Analisis Daya Saing Perdagangan Biji Kakao Indonesia Di Pasar Uni Eropa

Faishol, MuhammadSulthonHusen (2014) Analisis Daya Saing Perdagangan Biji Kakao Indonesia Di Pasar Uni Eropa. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Saat ini kakao menjadi komoditi perkebunan unggulan ke-3 setelah kelapa sawit dan karet. Kakao ini memberikan kontribusi bagi penciptaan lapangan kerja. Selain itu juga mendatangkan devisa, karena 40 persen produksi kakao Indonesia di ekspor. Pada 2011 lalu, jumlah devisa negara dari kakao mencapai Rp1,34 miliar dengan jumlah masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari kakao mencapai 1,6 juta kepala keluarga (KK). Kondisi ini akan terus dijaga dan ditingkatkan di masa mendatang. Selain ada keunggulan yang dimiliki, komoditi kakao di Indonesia ini juga mengalami kendala, yaitu penurunan tingkat produktivitas karena banyak pohon-pohon tua atau perawatan yang kurang. Selanjutnya, rendahnya mutu biji, serta biji kakao yang sebagian besar belum difermentasi (Suswono, 2013 dalam Pos Metro Padang, 2013) Kakao merupakan salah satu komoditas andalan sektor perkebunan, yang peranannya penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara. Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor yang memiliki keunggulan komparatif yang menjadi modal utama yang harus ada pada suatu produk untuk memiliki kekuatan kompetitif. Permintaan ekspor kakao Indonesia oleh negara mitra dagang didominasi oleh biji kakao. Berdasarkan FAO (2010) (Food and Agriculture Organization of The United Nations), Indonesia merupakan produsen biji kakao terbesar kedua di dunia setelah Pantai Gading. Hal ini tentu saja membuat Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menguasai pasar komoditas kakao. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis posisi daya saing komparatif dan kompetitif komoditas biji kakao Indonesia terhadap negara pesaing Indonesia di pasar Uni Eropa, seperti Pantai Gading, Ghana, Nigeria dan Kamerun, (2) Menganalisis ketergantungan perdagangan biji kakao Indonesia terhadap kondisi perekonomian negara mitra dagang Indonesia di Uni Eropa, seperti Jerman, Belanda, Belgia, Italia, dan Spanyol. Komoditas yang menjadi pilihan adalah biji kakao dengan HS 1801. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis daya saing perdagangan biji kakao Indonesia di pasar Uni Eropa dari sudut pandang komparatif adalah dengan Revealed Comparative Advantage. Untuk menganalisis kemampuan daya saing biji kakao Indonesia dengan negara eksportir lainnya dari segi kompetitif digunakan metode Export Competitiveness Index. Peneliti juga menambahkan metode Indeks Konsentrasi Pasar untuk melihat ketergantungan ekspor biji kakao Indonesia ke negara tujuan di beberapa negara Uni Eropa, seperti Jerman, Belanda, Belgia, Italia, dan Spanyol. Melalui analisis Revealed Comparative Advantage diketahui bahwa dari sudut pandang komparatif, komoditas biji kakao Indonesia memiliki daya saing ekspor biji kakao cukup tinggi. Namun, daya saing komparatif biji kakao Indonesia (5,98) di pasar Uni Eropa jauh dibawah negara-negara pesaingnya seperti Pantai Gading (263,36), Ghana (284,67), Nigeria (12,13), dan Kamerun (77,42). Hal yang menyebabkan daya saing komparatif biji kakao Indonesia adalah rendahnya mutu kakao Indonesia dikarenakan biji kakao Indonesia jarang yang difermentasi terlebih dahulu, sehingga harga jualnya rendah di pasar Uni Eropa dan mengakibatkan nilai ekspor biji kakaonya rendah. Dengan analisis Export Competitiveness Index didapatkan hasil bahwa dalam kurun waktu 1991-2010, rata-rata Indonesia memiliki kemampuan daya saing biji kakao yang cukup kuat di pasar Uni Eropa dan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan negara lain yang merupakan negara pesaingnya. Jika dilihat rata-rata nilai ECI masing-masing negara, maka nilai ECI Indonesia dan Kamerun yang tertinggi dalam periode 1991-2010, yaitu 1,05. Diikuti oleh Nigeria (1,01), Pantai Gading dan Ghana yang sama-sama memiliki nilai rata-rata ECI 0,98. Melalui analisis Indeks Konsentrasi Pasar dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 1991-2010 rata-rata nilai IKP Indonesia terhadap mitra dagang Jerman, Belanda, Belgia, Italia, dan Spanyol dibawah angka 1, yakni 0,07. Dengan demikian pada 20 tahun tersebut Indonesia memiliki ketergantungan yang kecil terhadap Jerman, Belanda, Belgia, Italia, dan Spanyol atas ekspor biji kakao Indonesia ke negara tersebut. Jika terjadi kondisi yang tidak stabil di negara tersebut, maka kecil kemungkinan akan mempengaruhi ekspor biji kakao negara Indonesia ke negara tersebut. Berdasarkan penelitian, maka diharapkan pemerintah dapat memberlakukan secara wajib atas penanganan mutu biji kakao sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), sehingga menghasilkan biji kakao yang berkualitas baik. Pemerintah juga harus memberikan pelatihan kepada petani kakao untuk menggalakkan pengelolaan kakao dengan cara fermentasi, sehingga mutu dan kualitas kakao dapat ditingkatkan. Secara umum komoditas kakao Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Kondisi ini perlu dipertahankan oleh Indonesia, bahkan perlu ditingkatkan.

English Abstract

At this time, cocoa can be commodity seed 3rd after oil palm and rubber. Cocoa is contributing to job creation. It also brings foreign exchange, because 40 percent cocoa production Indonesia is exported. On 2011 ago, the state foreign exchange from cacao reached Rp 1,34 billion with the number of people hung his life from cocoa reached 1.6 million heads of households. This condition will continuously maintained and increased in the future. Besides excellence that we have commodity cocoa in Indonesia is also had difficulty, like decrease productivity because many old trees or care less. Next, the low quality seeds, and cocoa beans are mostly not fermented (Suswono, 2013 in Pos Metro Padang, 2013) Cocoa is one commodity mainstay plantation sector which role is important for national economy, especially as a supplier of employment, income, and foreign exchange of countries. Cocoa is one commodity exports have the comparative excellences that becomes main capital that should be on a product to having power competitive. Export demand cocoa indonesia by the state trading partners dominated by cocoa beans. Based on FAO (2010) (Food and Agriculture Organization of the United Nations), Indonesia was a producer of cocoa beans second largest in the world after Ivory Coast. This of course make indonesia has the potential very large to master commodity markets cocoa. Research purposes is (1) analyze position competitiveness comparative and competitive commodities cocoa beans Indonesia against the country main competitors to Indonesia in the European Union as Ivory Coast, Ghana, Nigeria and Cameroon (2) analyze dependence trade cocoa beans Indonesia towards economic condition state trading partners indonesia in the European Union, as Germany, Netherlands, Belgium, Italy, and Spain. The commodities becomes the choice is cacao beans with HS 1801. The research methods used to analyse the competitiveness of Indonesias cocoa trade in the European Union market from the viewpoint of the comparative is a Revealed Comparative Advantage. To analyse the competitiveness of cocoa beans exporter in Indonesia with the country more used method of Export Competitiveness Index. Researchers also added Market Concentration Index method to view dependency export cocoa beans to the country of destination Indonesia in some European Union countries, such as Germany, Netherlands, Belgium, Italy, and Spain. Through analysis revealed comparative advantage known that from the perspective of comparative, commodities cocoa beans Indonesia has competitive export cocoa beans highly. However, competitiveness comparative cocoa beans Indonesia (21.01) in the European Union market is far below countries rival as the Ivory Coast (263,36), Ghana (284,67), Nigeria (12,13), and Cameroon (77,42). The problems that cause of competitiveness comparative cocoa beans Indonesia are low quality, because cocoa beans Indonesia is rarely fermented first. So the lower the selling price in the European Union market and lead to lower export value of cocoa beans By analysis Export Competitiveness Index can be obtained the result that in the last 1991-2010, average Indonesia has ability competitiveness cocoa beans are strong in the European Union market and has the ability to compete with other country which is its competition. If seen average value ECI each country, then value ECI Indonesia and Cameroon supreme in the period 1991-2010, namely 1.05. Followed by Nigeria (1,01), the Ivory Coast and Ghana that both have average value ECI 0,98. Through the analysis of Market Concentration Indices can be noted that in the period 1991-2010 average IKP Indonesia against trading partner Germany, Netherlands, Belgium, Italy, and Spain under number 1, which is 0.07. Thus on the 20 years Indonesia has little dependence on Germany, Netherlands, Belgium, Italy, and Spain over the export of cocoa beans to the country of Indonesia. In case of unstable economic conditions in the country, then it is unlikely to affect the export of cocoa beans country Indonesia to country. Based on research, it is expected that the Government can compulsorily enforce the handling quality cocoa beans in accordance with Indonesia national standard (SNI), thus producing a good quality cocoa beans. The Government must also provide training to cocoa farmers to promote the management of cocoa by fermentation, so that the quality and the quality of cocoa can be improved. In General commodities cocoa Indonesia has a competitive advantage and comparative. These conditions need to be maintained by Indonesia, even needs to be improved.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2014157/051403666
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 04 Jul 2014 10:34
Last Modified: 19 Oct 2021 04:02
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/130069
[thumbnail of cover.pdf]
Preview
Text
cover.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of i_dan_ii_ringkasan_dam_summary_ditranslate.pdf]
Preview
Text
i_dan_ii_ringkasan_dam_summary_ditranslate.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of kata_pengantar,_riwayat_hidup.pdf]
Preview
Text
kata_pengantar,_riwayat_hidup.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of daftar_isi.pdf]
Preview
Text
daftar_isi.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of daftar_gambar_tabel_dan_lampiran.pdf]
Preview
Text
daftar_gambar_tabel_dan_lampiran.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of bab_1_pendahuluan.pdf]
Preview
Text
bab_1_pendahuluan.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of bab_2_Tinjauan_pustaka.pdf]
Preview
Text
bab_2_Tinjauan_pustaka.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of bab_3_kerangka_pemikiran.pdf]
Preview
Text
bab_3_kerangka_pemikiran.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of bab_4_metodologi.pdf]
Preview
Text
bab_4_metodologi.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of daftar_pustaka.pdf]
Preview
Text
daftar_pustaka.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of bab_5_hasil_dan_pembahasan.pdf]
Preview
Text
bab_5_hasil_dan_pembahasan.pdf

Download (2MB) | Preview
[thumbnail of bab_6_Penutup.pdf]
Preview
Text
bab_6_Penutup.pdf

Download (1MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item