Wahyudi, Dani Arief (2014) Environmental Protection and Development of Traditional Community: A Case Study of Ngadas Village in Bromo-Tengger Mountain Area. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Di Indonesia, deforestasi telah menyebabkan degradasi lingkungan yang serius (15,16 juta ha hutan telah hilang dari tahun 2000 hingga 2009). Taman Nasional Bromo-Tengger (BNP), kawasan konservasi seluas 50.270 ha, kaya akan keanekaragaman hayati tetapi terdegradasi dengan serius. Kebakaran hutan merusak 1.688 ha hutan BNP dari 2004 hingga 2011. Hingga 2012, setidaknya 475 ha hutan ditempati oleh penduduk desa Ngadas, tanpa izin dari Kantor Taman Nasional Bromo-Tengger (BNPO), untuk pertanian sayur. Karena Ngadas adalah desa yang terisolasi dataran tinggi, dampak lingkungan dapat menyebar ke daerah hilir (sedimentasi naik menjadi 11 meter di beberapa lokasi hilir terdekat pada tahun 2007), terutama karena kegiatan pertanian di Ngadas. Penelitian ini mengklarifikasi alasan mengapa penduduk desa tidak mengikuti kebijakan perlindungan lingkungan. Data asli dikumpulkan dari wawancara yang dilakukan di Ngadas dengan 50 rumah tangga dari bulan Maret hingga April 2014. Sumber data dan informasi lain yang diperlukan dikumpulkan dari BNPO, pemerintah desa Ngadas, dan kantor desa. Pertanian sayuran telah berkembang pesat dan banyak dikembangkan di Ngadas dan sangat dikomersialkan. Membuka lahan hutan besar menyebabkan masalah lingkungan yang serius, tetapi itu adalah konsekuensi yang tak terhindarkan dari memperluas pertanian sayuran untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. BNPO tidak memonitor penyebab paling penting dari deforestasi karena sumber daya tenaga kerja yang tidak memadai. Partisipasi penduduk desa dapat menjadi cara pemantauan lingkungan yang baik, terutama memantau proses dan mekanisme pembukaan lahan hutan untuk pertanian. Aturan tradisional penduduk desa mengenai penggunaan hutan dan pertanian masih dipertahankan dan berkontribusi terhadap integrasi masyarakat dan konservasi lingkungan hutan menopang penduduk desa. Partisipasi aktif mereka dalam atau kerja sama terhadap program pemerintah konservasi hutan, bagaimanapun, belum terwujud. BNPO menerapkan berbagai program untuk melindungi lingkungan, tetapi penduduk desa tidak mengikuti program. Program-program ini tidak disambut oleh penduduk desa tetapi lebih dihormati sebagai sarana untuk menyembunyikan niat utama BNPO untuk melarang pertanian tanpa izin BNPO dan menerapkan reboisasi. Setiap program yang diterapkan oleh BNPO hanya mengakibatkan solusi simbolis. Tidak ada pembenaran ilmiah dari ilegalitas, ditegaskan oleh BNPO, dari tanah pertanian yang baru dibuka. Tidak ada pemantauan yang andal dan ilmiah tentang kondisi lingkungan, terutama dampak pertanian sayur yang luas di lahan hukum dan ilegal. Skala pertanian yang layak dan berkelanjutan dan berkelanjutan belum diungkapkan. Dalam kondisi ini, solusi ornamen tidak dapat memperoleh partisipasi penduduk desa atau kerja sama untuk perlindungan lingkungan dan konservasi hutan. Tidak mungkin untuk menghentikan pertanian sayuran komersial yang luas tanpa memberikan alternatif aktivitas bisnis yang menguntungkan dengan kerusakan yang lebih rendah pada lingkungan.
English Abstract
In Indonesia, deforestation has caused serious environmental degradation (15.16 million ha of forest has been lost from 2000 to 2009). Bromo-Tengger National Park (BNP), a conservation area of 50,270 ha, is rich in biodiversity but seriously degraded. Forest fires damaged 1,688 ha of the BNP forest from 2004 to 2011. Up to 2012, at least 475 ha of the forest were occupied by Ngadas villagers, without a permit from the Bromo-Tengger National Park Office (BNPO), for vegetable farming. As Ngadas is an upland isolated village, the environmental impact could spread to downstream areas (sedimentation rose to 11 meters in some nearby downstream locations in 2007), mainly due to farming activities in Ngadas. This study clarifies the reasons why the villagers do not follow the environment protection policy. Original data were collected from interviews conducted in Ngadas with 50 households from March to April 2014. Other necessary data and information sources were collected from BNPO, the Malang District Government, and Ngadas Village Office. Vegetable farming has rapidly and widely developed in Ngadas and is highly commercialized. Opening up a large forest land caused serious environmental problems, but it was an unavoidable consequence of expanding vegetable farming to obtain higher income. BNPO did not monitor the most critical cause of deforestation due to inadequate labor resources. Villagers` participation could be a good way of environmental monitoring, particularly monitoring the process and mechanism of opening forest land for farming. The traditional rule of villagers regarding forest use and farming are still maintained and it contributes to community integration and conservation of the forest environment sustains the villagers. Their active participation in or cooperation towards the government programs of forest conservation, however, has not been realized. BNPO implemented various programs to protect the environment, but villagers do not follow the programs. These programs were not welcomed by the villagers but rather regarded as a means to hide BNPO`s ultimate intention of prohibiting farming without a BNPO permit and implementing reforestation. Any program implemented by BNPO merely resulted in a symbolic solution. There is no scientific justification of the illegality, asserted by BNPO, of the newly opened farming land. There has been no reliable and scientific monitoring about the environmental condition, particularly the impact of extensive vegetable farming in both legal and illegal land. An environmentally feasible and sustainable scale of farming has not been disclosed. Under this condition, ornamental solutions cannot derive the villagers` participation in or cooperation for environment protection and forest conservation. It is impossible to stop extensive commercial vegetable farming without providing profitable business activity alternatives with a lesser damage to the environment.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/363.7/WAH/e/041406963 |
Subjects: | 300 Social sciences > 363 Other social problems and services > 363.7 Environmental problems |
Depositing User: | Endro Setyobudi |
Date Deposited: | 12 Nov 2014 12:13 |
Last Modified: | 20 Apr 2022 03:20 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157214 |
Text
041406963.pdf Download (3MB) |
Actions (login required)
View Item |