Lirphandari, Resty Hutami (2018) Analisis Kinerja Pasar Benih Padi Di Kabupaten Madiun. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Meningkatnya kebutuhan padi setiap tahun menyebabkan kebutuhan akan benih padi juga turut meningkat. Benih memegang peranan yang sangat penting dalam budidaya pertanian, sehingga kondisi perbenihan mencerminkan kemajuan pertanian dalam suatu negara (Arsanti, 1995). Kabupaten Madiun merupakan salah satu wilayah yang diproyeksikan sebagai salah satu penyangga pertanian tanaman pangan di Jawa Timur, terutama untuk jenis tanaman padi (BPS Kabupaten Madiun, 2015). Pada tahun 2015 luas panen padi di Kabupaten Madiun adalah 81.498 Ha, dengan angka produksi 524.281 ton ha (BPS, 2015). Berdasarkan survey penelitian diketahui masalah yang terjadi dalam bidang pemasaran benih padi di Kabupaten Madiun yaitu belum diketahui adanya pembagian balas jasa dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan pemasaran benih padi. Pembagian yang adil dalam konteks tersebut adalah pembagian balas jasa fungsi- fungsi pemasaran sesuai kontribusi masing-masing kelembagaan pemasaran yang berperan (Mubyarto, 1989). Melalui survey pendahuluan juga diketahui bahwa kelembagaan pemasaran yang berperan dalam memasarkan benih padi di Kabupaten Madiun mencakup petani, pedagang pengumpul, pedagang perantara/grosir dan pedagang pengecer. Selain itu benih padi seringkali mengalami keterlambatan pengiriman serta kualitas benih padi yang buruk sehingga mempengaruhi keuntungan penjualan benih padi (BPSB Madiun, 2017). Penelitian mengenai analisis kinerja pasar benih padi di Kabupaten Madiun bertujuan untuk mengukur sampai sejauh mana prestasi pasar yang telah dicapai oleh produk benih padi yang dihasilkan melalui analisis saluran dan marjin pemasaran, analisis keuntungan pemasaran dan analisis efisiensi pemasaran benih padi di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Metode penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Madiun merupakan wilayah yang diproyeksikan sebagai salah satu penyangga pertanian untuk tanaman padi (BPSB Madiun, 2017). Selain itu, padi merupakan potensi pertanian terbesar di Kabupaten Madiun tahun 2015 hal ini dapat dilihat melalui beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Madiun yang menjadi daerah penghasil padi. Kecamatan Balerejo merupakan wilayah unggulan dalam produksi padi, hal ini terlihat dari angka luas panen mencapai 10.849 Ha (BPSB, 2016). Diikuti Kecamatan Saradan, Pilangkenceng, Kebonsari, dan Wungu, yang masing-masing tahun 2015 memiliki luas panen padi diatas 6.000 Ha. Responden penelitian merupakan produsen/penangkar benih padi bersertifikat dan non-subsidi serta lembaga pemasaran. Keduabelas produsen merupakan populasi dalam penelitian ini yang juga menjadi responden, oleh karena ii itu digunakan metode sensus sebagai metode penentuan responden. Penentuan responden lembaga pemasaran menggunakan metode snowball sampling. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan pengambilan data sekunder berupa data dukung resmi dari BPSB. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif untuk membantu memaparkan karakteristik produsen benih padi, karakteristik lembaga pemasaran, fungsi pemasaran pada setiap saluran pemasaran, volume penjualan benih padi dan kinerja pasar benih padi di Kabupaten Madiun. Dilakukan pula analisis marjin pemasaran, analisis rasio keuntungan dan biaya, serta analisis efisiensi pemasaran. Melalui karakteristik produsen diketahui terdapat 1 unit usaha PT dan 1 unit usaha CV, sedangkan unit usaha terbanyak merupakan jenis Perseorangan yaitu berjumlah 10 unit usaha yang terbagi atas 1 unit PB dan 9 unit UD. Sedangkan, melalui karakteristik lembaga pemasaran diketahui terdapat tiga bentuk usaha lembaga pemasaran yaitu perusahaan perseorangan berupa Toko, Usaha Dagang (UD) dan Perseroan Terbatas. Terdapat 6 unit toko, 4 unit UD serta 1 unit PT. Hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa panjangnya saluran pemasaran mempengaruhi besarnya marjin. Melalui perbandingan yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai marjin tertinggi berada pada saluran 3 tanpa petani mitra dengan nilai Rp.9.217,56/kg. Sedangkan, nilai marjin terendah terdapat pada saluran 1 dengan petani mitra yaitu senilai Rp2.646,12/kg. Diketahui semakin rendah nilai marjin pada suatu saluran pemasaran maka saluran pemasaran tersebut dapat dikatakan baik (Kohl dan Uhl, 2002). Dengan demikian jika dibandingkan dari ketiga saluran pemasaran, maka saluran pemasaran 1 dengan petani mitra merupakan saluran pemasaran yang menunjukkan kinerja pasar terbaik untuk indikator marjin. Pada hasil analisis keuntungan pemasaran diketahui meskipun produsen memperoleh keuntungan yang tinggi setiap penjualan 1 kilogram benih, namun rasio keuntungan dan biaya produsen rendah. Pengecer dan pengumpul umumnya meperoleh rasio keuntungan dan biaya yang lebih tinggi daripada produsen baik pada saluran pemasaran dengan petani mitra ataupun tanpa petani mitra. Hal ini dikarenakan produsen melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dibandingkan pengumpul dan pengecer, sehingga keuntungan tidak tersebar merata. Menurut Mubyarto (1972), kinerja pasar dikatakan baik apabila pembagian keuntungan sesuai dengan sumbangan dari setiap pelaku pemasaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerimaan keuntungan pada pasar benih padi di Kabupaten Madiun tidak merata atau memiliki kinerja pasar yang tidak baik. Melalui analisis efisiensi pemasaran diketahui bahwa efisiensi pemasaran benih padi di Kabupaten Madiun berada pada range 0,047-0,067. Hal ini berarti setiap 1 rupiah harga per satuan produk terdapat komponen biaya sebesar 0,047-0,067. Suatu sistem pemasaran dikatakan efisien bila nilai efisiensi pemasaran adalah < 1 (kurang dari satu), maka diketahui bahwa nilai efisiensi pemasaran benih padi di Kabupaten Madiun baik dengan mitra ataupun tanpa petani mitra secara iii keseluruhan adalah < 1 yang berarti efisien. Melalui progresivitas pasar juga diketahui terdapat 12 produsen benih padi benih yang masih tercatat aktif. Terdapat 8 produsen yang mengalami peningkatan volume penjualan hingga tahun 2016. Peningkatan volume penjualan tersebut menunjukkan bahwa pasar benih padi mengalami pertumbuhan dan masih menguntungkan. Dari penilaian ketiga indikator tersebut diketahui terdapat dua indikator yang menunjukkan bahwa kinerja pasar benih padi di Kabupaten Madiun tidak baik yaitu saluran dan marjin pemasaran serta keuntungan. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kinerja pasar benih padi di Kabupaten Madiun tidak baik. Selain itu melalui skor yang diperoleh diketahui bahwa saluran pemasaran dengan petani mitra memiliki kinerja pasar yang lebih baik dibandingkan saluran pemasaran tanpa petani mitra. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada indikator saluran dan marjin pemasaran memiliki kinerja pasar yang tidak baik dikarenakan pada saluran pemasaran 2 dan 3 terdapat penambahan perantara yang membuat peningkatan nilai marjin sebesar Rp.3.447,71. Berdasarkan indikator keuntungan kinerja pasar benih padi di Kabupaten Madiun tidak baik. Hal ini dikarenakan pembagian rasio Keuntungan dan Biaya (K/B) antara produsen dan lembaga pemasaran tidak merata. Berdasarkan indikator efisiensi pemasaran kinerja pasar benih padi baik. Hal ini dapat dilihat melalui nilai efisiensi setiap lembaga pemasaran baik dengan petani mitra ataupun tanpa petani mitra yang bernilai < 1. Selain itu diketahui pula adanya progresivitas pasar melalui penambahan jumlah produsen dan volume penjualan benih padi selama periode 2012-2016 (5 tahun terakhir). Dengan demikian kinerja pasar benih padi di Kabupaten Madiun dapat dikatakan tidak baik. Hal tersebut dikarenakan tidak semua hasil analisis dari ketiga indikator menunjukkan kinerja pasar yang baik. Pada indikator saluran dan marjin pemasaran serta keuntungan diketahui kinerja pasar tidak baik. Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian terkait hasil analisis marjin pemasaran dan analisis keuntungan, yaitu agar produsen dapat mencari informasi harga di tingkat konsumen agar posisi petani dalam tawar-menawar lebih kuat. Untuk meningkatkan share harga yang diterima produsen, dapat diupayakan saluran pemasaran yang lebih pendek. Sebaiknya setiap lembaga yang ada dapat memiliki peranan yang aktif agar masing-masing dapat memberikan kontribusi yang baik. Dalam hal ini berarti mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen dengan mengadakan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan pemasaran komoditas pertanian. Selain itu terkait progresivitas pasar, diharapkan produsen dapat meningkatkan kualitas benih padi yang diproduksi sehingga lebih banyak benih padi yang lolos uji sertifikasi dan dapat dijual ke pasar.
English Abstract
Dwiastuti, MS Increasing the need for rice each year will also be prepared seeds. Seeds play a very important role in agricultural cultivation, so that seed conditions increase in the agriculture of a country (Arsanti, 1995). Madiun regency is one of the areas projected as one of the supporters of food crop agriculture in East Java for the type of rice crop (BPS Kabupaten Madiun, 2015). By 2015 the area of rice harvest in Madiun Regency is 81,498 Ha, with production number 524,281 ton ha (BPS, 2015). Based on the survey, it is known that the problem that occurred in the field of rice seed marketing in Madiun Regency is that there is no known distribution of the total price of the last customer to all parties participating in the production and marketing of rice seed. A fair division in that context is the distribution of fees for marketing functions according to the contribution of each marketing institution that plays a role (Mubyarto, 1989). Through the preliminary survey it is also known that marketing institutions that play a role in marketing rice seeds in Madiun Regency include farmers, collecting traders, brokers / wholesalers and retailers. In addition, rice seeds often experience shipment delays and poor quality of paddy seeds that affect the profitability of rice seed sales (BPSB Madiun, 2017). The research on performance analysis of paddy seed market in Madiun Regency aims to measure the extent to which market achievement has been achieved by rice seed product generated through channel analysis and marketing margin, marketing profit analysis and efficiency analysis of rice seed marketing in Madiun Regency, East Java. The method of determining the location is done purposively by considering that rice is the greatest agricultural potency in Madiun Regency 2015 this can be seen through some subdistrict area in Madiun Regency which become rice producing area. Kecamatan Balerejo is the leading region in rice production, it is seen from the number of harvested area reaching 10,849 Ha. Followed by District Saradan, Pilangkenceng, Kebonsari, and Wungu, each of which in 2015 has a rice harvest area above 6000 Ha. In addition, Madiun Regency is an area projected as one of the agricultural buffer for rice plants (BPSB Madiun, 2017). Given the total number of breeders is the population in this study who also became respondents. because the census method is used as the method of determining the respondents. Research respondents are certified and non-subsidized seed producers / breeders and marketing institutions. For marketing institutions used the method of snowball sampling. Methods of data collection using interviews and secondary data collection. This research uses descriptive statistical analysis method to help describe the characteristics of rice seed producers, marketing agency v characteristics, marketing margins on each marketing channel, marketing function on each marketing channel, profit and cost ratio, marketing efficiency, rice seed sales volume and market performance of rice seed in Madiun District. The results of the marketing margin analysis show that the length of the marketing channel affects the margin. By comparison, it was found that the highest margin value was on channel 3 without partner farmers with a value of Rp.9.217.56 / kg. Meanwhile, the lowest margin value is found on channel 1 with partner farmers, which is worth Rp2.646,12 / kg. Given the lower the margin value in a marketing channel then the marketing channel can be said to be good (Kohl and Uhl, 2002). Thus when compared to the three marketing channels, the marketing channel 1 with partner farmers is a marketing channel that shows the best market performance for margin indicators. The results of marketing profit analysis are known even though producers earn high profits per sale of 1 kilogram of seed, but the ratio of profit and producer cost is low. Retailers and collectors generally gain higher profit and cost ratios than producers on both marketing channels and partner farmers or without partner farmers. This is because manufacturers do more marketing functions than collectors and retailers, so the benefits are not evenly distributed. According to Mubyarto (1972), market performance is said to be good if the profit sharing is in line with the contribution of each marketing actor. Thus it can be concluded that the profitability in the rice seed market in Madiun Regency is uneven or has poor market performance. Through marketing efficiency analysis, it is known that the marketing efficiency of rice seed in Madiun Regency is in the range of 0.047-0.067. The lowest value is in marketing channel 2 without partner farmers with a value of Rp.0,047, this can be seen through marketing expenses on channel that has the smallest value compared to other marketing channels, while the market value of the product is Rp.12000,00. Besides, the highest value is in marketing channel 1 with partner farmers. Based on the formula of Downey and Erickson (1992), a marketing system is said to be efficient when the value of marketing efficiency is <1 (less than one), it is known that the value of rice seed marketing efficiency in Kabupaten Madiun either with partners or without partner farmers as a whole is < which means efficient. Through the progresivitas of the market is also known there are 12 seed producers that are still active seeds. There are 8 producers that have increased sales volume until 2016. The increase in sales volume shows that rice seed market is growing and still profitable. From the assessment of these three indicators, it is known that there are two indicators that indicate that the market performance of rice seed in Madiun Regency is not good, that is channel and marketing margin and profit. So it can be concluded that the performance of paddy seed market in Madiun Regency is not good. In addition, through the scores obtained, it is known that marketing channels with vi partner farmers have a better market performance than marketing channels without partner farmers. Based on the results of the research it can be concluded that the channel and marketing margin indicators have a poor market performance due to marketing channels 2 and 3 there is an additional intermediary which makes an increase in margin value of Rp.3.447,71. Based on indicator of performance advantage of rice seed market in Madiun Regency is not good. This is because the division of Profit and Cost (K / B) ratios between producers and marketing agencies is uneven. Based on indicators of marketing efficiency of rice seed market performance well. This can be seen through the efficiency value of each marketing institution either by partner farmers or without the valuable partner farmers <1. Also known is the market progressiveness through the addition of producers and sales volume of rice seeds during the period 2012-2016 (5 years). Thus the performance of rice seed market in Madiun Regency can be said not good. This is because not all analytical results of the three indicators indicate good market performance. In channel indicators and marketing margins and gains, it is known that market performance is not good. Suggestions that can be given based on research related to the results of marketing margin analysis and profit analysis, that is so that producers can find price information at the consumer level so that the position of farmers in bargaining stronger. To increase the share of prices received by producers, a shorter marketing channel can be pursued. We recommend that each existing institution can have an active role so that each can make a good contribution. In this case means being able to deliver the agricultural products from the producers to the consumers by holding a fair share of the total price of the last consumer to all parties who participate in the production and marketing activities of agricultural commodities. In addition to market-related progres- sivity, producers are expected to improve the quality of rice seeds produced so that more rice seeds pass certification tests and can be sold to the market.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2018/131/051802606 |
Uncontrolled Keywords: | - |
Subjects: | 300 Social sciences > 381 Commerce (Trade) > 381.4 Specific products and services > 381.41 Product of agriculture > 381.413 18 Specific products (Rice) |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 04 Jun 2018 02:44 |
Last Modified: | 20 Oct 2021 04:16 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/11328 |
Preview |
Text
BAB V.pdf Download (155kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB VI.pdf Download (149kB) | Preview |
Preview |
Text
BAGIAN DEPAN.pdf Download (817kB) | Preview |
Preview |
Text
LAMPIRAN.pdf Download (637kB) | Preview |
Preview |
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (376kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB I.pdf Download (281kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB II.pdf Download (337kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB III.pdf Download (198kB) | Preview |
Preview |
Text
BAB IV.pdf Download (418kB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |