Windasari, Adita (2018) Efisiensi Pemasaran Kopi Robusta Di Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Kopi merupakan salah satu komoditas sub sektor perkebunan yang memiliki potensi besar dalam ekspor yang dapat meningkatkan pendapatan nasional Indonesia. Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu sentra produksi kopi di Indonesia yang memiliki potensi untuk memajukan pembangunan ekonomi melalui peningkatan produktivitas kopi. Produksi kopi tertinggi di Jawa Timur yaitu di Kabupaten Malang pada kawasan Amstirdam (Ampel Gading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Dampit). Kecamatan yang kini sedang melakukan perkembangan produksi kopi yaitu Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Desa Harjokuncaran. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi kondisi saluran pemasaran kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, 2. Mengalisis efisiensi pemasaran kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemasaran kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang dengan pertimbangan karena desa tersebut merupakan salah satu dari kawasan Amstirdam (Ampel Gading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Dampit) yang merupakan sentra produksi kopi robusta di Kabupaten Malang. Metode penentuan responden petani yaitu menggunakan metode simple random sampling dengan rumus Slovin sehingga mendapatkan sampel petani sebanyak 42 petani. Sedangkan pengambilan responden lembaga pemasaran ditentukan dengan metode Snowball Sampling. Metode analisis data pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif menggunakan analisis marjin, efisiensi harga, efisiensi operasional, dan regresi linier berganda untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi marjin pemasaran. Dari hasil penelitian terdapat 6 saluran pemasaran kopi robusta di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Tiap saluran pemasaran terdapat lembaga pemasaran untuk menyalurkan hasil kopi dari petani hingga konsumen akhir kopi ose. Saluran pemasaran I, konsumen terakhir yaitu PT Asal Jaya serta terdapat lembaga pemasaran tengkulak Sumawe dan distributor Dampit. Saluran pemasaran II, konsumen terakhir yaitu PT Asal Jaya yang melalui lembaga pemasaran distributor Dampit. Saluran pemasaran III, konsumen terakhir yaitu Agroindustri yang melalui lembaga pemasaran tengkulak Sumawe. Saluran pemasaran IV, konsumen terakhir yaitu PT Asal Jaya yang melalui lembaga pemasaran tengkulak Sumawe. Saluran pemasaran V, konsumen terakhir adalah masyarakat sekitar yang membeli kopi secara eceran melalui pedagang pengecer dan tengkulak Sumawe. Saluran pemasaran VI, petani langsung menjual kopinya kepada Agroindustri tanpa melalui lembaga pemasaran.ii Berdasarkan hasil penelitian dari saluran pemasaran I hingga saluran VI di Desa Harjokuncaran, share harga petani masing-masing saluran pemasaran I share harga petani 94,54 % dengan total marjin Rp1557,-, saluran pemasaran II share harga petani 96,68 % dengan total marjin Rp375,-, saluran pemasaran III share harga petani 95,37 % dengan total marjin Rp1307,-, saluran pemasaran IV share harga petani 94,74 % dengan total marjin Rp1500,-, saluran pemasaran V share harga petani 93,10 % dengan total marjin Rp2000,-, dan saluran pemasran VI memiliki marjin pemasaran sebesar Rp700,- dimana biaya sortasi yang dikeluarkan petani disebut marjin pemasaran karena petani disini berperan sebagai lembaga pemasaran yang langsung menjual kopinya kepada konsumen tanpa melalui lembaga pemasaran tengkulak maupun distributor. Pendekatan efisiensi harga dihitung berdasarkan biaya transportasi lembaga pemasaran tiap saluran pemasaran. Menurut hasil penelitian, fungsi transportasi yang dilakukan tiap lembaga pemasaran dari segi harga sudah efisien. Dilihat dari nilai selisih harga tiap lembaga lebih besar dari biaya transportasi yang dikeluarkan. Pendekatan efisiensi operasional dihitung dengan menggunakan standar kapasitas pada masing-masing kegiatan yaitu transportasi yang digunakan oleh setiap lembaga pemasaran. Hasil penelitian mengatakan bahwa tengkulak pada saluran pemasaran I dan tengkulak pada saluran pemasaran IV tidak efisien karena memiliki rata-rata kapasitas angkut dibawah kapasitas normal alat transportasi yang digunakan yaitu sebesar 87,50 % < 100 % dan 95 % <100%. Sedangkan distributor pada saluran pemasaran I dan II sudah dikatakan efisien karena ratarata kapasitas angkut diatas 100 % yaitu 245,83 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi marjin pemasaran kopi robusta di Desa Harjokuncaran yaitu jarak petani dengan lembaga pemasaran (X1), lama usahatani (X2), harga ditingkat petani (X3), umur petani (X4), dan pendidikan (X5) secara simultan. Secara parsial jarak (X1) berpengaruh negatif dengan marjin pemasaran dengan nilai koefisien 34,28811 dan harga ditingkat petani (X3) berpengaruh negatif dengan marjin pemasaran dengan nilai koefisien 0,18988839. Sedangkan lama usahatani (X2), umur petani (X4), dan pendidikan petani (X5) tidak berpengaruh dengan marjin pemasaran. Saran bagi petani, sebaiknya menjual kopinya langsung kepada distributor Dampit agar mendapatkan harga jual yang tinggi. Sehingga diperlukan peran pemerintah untuk membantu petani agar petani dapat melakukan sortasi sendiri dan melakukan pemetikan biji kopi yang berkualitas.
English Abstract
Coffee is one of the plantation sub sector commodities that have great potential in exports that can increase national income. East Java is one of coffee production centers in Indonesia that has potential to promote economic development through increasing the productivity of coffee. The highest coffee production in East Java is in Malang Regency as Amstirdam (Ampel Gading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, and Dampit). Now, that are doing the development of coffe production that is Sumbermanjing Wetan Sub District, Harjokuncaran Village. This purpose of this research are : 1. To identifiy the condition marketing channel of robusta coffee in Harjokuncaran Village, Sumbermanjing Wetan Sub District, Malang Regency, 2. To analyze the marketing efficiency of robusta coffe in Harjokuncaran Village, Sumbermanjing Wetan Sub District, Malang Regency, 3. To analyze the factors affecting marketing efficiency in Harjokuncaran Village, Sumbermanjing Wetan Sub District, Malang Regency. This reseacrh was conducted in Harjokuncaran Village, Sumbermanjing Wetan Sub District, Malang Regency with consideration because that village is one of Amstirdam (Ampel gading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, and Dampit) which is the center of robusta coffee production in Malang Regency. The method used in the determination of farmer respondent was using simple random sampling method with Slovin formulation., so get sample of farmers as much 42 farmers. While the collection of respondents marketing institution determined by snowball sampling method. Data analysis method in this research are descriptive and quantitative analysis using margin analysis, price efficiency, operational efficiency, and multiple linear regression to know the factors affecting marketing margin. From the research result, there are 6 marketing channels of robusta coffee in Harjokuncaran Village, Sumbermanjing Wetan Sub District, Malang Regency. Each marketing channel has a marketing institution to distribute coffee from farmers to consumers of ose. Marketing channel I, the last consumer is PT Asal Jaya and there are marketing institutions Sumawe middleman and distributor Dampit. Marketing channel II, the last consumer is PT Asal Jaya through distributor Dampit. Marketing channel III, the last consumer is Agroindustry through marketing institution of middleman Sumawe. Marketing channel IV, the last consumer is PT Asal Jaya through marketing institution of middleman Sumawe. Marketing channel V, the last consumer is the people around who buy coffee in retail through retailers and middleman Sumawe. Marketing channel VI, farmers directly sell their coffee to Agroindustry without through a marketing institution. Based on research result from marketing channel I to marketing channel VI in Harjokuncaran Village, share farmer price in marketing channel I is 94,54 % with total margin Rp1557,-, share farmer price in marketing channel II is 96,68 %iv with total margin Rp375,-, share farmer price in marketing channel III is 95,37 % with total margin Rp1307,- , share farmer price in marketing channel IV is 94,74 % with total margin Rp1500,- share farmer price in marketing channel V is 93,10 % with total margin Rp 2000,- and marketing channel VI has total margin Rp700,- where sortation cost incured by farmers is called margin because the farmers as marketing institutions thar direcly sell their coffee to consumer or Agroindustry without through the marketing institution of middleman or distributor. The price efficiency approach is calculated based on the marketing institutions for each marketing channel. According to the research result, the fuction transportation by every marketing institutions have been efficient. Because price difference bigger than transportation cost. The operational efficiency approach is calculated useing standart capacity in each activity that is transportation used by marketing institutions. Based on research result that middlemand in marketing channel I and middleman in marketing channel IV have not effiicient because capacity average under normal capacity that are 87,50 % < 100 % and 95 % < 100 %. While distributor in marketing channel I and channel II have been said efficient becaude the avegare capacity is over capacity that is 245,83%. Factors affected marketing margin of robusta coffee in Harjokuncaran Village are farmer distance with marketing institution (X1), farming length (X2), farmer price (X3), farmer age (X4), and farmer education (X5) simultaneously. Partially, farmer distance (X1) had negatively affected to marketing margin with coefficient value is 34,28811 and farmer price had negatively affected to marketing margin with coefficient value is 0,18988839. While farming length (X2), farmer age (X4), and farmer education (X5) have not affected to marketing margin. Suggestion for farmers, should sell coffee directly to distributor Dampit so that get a high selling price. So, the role of goverment is needed to help farmers do their own sorting and do picking quality coffee beans.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2018/373/051807617 |
Uncontrolled Keywords: | Kopi robusta |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.7 Alkaloidal crops |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 20 Mar 2019 06:47 |
Last Modified: | 19 Oct 2021 16:04 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/161595 |
Preview |
Text
ADITA WINDASARI.pdf Download (19MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |