat dari 70.846.400 ton menjadi 75.397.800 ton sehingga produktivitasnya meningkat dari tahun 2014 yaitu 51.35 kw/ha menjadi 53.41 kw/ha pada tahun 2015 (BPS, 2018). Pada tahun 2017 dengan luas panen padi sebesar 3496 ha, Kecamatan Singosari merupakan kecamatan dengan luas panen tertinggi di Kabupaten Malang. Selain luas panen, produktivitas padi pada tahun 2017 di Kecamatan Singosari yaitu 75.14 kw/ha dan produksi sebesar 26270 ton. Selain produk padi yang dikembangkan, Desa Watugede memiliki kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan dengan salah satu kegiatannya yaitu menghasilkan produk bekatul. Proses penggilingan padi pada umumnya menghasilkan 70 % beras sebagai produk utama, serta beberapa produk sampingan seperti sekam sebanyak 20% dan bekatul sebanyak 8–10 % (Chen, dkk., 2012). Kadar dedak dan bekatul adalah sekitar 10 persen dari total gabah kering giling, maka potensi dedak dan bekatul yang dapat dimanfaatkan adalah sekitar 6 juta ton (Astawan & Febrinda, 2010). Selain potensi terdapat kelemahan produk bekatul yaitu ketersediaan padi yang fluktuatif dapat menyebabkan bekatul juga fluktuatif, seperti pada data produksi padi secara nasional dari tahun 2013 sebesar 33996 ton, 2014 menurun sebesar 24420 ton, 2015 meningkat sedikit menjadi 27614 ton, 2016 meningkat lagi menjadi 28965 ton, dan terkahir 2017 menurun sebesar 26270 ton (Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang, 2019). Ketersediaan bekatul yang fluktuatif akan mempengaruhi ketersediaan pakan ternak. Selain itu belakangan bekatul justru dimanfaatkan sebagai produk lain. Pertama yaitu dibidang makanan, seperti kue dan sereal, tetapi kebanyakan produk olahan bekatul berbentuk kue yang tidak dapat tahan lama dan tidak tergolong praktis (Widyastuti, Nugroho, & Rilianti, 2010). Fenomena yang ada di Desa Watugede yaitu keberadaan bekatul yang selalu ada sepanjang tahun dan terdapat beberapa produk yang memiliki kemungkinan menggantikan produk bekatul untuk pakan ternak seperti jerami padi, jerami jagung, rompesan tebu, rumput gajah, rumput lapang, dan lain-lain sesuai jenis ternak dan musim yang sedang berlangsung (A. Hidayati, 2012). Hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan gizi untuk ternak. Tujuan penelitian ini meliputi identifikasi rantai pasok bekatul, sumber risiko rantai pasok bekatul, dan alternatif strategi apa saja yang dapat meminimalisasi risiko. ii Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan deskriptif dan kuantitatif menggunakan alat analisis berupa Fuzzy Analytical Network Process (ANP). Metode fuzzy ANP dimulai dengan menentukan kriteria berupa variabel risiko dan subkriteria berupa alternatif strategi. Metode selanjutnya yaitu menentukan model struktur jaringan Analytical Network Process yang kemudian dapat diidentifikasi inner dependence dan outer dependence. Metode berikutnya menentukan ranking alternatif risiko dengan menghitung nilai TFN atau Triangular Fuzzy Number untuk mendapatkan nilai normalisasi vektor bobot yang akan menentukan ranking dari alternatif strategi yang sudah ditentukan. Hasil dari penelitian ini meliputi, pertama identifikasi rantai pasok bekatul Desa Watugede mulai dari petani-penebas-Gapoktan Makmur Sentosa sebagai penggiling-peternak sebagai peternak. Pada tingkat petani risiko paling tinggi yaitu lingkungan ketidakpastian perubahan cuaca saat proses usahatani dan adanya angina kencang saat malam hari, maka alternatif strategi hasil dari perhitungan ANP yaitu memperbaiki sistem pasca panen mulai dari penggudangan dengam memberikan alas pada saat produk digudangkan dan sarana penjemuran berupa memberikan atap buatan pada produk yang dijemur. Pada tingkat peternak risiko paling tinggi berupa lingkungan penyimpanan produk yang disimpan, produk yang terlalu menumpuk dapat menurunkan kualitas dari bekatul, maka alternatif strategi untuk risiko tersebut adalah dengan merencanakan stok produk maupun stok produksi. Dua key informan yang lain menjawab bahwa risiko harga memiliki nilai risiko paling tinggi. Risiko pada penebas yaitu risiko harga pada produk, maka alternatif strategi hasil perhitungan menggunakan ANP adalah dengan mengoptimalkan saprodi yang tersedia di kios atau toko Gapoktan Makmur Sentosa. Risiko pada tingkat gapoktan yaitu risiko harga berupa harga produk dan beberapa harga yang dikeluarkan secara tidak terduga akibat tidak adanya stok produk bekatul dalam gudang, maka alternatif strategi untuk meminimalisasi risiko tersebut adalah mengestimasikan biaya secara spesifik mulai dari harga bahan baku, tenaga kerja dan harga bekatul yang mungkin diperoleh dari mitra penggiling yang lain.
English Abstract
Crops is a one of agriculture that must be calculated to be developed. Crops commodity very diverse that is rice, secondary crops, and another cereal plants (sorghum, barley, jelai, wheat, and others) that included in the annual plant group. In 2014-2015 the harvested area of food crops for example rice plant increase from 13.973.300 ha to 14.116.600 ha as well as production increased from 70.846.400 ton to 75.397.800 ton so that productivity increased in 2014 was 51.35 kw/ha to 53.41 kw/ha in 2015 (BPS, 2018). In 2017 rice harvest area of 3496 ha, Singosari subdistrict is the highest harvested in Malang Regency. Besides harvest area, rice productivity in 2017 in Singosari subdistrict is 75.14 kw/ha and production is 26270 ton. In a addition to the rice products developed, Watugede village has a farmer group incorporated in gapoktan with one of activities is producing bran products. The rice milling process generally produces 70 % of rice as the main products, husk 20% and bran products 8–10 % (Chen, dkk., 2012). The level of bran is about sekitar 10 percent dari of the total dry milled rice, so the potential of bran that can be utilized is around 6 tons of tonnes (Astawan & Febrinda, 2010). In addition to the potential for the absence of bran products, which is the availability of fluctuating rice it can also cause fluctuations in rice bran. Availability of fluctuating bran will affect the availability of animal feed. In addition, bran is actually used as another products. The first is in the field of food, such as cakes and cereal, but most processed products are bran in the form of cakes that can’t be durable and are not classified as practical (Widyastuti et al., 2010). The phenomenon in Watugede village is the presence of rice bran which is always available throughout the year and there are several products that have the possibility of replacing bran products for animal feed such as rice straw, corn straw, sugar cane paste, elephant grass, field grass, and others according to the type of livestock and ongoing season (A. Hidayati, 2012). This can affect the availability of nutrient for livestock. The purpose of this study included the identification of bran supply chains, the risk of bran supply chains, and any alternative strategies that can minimize risk. Methods that use in this research is descriptive and quantitative use Fuzzy Analytical Network Process (ANP). The methods of fuzzy ANP start from determine criteria that is risk variable and sub criteria that is alternative strategy. The next methods is determine model of network structure Analytical Network Process for identification inner dependence and outer dependence. The next methods is determine the ranking of alternative strategy with calculate the value of or Triangular Fuzzy Number to get value of normalization vector weight that will determine ranking of alternative strategy. iv The results of this of this study include, first, the identification of the bran supply chain in Watugede village, starting from the farmers-traders-Gapoktan Makmur Sentosa-to breders as bran customers. The risk that occurs in the bran supply chain in Watugede village is the lack of youth labor, doesn’t have warehouse, product storage, disease pest, and price. There are two key informants with the highest risk occurring namely environmental risk. The risk to farmers is the environment in the form of environmental uncertainly during the farming process, then the alternative strategy resulting from the calculation of ANP is to improve the post-harvest system starting from warehousing and drying facilities. The second informant, namely breeders in the form of a product storage environment that is stored too stacked an reduce the quality of bran, but the alternative strategy is to plan product stocks and stock product. Two other key informants answered that price risk has the highest risk value. The risk on the trader is the price risk on the product, so the alternative strategy of the calculation results using ANP is to optimize the available production inputs. The risk at the level if grinder or gapoktan is price risk in the form off product price and unexpected prices due to the absence of stocks of bran products in warehouses, so the alternative strategy to minimize these risks is to estimate costs specifically starting from raw material prices, labor and prices of bran that may be obtained from other grinding partners.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2019/17/051906736 |
Uncontrolled Keywords: | - |
Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.16 Production efficiency |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Endang Susworini |
Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:11 |
Last Modified: | 24 Aug 2020 07:11 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173415 |
Actions (login required)
View Item |