Analisis Pemetaan Dalam Rangka Deteksi Dini Kerawanan Pangan Tingkat Desa

Hanani, Nuhfil and Asmara, Rosihan and -, Sujarwo and Tyasmoro, Setyono Yudo (2009) Analisis Pemetaan Dalam Rangka Deteksi Dini Kerawanan Pangan Tingkat Desa. Project Report. Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya, Malang.

Abstract

Ketahanan pangan merupakan isu sentral dalam pembangunan nasional. Hal ini mendasarkan pada pemikiran bahwa ketahanan pangan suatu wilayah, yang berarti terpenuhinya kebutuhan pangan yang layak bagi masyarakat, merupakan hak asasi manusia. Kedua, ketahanan pangan memiliki dimensi pembangunan yang berspektrum luas. Analisis dan pemetaan dalam rangka deteksi dini kerawanan pangan tingkat desa merupakan terobosan baru untuk meningkatkan akurasi penanganan kerawanan pangan di daerah. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tahap penting, yaitu: (1) seleksi indikator yang representatif untuk mendeteksi tingkat kerawanan pangan desa, dan (2) menyusun model yang bisa digunakan untuk melakukan simulasi kebijakan. Seleksi indikator kerawanan pangan tingkat desa dilakukan menggunaan analisis faktor dengan metode ekstraksi Principal Components Analysis (PCA). Analisis kerawanan pangan menggunakan References Based Analysis (RBA). Berikutnya dilakukan analisis model rawan pangan dengan menggunakan pendekatan ekonometrika untuk selanjutnya dilakukan simulasi kebijakan dalam meningkatkan ketahanan pangan. Berdasarkan ketersediaan data dan analisis yang telah digunakan, maka telah mampu disusun indikator dan cara penilaian kerawanan desa yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kerawanan desa serta faktor penyebabnya. Di samping itu telah disusun model ekonometrika kerawanan desa, yang konsisten dengan teori, mempunyai daya prediksi yang baik, dan dapat digunakan untuk simulasi kebijakan penurunan kerawanan pangan. Hasil analisis pemetaan kerawanan pangan menunjukkan bahwa Kabupaten Jombang, Pasuruan dan Situbondo tidak ada desa dengan kategori rawan atau sangat rawan, yang ada adalah agak rawan. Jumlah daerah agak rawan pangan pada masingmasing kabupaten adalah untuk Kabupaten Jombang sebanyak 2 desa, Kabupaten Situbondo 5 desa, dan Kabupaten Pasuruan 17 desa. Sedangkan daerah kategori sangat tahan, untuk Kabupaten Pasuruan 56 desa, Kabupaten Jombang 43 desa, dan Kabupaten Situbondo 6 desa Hasil analisis simulasi kerawanan pangan berdampak pada perubahan indeks komposit kerawanan pangan dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda. Kabupaten Jombang dengan perubahan simulasi pada aspek ketersediaan dan akses pangan menunjukkan perubahan yang sangat kecil pada penurunan indek komposit, demikian juga pasuruan. Sedangkan untuk Kabupaen Situbondo, stimulasi simulasi kebijakan membawa dampak yang cukup signifikan. Simulasi kebijakan aspek akses pangan memiliki dampak yang sangat besar bagi penurunan kerawanan pangan di Kabupaten Situbondo. Respon positif ini memang lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Jombang dan Pasuruan. Hal ini berkaitan dengan tingkat kegiatan ekonomi di Kabupaten Situbondo yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan dua kabupaten lainnya, sehingga dengan melakukan stimulasi kegiatan ekonomi akan memacu pertumbuhan dan penurunan kerawanan pangan di Kabupaten Situbondo lebih besar. Deteksi dini kerawanan angan sangat penting sekali dilakukan pada masingmasing wilayah dengan indikator ini sebagai upaya mengurangi dan atau sedapat mungkin mencegah timbulnya dampak negative kerawanan pangan di suatu wilaya. Analisis ini merupakan memberikan indikator atau signal awal yang perlu ditindaklanjuti dalam kegiatan aksi sesuai dengan penyebab kerawanan pangan di wilayah bersangkutan, sehingga tindak lanjut dalam penanganan kerawanan pangan ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari hasil analisis deteksi dini kerawanan pangan yang harus dilakukan.

English Abstract

Food security is a central issue in national development. This is based on the notion that food security of an area, which means the fulfillment of proper food needs for the community, is a human right. Second, food security has dimension to the broad spectrum of development. Analysis and mapping of early warning system in the context of village-level food insecurity is a new breakthrough to improve the accuracy of food insecurity treatment in the region. This study has 2 (two) key stages, namely: (1) selection of representative indicators to detect village-level food insecurity, and (2) develop a model that can be used for policy simulation. Selection of village-level food insecurity indicators is conducted by using factor analysis, namely the method of extraction of factors with Principal Components Analysis (PCA). Analysis of food insecurity is using References Based Analysis (RBA). Furthermore, food insecurity model analysis is conducted by using Econometrics approach . Policy simulation is then performed in improving food security. Based on the availability of data and analysis that have been used, it has been able to set the indicators and rural vulnerability assessment that can be used to assess the level of vulnerability to the village as well as the contributing factors. In addition, an econometrics model of rural vulnerabilities has been developed , which is consistent with the theory, having a good predictive power, and capable to be used to simulate food insecurity reduction policies. The results of food insecurity mapping analysis shows that there are no villages in Kabupaten Jombang, Pasuruan and Situbondo included in the category of vulnerable or very vulnerable. They have only been categorized as rather vulnerable. The number of food-insecure (rather vulnerable) regions in each district is Kabupaten Jombang as much as 2 villages, 5 villages in Kabupaten Situbondo, and 17 villages in Kabupaten Pasuruan. While the category of highly resistant- region, as much as 56 villages in Kabupaten Pasuruan, 43 villages in Kabupaten Jombang , and 6 villages in Kabupaten Situbondo The results of simulation analysis of food insecurity affects the changes of composite index with the diversified level of food insecurity influence. Kabupaten Jombang with simulated changes in the availability and access aspects of food shows a very small change in the composite index decline, so does Kabupaten Pasuruan. As for Kabupaten Situbondo, the stimulation of policy simulations carries a significant impact. Simulation access aspects of food policy has profound implications for the decline in food insecurity in Kabupaten Situbondo. This positive response was higher than Kabupaten Jombang and Pasuruan. This is related to the level of economic activity in Situbondo, which is relatively lower than the two other Kabupaten, so that stimulating the economic activity will encourage the growth and greater decline of the food insecurity in Situbondo. The early warning system of food insecurity is very important to be conducted in the area respectively with this indicator as an effort to reduce and or prevent possible negative effects of food insecurity in an area. This analysis provides an indicator or an early signal that must be followed up in action in accordance with the causes of food insecurity in the respective regions, so that follow-up in tackling the food crisis is an integral part of the analysis of food-crisis-early-detection that should be done.

Item Type: Monograph (Project Report)
Identification Number: PEN/363.192/ANA/a/2009/021809972
Subjects: 300 Social sciences > 363 Other social problems and services > 363.1 Public safety programs > 363.19 Product hazards > 363.192 Foods
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 17 Sep 2018 07:14
Last Modified: 28 Dec 2021 02:19
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/12049
[thumbnail of 021809972-ok.pdf]
Preview
Text
021809972-ok.pdf

Download (391kB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item