Barreto, CelestinoDacunha (2015) Kajian Potensi Sumberdaya Terumbu Karang Untuk Pengembangan Daerah Konservasi Perikanan Di Perairan Utara Timor Leste. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Negara Timor Leste memiliki garis pantai kurang lebih sepanjang 747 km dengan lebih kurang 75.000 km2 zona ekonomi eksklusif (ZEE). Dan dari 13 distrik yang ada, hanya 2 distrik yang tidak memiliki perairan laut yaitu Distrik Aileu dan Distrik Ermera. Negara Timor Leste merupakan potensi wilayah yang tepat dan melalui kajian secara ilmiah akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Ambeno dalam bidang Perikanan yang berkelanjutan dalam hal ini pengembangan daerah konservasi perikanan dan pariwisata menawarkan keindahan alam yang unik yang dengan panjang pantai lebih kurang ± 62 km. (DNPA/MAP dalam Angka, 2011). Timor Leste adalah negara kecil yang terletak dibatas selatan Pusat Segitiga Terumbu Karang. Negara ini berada dalam kepulauan Sunda Kecil dan terdiri dari setengah Pulau Timor bagian Timur, pulau kecil Atauro dan Jaco, serta kantong (Enclave) Oecussi – Ambeno yang dikelilingi oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT, Indonesia). Bagian Barat pulau Timor merupakan wilayah Indonesia. Luas seluruh lahan atau daratan Timor Leste adalah 14.500 km2 , dengan penduduk sekitar 1,1 juta orang yang 80% nya hidup di Pedesaan. Timor Leste adalah negara demokratis yang masih muda, yang memperoleh kemerdekaan dari Indonesia pada tahun 2002. (Lauretta Burke, et al ., 2012). Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di perairan dangkal daerah tropis, dengan produktivitas primer serta keanekaragaman yang tinggi. Meskipun terumbu karang dapat ditemukan di berbagai tempat dari seluruh perairan dunia, tetapi hanya di daerah tropis saja terumbu karang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga menjadikannya sebagai spawning ground dan nursery ground bagi berbagai biota laut (Nybakken, 1988). Wilayah Kabupaten Ambeno memiliki potensi sumberdaya terumbu karang yang cukup baik, namun belum dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan karena kurangnya data dan informasi ilmiah. Mengantisipasi timbulnya permasalahan tersebut, perlu adanya upaya memperoleh informasi dan data yang lengkap sehingga menjadi acuan bagi kajian pengembangan sumberdaya terumbu karang yang mampu memberikan manfaat yang lebih positif. 1 . Apakah sumberdaya terumbu karang yang ada di perairan Kabupaten Ambeno memiliki potensi untuk dijadikan Daerah Konservasi Perikanan dan ekowisata bahari. 2. Apakah nilai visual (Scuba Diving) terhadap biota-biota, ikan dari sumberdaya terumbu karang yang ada di perairan Kabupaten Ambeno mendukung dalam upaya untuk dijadikan Daerah Konservasi Perikanan dan ekowisata bahari di wilayah tersebut. 3. Apakah potensi sumberdaya terumbu karang memiliki nilai tambah baik keanekaragaman hayati perairan maupun meningkatkan produksi perikanan. 4. Bagaimana menentukan strategi dalam upaya penetapan daerah Konservasi Perikanan dan ekowisata bahari berkelanjutan di perairan Kabupaten Ambeno dalam hal ini kesiapan masyarakat di wilayah perairan Kabupaten Ambeno. Penelitian ini bertujuan antara lain : Mengetahui persentase tutupan dan Indeks keanekaragaman terumbu karang di perairan utara Timor Leste (Kabupaten Ambeno), Mengetahui potensi sumberdayahayati perairan (Ikan dan Non Ikan) komposisi jenis, densitas/density, kepadatan biota organisme yang ada pada perairan penelitian, Mengetahui produktivitas hasil tangkapan hubungan dengan kategori presentase tutupan terumbu karang; Menganalisis kesesuaian sumberdaya terumbu karang untuk pengembangan daerah konservasi perikanan di perairan Kabupaten Ambeno. Penelitian di lakukan di Kabupaten Ambeno Timor Leste, dengan enam (6) stasiun. Pengamatan terumbu karang dilakukan dengan menggunakan metode manta tow dan transek kuadrat. Khusus metode transek kuadrat, penentuan luasan areal pengamatan yaitu 1 × 1 m yang dimodifikasi dengan metode line intercept transek (LIT) sepanjang 100 m sejajar dengan garis pantai (English et al , 1997). Parameter lingkungan suhu rata rata 270C, kekeruhan bagian permukaan rata rata 0,37 NTU dan dasar 0,24 NTU, kecepatan arus rata rata 7,5 m/m (0,13 cm/dtk), Salinitas rata rata 35,2‰, Kedalaman 6-10 m, kecerahan perairan 6,6 m, derajat keasaman (pH) rata rata 8,0, Oksigen terlarut (DO) rata rata 7,35mg/l, persentase tutupan (%) karang tertinggi pada stasiun ST2 Mahata 70% karang hidup dan 30% mati selanjutnya persentase terendah pada stasiun ST6 Nactuca Citrana 24% karang hidup dan 76% karang mati.Namun secara umum kondisi terumbu karang di perairan kabupaten Ambeno Oecussi masih dikategorikan “Bagus”. Berdasarkan hasil analisis SWOT menandakan pada posisi positif yaitu kuadran SWOT I PROGRESIF (+,+) Y : 0,142 dan X : 0,198 artinya kuat dan berpeluang.
English Abstract
Timor-Leste has a coastline of approximately along 747 miles with approximately 75,000 km2 exclusive economic zone (EEZ). And of the 13 districts, only two districts which do not have sea waters are Aileu and Ermera. Timor Leste is a potential region of the good and through scientific studies will affect the success of development in the district of Oecussi in the field of sustainable fisheries in this area development of fisheries conservation and tourism offer unique natural beauty with a long beach of approximately ± 62 km. (DNPA / MAP in Figures, 2011). East Timor is a small country located southern part of Coral Triangle Center. The country is located in the Lesser Sunda and Islands consists of the eastern half of Timor Island, a small island of Atauro and Jaco, and the Oecussi - Ambeno is one district called bags (Enclave) surrounded by the province of East Nusa Tenggara (NTT, Indonesia). Western part of the island of Timor is Indonesian territory. Widespread throughout the land or the land of East Timor is 14,500 km2, with a population of about 1.1 million people of which 80% of them live in the countryside. East Timor is a youngest country democratic, which gained independence from Indonesia in 2002. (Lauretta Burke, et al., 2012). Coral reef ecosystems that are typical in the shallow waters of the tropics, with the primary productivity and high diversity. Although coral reefs can be found in various sites around the waters of the world, but only in the tropical area of coral reefs can grow and develop properly, so make it as a spawn and spawning (spawning ground) and a shelter or nursery grounds for various marine biota (Nybakken, 1988). Oecusse District region has potential coral reef resources are good conditional, but not used optimally and sustainably due to the lack of scientific data and information. To anticipate these problems, the need for efforts to obtain complete information and data so that it becomes a reference for the study of the development of coral reef resources that can be provide more positive benefits. 1. There are coral reef resource at Oecussi District waters has potentially used as the Fishery Conservation and marine ecotourism region. 2. There visual value (Scuba Diving) on biota, fish from coral reef resources in the waters of Oecussi District support in an effort to become the Regional Fishery Conservation and marine ecotourism in the region 3. There are resource potential of the coral reefs have added value aquatic biodiversity and improving fisheries production. 4. How to determine strategies in an effort zoning Fishery Conservation and sustainable marine ecotourism in Oecussi District waters and community preparedness at Oecussi territorial waters. The aim of this study include: Knowing of percentage of coral reefs covering in northern waters of the Timor-Leste (Oecussi District), Knowing the potential aquatic resources (fish and non-fish) species composition, density / density, density of organisms in aquatic organisms of study area, Knowing fish captures values relationship with covering of coral reef percentage category; Analyze suitability of coral reef resources for the development of fishery conservation area in the Oecussi District waters. Research done at Oecussi District of East Timor, with six (6) stations. Coral reef monitoring conducted using manta tow and transect squares. Special methods transect squares, determination of the extent of the area of observation is 1 × 1 m were modified by the line intercept transect method (LIT) along 100 m parallel to the coastline (English et al, 1997). Environmental parameters average temperature 270C, the average surface turbidity 0.37 NTU and 0.24 NTU basis, the average flow velocity of 7.5 m / m (0.13 cm / sec), the average salinity of 35.2 ‰, depth of 6-10 m, 6.6 m water transparency, the degree of acidity (pH) average of 8.0, dissolved oxygen (DO) average 7,35mg / l, the percentage cover (%) highest coral ST2 station Mahata 70% live coral, and 30% dead coral and the next lowest percentage in ST6 station Nactuca-Citrana 24% live coral reef and 76% dead coral . However, the generally coral reef in the of Oecussi Ambeno district waters is considered "Good". Based on the results of SWOT analysis indicated the positive position that quadrant SWOT I PROGRESSIVE (+, +) Y: 0.142 and X: 0.198 means powerful and opportunity.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/578.778 9/BAR/k/2015/041503129 |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 578 Natural history of organism and related subjects > 578.7 Organisms characteristic of specific kinds of environments |
Divisions: | S2/S3 > Magister Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan |
Depositing User: | Sugiantoro |
Date Deposited: | 19 Jun 2015 14:33 |
Last Modified: | 19 Jun 2015 14:33 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157722 |
Actions (login required)
View Item |