Pengaruh Aplikasi Aquasorb Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum Officinarum L.) Asal In Vitro

Manurung, Andrew Josua (2018) Pengaruh Aplikasi Aquasorb Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum Officinarum L.) Asal In Vitro. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peranan penting dan bernilai ekonomi tinggi yang dimanfaatkan sebagai bahan baku utama penghasil gula pasir sebagai kebutuhan pokok masyarakat. Produksi gula di Indonesia dirasakan masih belum mampu memenuhi kebutuhan gula dalam negeri. Menurut Badan Pusat Statistik (2015), diperkirakan kebutuhan akan gula dalam negeri mencapai 5,7 juta ton, sedangkan produksi gula di Indonesia pada tahun 2015 hanya mencapai 2,53 juta ton. Salah satu penyebab rendahnya produksi tebu dapat dilihat dari sisi on farm, yaitu penyiapan bibit dan kualitas bibit (Putri et al., 2013). Teknik kultur jaringan merupakan salah satu alternatif penyediaan bibit dan kualitas bibit. Penyediaan bibit secara teknik kultur jaringan jauh lebih cepat dibandingan secara konvensional. Bibit yang dihasilkan melalui kultur jaringan memiliki beberapa keunggulan antara lain bibit yang dihasilkan memiliki potensi produksi yang maksimal serta bebas dari hama dan penyakit. Tahap akhir dari perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi merupakan periode kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan planlet (Zulkarnain, 2009). Permasalahan lain dari bibit tebu adalah keterbatasan waktu tanam di luar musim hujan. Iklim merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan penanaman. Pemberian aquasorb merupakan pilihan yang tepat dalam mengatasi waktu tanam saat musim kemarau. Aquasorb mampu meyerap air dalam jumlah besar. Sifat Aquasorb mudah melepas air yang diserap untuk digunakan oleh tanaman. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk menanggulangi permasalahan kekurangan air saat musim kemarau dengan aplikasi aquasorb. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit tebu terhadap aplikasi aquasorb dan waktu penyiraman.. Sedangkan hipotesis yang diajukan ialah tanaman yang disiram setiap 4 hari membutuhkan aquasorb yang lebih sedikit dibandingkan yang 6 hari, semakin banyak dosis aquasorb yang diberikan sampai dengan 40 ml maka semakin baik untuk pertumbuhan bibit tebu, dan tanaman yang disiram setiap 4 hari lebih baik dibandingkan tanaman yang disiram setiap 6 hari. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2017 - September 2017 yang bertempat di Ghriya Shanta, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, kamera, gelas ukur, alat tulis, alat penyiram, termometer, danii Soil Moisture Tester. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquasorb, bibit tebu asal kultur jaringan, polibag ukuran 6x9 cm dan tanah. Faktor pertama adalah frekuensi penyiraman yang terdiri dari 3 perlakuan. Faktor kedua adalah dosis aquasorb yang terdiri dari 5 perlakuan. Sehingga terdapat 15 perlakuan dan diulang 3 kali. Total petak penelitian yaitu 45 satuan percobaan dengan masing masing petak terdiri dari 20 planlet tebu. Pengamatan dilakukan secara destruktif dan non-destruktif. Pengamatan nondestriktif terdiri dari: tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), persentase bibit hidup (%), diameter batang (cm). Sedangkan pengamatan destruktif terdiri dari: panjang akar (cm), luas daun (cm2), bobot segar tanaman (g), dan bobot kering tanaman (g). Data pengamatan yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf kepercayaan 5%. Apabila hasil analisis tersebut beda nyata (F hitung > F tabel 5%), maka akan dianjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf kepercayaan 5%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan perlakuan frekuensi penyiraman air dan dosis aquasorb menunjukkan interaksi pada parameter luas daun, bobot segar tanaman, dan bobot kering tanaman sedangkan pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, persentase bibit hidup, diameter batanag, dan panjang akar tidak menunjukkan interaksi. Aplikasi dosis aquasorb 40 ml dengan frekuensi penyiraman sekali dalam 2 hari menunjukkan pengaruh nyata terhadap berbagai parameter tanaman dibandingakan dengan tanpa aquasorb, penggunaan aquasorb 10 ml, penggunaan aquasorb 20 ml, dan penggunaan aquasorb 30 ml pada penyiraman sekali dalam 4 hari dan penyiraman sekali dalam 6 hari.

English Abstract

Sugarcane plant (Saccharum officinarum L.) is one of the plantations that have an important role and high economic value which is utilized as the main raw material for producing sugar as the basic needs of the community. The production of sugar in Indonesia is still not able to meet the demand of sugar in the country. According Badan Pusat Statistik (2015, the estimated demand for domestic sugar reached 5.7 million tons, while sugar production in Indonesia in 2015 reached only 2.53 million tons. One of the causes of low sugarcane production can be seen from on farm side, namely seed preparation and seed quality (Putri et al., 2013). Technique of tissue culture is one of alternative seeds and seed quality. Provision of seeds by tissue culture techniques is much faster than conventional. Seeds produced through tissue culture have several advantages such as seeds produced have maximum production potential and free from pests and diseases. The final stage of plant propagation by tissue culture techniques is acclimatization. Acclimatization is a critical period for growth and development of planlet (Zulkarnain, 2009). Another problem of sugarcane seeds is the limited time to plant outside the rainy season. Climate is one of the important factors that influence the success of planting. Provision of aquasorb is the right choice in overcoming the time of planting during the dry season. Aquasorb able to absorb water in large quantities. Aquasorb properties easily remove water absorbed for use by plants. Therefore it is necessary to investigate the problem of water shortage during the dry season with aquasorb application. The purpose of this research is to know the response of sugarcane seed growth to aquasorb application and watering time. While the hypothesis proposed is plants that watered every 4 days require less aquasorb than the 6 days, the more doses aquasorb given up to 40 ml then the better for the growth of sugarcane seedlings, and plants that are watered every 4 days is better than plants that are watered every 6 days. The research will be conducted in July 2017 - September 2017 located at Ghriya shanta, Kecamatan Lowokwaru, Malang. The tools used in this study are analytical scales, cameras, measuring cylinders, stationery, sprinklers, thermometers, and Soil Moisture Tester. While the material used in this research is aquasorb, sugar cane seedlings from tissue culture, polybag size 6x9 cm and soil. The first factor is the frequency of watering which consists of 3iv treatments. The second factor is the aquasorb dose consisting of 5 treatments. So there are 15 treatments and repeated 3 times. Total plots of research are 45 experimental units with each plot consisting of 20 sugar cane plantlets. Observations are done destructively and nondestructively. Non-destrictive observations consist of: plant height (cm), number of leaves (strands), percentage of live seed (%), diameter of stem (cm). While destructive observations consist of: root length (cm), leaf area (cm2), fresh weight of plant (g), and dry weight of plant (g). The observed data obtained were analyzed using variance analysis (Test F) at 5% confidence level. If the result of the analysis is real difference (F arithmetic> F table 5%), it will be continued with further test of Different Real (BNJ) with 5% confidence level. Based on the results of research that has been done the treatment of water spraying frequency and aquasorb dose showed the interaction on leaf area, fresh weight of plant, and dry weight of plant while in plant height parameters, number of leaves, live seed percentage, batanag diameter, and root length showed no interaction . Application of 40 ml aquasorb dose with sprinkling frequency once in 2 days showed significant effect on various plant parameters compared with no aquasorb, 10 ml aquasorb usage, 20 ml aquasorb use, and 30 ml aquasorb usage at once once in 4 days and watering once 6 day.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2018/427/051808379
Uncontrolled Keywords: Aplikasi Aquasorb, Bibit Tebu (Saccharum Officinarum L.), Asal In Vitro
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.6 Sugar, syrup, starch crop > 633.61 Sugarcane
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 10 Apr 2019 02:58
Last Modified: 19 Oct 2021 22:31
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161600
[thumbnail of ANDREW JOSUA MANURUNG.pdf]
Preview
Text
ANDREW JOSUA MANURUNG.pdf

Download (10MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item