Penggunaan Tepung Bonggol Pisang Kepok Hasil Fermentasi Dengan Saccharomyces Cerevisiae Dan Aspergillus Niger Sebagai Pakan Dan Implikasinya Terhadap Kecernaan Nutrien Dan Performan Ternak Babi Fase Grower

Sembiring, Sabarta (2017) Penggunaan Tepung Bonggol Pisang Kepok Hasil Fermentasi Dengan Saccharomyces Cerevisiae Dan Aspergillus Niger Sebagai Pakan Dan Implikasinya Terhadap Kecernaan Nutrien Dan Performan Ternak Babi Fase Grower. Doctor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Limbah pertanian yang tersedia melimpah, harganya relatif murah dan mudah didapat sangat memberi peluang dimanfaatkan dalam mengatasi kendala pakan ternak yang terasa semakin sulit dan mahal. Salah satu bahan pakan sumber limbah potensial sebagai pakan ikonvensional sumber energi yaitu limbah tanaman pisang kepok, yaitu bonggol (corm) berpotensi besar sebagai sumber kalori mengandung ± 79% karbohidrat. Kandungan lain dalam jumlah tertentu adalah antioksidan (flavonoid) dan pati. Kelemahan bonggol sebagai pakan ternak khususnya nonruminansia yakni proteinnya rendah, serat kasar tinggi, mengandung antinutrisi seperti tanin, sterol, glikosida, kuinon dan terpenoid. polifenol, alkaloid dan saponin. Komponen bonggol pisang kepok yang dapat berpengaruh negatif tersebut, diikuti dengan komponen karbohidrat komplek tersusun dari polisakarida meliputi gums, oligosakarida, polidekstrosa, maltodekstrin dan pati yang sulit dicerna atau dikenal sebagai pati resisten, perlu proses pengolahan sebelum digunakan. Komponen-komponen yang berpotensi mengganggu nilai manfaat nutrien sebagai pakan dapat diatasi dengan cara fermentasi menggunakan yeast/khamir (Saccharomyces cerevisiae) dan kapang (Aspergillus niger) yakni jenis mikroba mengandung enzim amilolitik dan lainnya. Penelitian disertasi ini dilaksanakan dalam dua tahapan penelitian. Penelitian tahap I uji In vitro bertujuan mengevaluasi kandungan nutrien, kadar antinutrisi tanin dan saponin serta kecernaan bahan kering dan bahan organik yang terkandung dalam bonggol pisang kepok tanpa fermentasi dan sesudah fermentasi menggunakan khamir (Saccharomyces cerevisiae), kapang (Aspergillus niger) atau kombinasi khamir dan kapang dengan dosis inokulum 10% (w/v). Hasil terbaik pada penelitian tahap I diuji lanjut secara In vivo. Penelitian tahap II uji In vivo bertujuan mempelajari hasil terbaik pakan mengandung bonggol pisang kepok hasil fermentasi diuji pada ternak babi fase grower berumur sekitar 10 minggu, bobot badan rerata 27 kg ±3,92 kg, guna mengevaluasi performan dan kecernaan pakan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 4 perlakuan pakan dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Bonggol pisang hasil fermentasi dicampur kedalam pakan basal pada level 0, 7, 14 dan 21% bonggol pisang kepok fermentasi dalam total pakan perlakuan. Variabel penelitian untuk tahap I meliputi bahan kering, bahan organik, protein kasar, energi, lemak kasar, abu, pati, total gula, antinutrisi tanin dan saponin dan nilai kecernaan In vitro bahan kering dan bahan organik. Variabel yang dihitung untuk tahap II adalah konsumsi dan kecernaan pakan yakni bahan kering, bahan organik, protein kasar dan energi dan variabel performan terdiri dari konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan, serta konsumsi dan retensi mineral Ca dan P. Hasil penelitian tahap I diperoleh bahwa tepung bonggol pisang kepok kering (kontrol) mengandung protein kasar 3,58%, serat kasar 19,33%, karbohidrat 79,16%, lemak vi 2,15%, energy bruto 3385 Kkal/kg dan abu 9,74%. Kandungan bahan kering, protein kasar dan energi bruto meningkat setelah fermentasi dibanding tanpa fermentasi (kontrol). Kandungan protein kasar sebanyak 5,81% adalah angka tertinggi yang dicapai pada perlakuan P3 (khamir + inkubasi 96 jam). Kandungan energi, pati dan amilopektin tertinggi terdapat pada perlakuan P8 (konsorsium khamir dan kapang + inkubasi 72 jam) masing-masing 3511 Kkal/kg, 35,54 g/100 g dan 25,91 g/100 g. Total gula meningkat sebesar 372% yakni dari 2,17 menjadi 12,80 g/100g dicapai pada perlakuan P5 (kapang + inkubasi 72 jam). Kandungan tanin dan saponin menurun masing-masing 31 dan 41% yakni pada perlakuan P5 dan P4. Kecernaan bahan kering dan bahan organik tertinggi (77,59 dan 75,65%) terdapat pada perlakuan P5. Hasil penelitian tahap II uji In vivo menunjukkan tepung bonggol pisang kepok fermentasi dengan mikroba kombinasi khamir dan kapang dan diinkubasi selama 72 jam atau perlakuan P8 (terbaik Tahap I), menghasilkan konsumsi pakan ternak babi fase grower yaitu bahan kering, bahan organik, protein kasar dan konsumsi energi nyata (P<0,05) menurun dibanding pakan kontrol, tetapi tidak nyata (P>0,05) menurun pada level tepung bonggol pisang fermentasi diantara 14 dan 21%. Level penggunaan bonggol pisang fermentasi 7% menghasilkan nilai rataan terbaik untuk variabel kecernaan bahan kering dan bahan organik masing-masing 66,57 dan 70,48% dan kecernaan protein kasar dan energi masing-masing 83,43 dan 70,76%. Performan ternak babi yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi penggunaan pakan terbaik dicapai pada pakan kontrol (0 % produk fermentasi) masing-masing adalah konsumsi pakan 2031,69 g/h, 650,44 g/h dan 3,15 nilai rataan tersebut tidak berbeda nyata (P>0,05) dibanding dengan penggunaan pakan hasil fermentasi hingga level 21%. Konsumsi dan retensi mineral Ca dan P tertinggi masingmasing 14,3 dan 9,1 g/h dan angka retensi mineral Ca dan P masing-masing 11,9 dan 7,5 g/h terdapat pada penggunaan pakan bonggol pisang kepok fermentasi 7%. Tepung bonggol pisang kepok hasil fermentasi menggunakan kombinasi khamir (Saccharomyces cerevisiae) dan kapang (Aspergillus niger), diinkubasi selama 72 (perlakuan P3Q2) meningkatkan protein kasar dari 3,58 menjadi 4,44 % (24 %), energi dari 3390 menjadi 3510 Kkal/kg (3,5 %), pati dari 25,02 menjadi 35,54 g/100g (42 %) dan total gula dari 2,71 menjadi 4,11 g/100g (51,6 %), dan menurunkan kandungan serat kasar dari 19,33 menjadi 17,51 % (9,4 %), NDF dari 57,41 menjadi 41,23 g/100g (28,3 %) dan saponin dari 960,01 menjadi 360,02 mg/100g (62,5 %). Kandungan tanin menurun dari 910,01 menjadi 727,35 mg/100g (20 %) dalam tepung bonggol pisang kepok fermentasi menggunakan kapang dan diinkubasi selama 72 jam. Penggunaan tepung bonggol pisang kepok fermentasi (P3Q2) level 7 % dalam pakan mampu meningkatkan kecernaan In vivo bahan kering dari 65,05 menjadi 66,57 (2,3 %) dan bahan organik dari 68,95 menjadi 70,48 (2,2 %). Penggunaan level 21 % dalam pakan dapat berperan sebagai sumber energi alternatif pada ternak babi fase grower dengan pertumbuhan atau kinerja performan yakni konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan yang tidak berbeda nyata dengan penggunaan 0, 7 atau 14 % dalam pakan. Bonggol pisang kepok fermentasi dengan kombinasi khamir + kapang dan diinkubasi 72 jam merupakan pengolahan terbaik dilakukan dan mampu meningkatkan kandungan energi, pati dan amilosa dan efektif menurunkan kadar saponin. Pemberian pakan terfermentasi level penggunaan 7% adalah terbaik dilakukan untuk variabel vii kecernaan bahan kering, bahan organik, kecernaan protein kasar, energi dan retensi mineral Ca dan P. Performan ternak babi dan konsumsi pakan tidak berbeda nyata (P>0,05) sehingga penggunaan bonggol pisang fermentasi hingga level 21% memberi efek yang sama baik seperti pakan kontrol (21% dedak padi). Level penggunaan produk pakan terfermentasi 7% merupakan yang tertinggi untuk nilai kecernaan nutrien sehingga dapat disarankan untuk diaplikasikan.

English Abstract

Agricultural waste that are abundant, inexpensive and easily obtained can promote to overcome animal feed availabity problems. One of diet materials from banana waste as energy sources was corms. Banana corm has great potential as an alternative energy source because it contains ± 72 % carbohydrates, as well as containing antioxidants (flavonoids) and starch. Constraints as a nonruminansia diets were low in protein, high fiber, containing antinutrition such as tannins, sterols, glycosides, and terpenoids quinones. polyphenols, alkaloids and saponins. These components which is coupled with the negative effect of carbohydrate components polysaccharides including gums, oligosaccharides, polidekstrosa, maltodextrin and starch are difficult to digest or known as resistant starch. These components are known to interfere nutrient value of the diets. Overcome these problems were throgh processing of feed ingredients by using yeast Saccharomyces cerevisiae and Aspergillus niger which contained amylolitic. Dissertation was conducted in two research. The Research I aimed to evaluate the nutrients, tannins, saponins as well as dry matter and organic matter digestibility of controle diets and fermented diets using Saccharomyces cerevisiae and Aspergillus niger at inoculum level of 10 % (w/v). The Research II was carried out through In vivo test. 16 grower pigs was used at 10 weeks of age and initial body weight of 27 ±3,92 kg to study growth performance and digestibility of the diets. Study design used was a randomized block design (RAK) consisted of 4 treatments and each treatment was replicated four times. Banana corms fermented was used at levels of 0, 7, 14 and 21% of total diets. The Research I variables include dry matter, organic matter, crude protein, energy, fat, starch, total sugars, tannins and saponins and In vitro digestibility of dry matter and organic matter. The Research II variables were intake and digestibility of dry matter, organic matter, crude protein and energy, as well as performance consist of average body weight gain and feed conversion, and intake and retention of mineral Ca and P. The results of the Research I were crude fiber and amylose contents decreased 6,1 and 69 % respectively. Crude protein contents (5.81%) was the highest value achieved in treatment P3 (Saccharomyces cerevisiae + 96 hours incubation). The energy content, and amylopectin was achieved in treatment P8 (consortium microbial and incubated at 72 hours) of 3511 kcal/kg, 35.54 g/100 g and 25.91 g/100 g. Total sugar increased by 372 % compared to the controls and the highest was in P5 treatment of 12.80 g/100 g and the lowest in the tretment P6 of 2.00 g/100 g. The content of tannins and saponins decreased 31 and 41% respectively compared with controls. Dry matter and organic matter was highest (77.59 and 75.65%) in P5 treatment using microbial Aspergillus niger and incubated 72 hours. The results of Research II showed that substitution of rice bran with fermented banana kepok corms using consortium of Saccharomyces cerevisiae and Aspergillus niger and incubated for 72 hours, (P8 as the best product on reseach I) decreased the diets consumption, of dry matter, organic matter, crude protein and energy consumption as increasing levels use of fermented feed, but not significantly (P> 0.05) decrease between level using of 14 and 21%. Inclusion of corm fermentation at level of 7 % resulted in the highst value on dry matter and organic matter of 66.57 and 70.48% and the digestibility of crude protein and energy of 83.43 and 70.76% respectively. Growth performance of growing pigs and feed consumption were best on control diet, the average feed consumption of 2031.7 g/h was not significantly different (P> 0.05) with ix corm fermented diets up to level 21 % in the diet. Consumption and mineral retention of Ca and P was 14.3 and 9.1 g/h and mineral retention of 11.9 and 7.5 g/h achieved in 7 % inclusion. It was concluded that the banana kepok corm fermented with consortium of yeast + Aspergillus niger and incubated 72 hours gave the best results on the energy content, amylopectin, starch and effectively reduce levels of saponin. Feeding with fermented corm at the level of 7% resulted in the best value on dry matter, organic matter, crude protein digestibility, energy and mineral retention of Ca and P. Pigs performance and feed consumption gives the same effect between control and fermented banana corm inclusion at level up to 21 %. It is suggested that corm fermented at level of 7% in growing pig diets was applicable to perform the best nutrient digestibility.

Item Type: Thesis (Doctor)
Identification Number: DIS/636.408 5/SEM/p/2017/061705919
Uncontrolled Keywords: SWINE - FEEDING AND FEEDS, FEEDS - COMPOSITION, PORK, CORMS, SACCHAROMYYEES CEREVISIAE, ASPERGILLUS NIGER, SWINE - NUTRITION
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.4 Swine
Divisions: S2/S3 > Doktor Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 02 Aug 2017 06:35
Last Modified: 30 Dec 2020 15:08
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/953
[thumbnail of BAGIAN DEPAN.pdf] Text
BAGIAN DEPAN.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)
[thumbnail of BAB 1.pdf] Text
BAB 1.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (40kB)
[thumbnail of BAB II.pdf] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (393kB)
[thumbnail of BAB III.pdf] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (289kB)
[thumbnail of BAB IV.pdf] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (191kB)
[thumbnail of BAB V.pdf] Text
BAB V.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (535kB)
[thumbnail of BAB VI.pdf] Text
BAB VI.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (11kB)
[thumbnail of 20. DAFTAR PUSTAKA.pdf] Text
20. DAFTAR PUSTAKA.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (153kB)

Actions (login required)

View Item View Item