Kuncoro, Teddy Sebastian (2017) Myth of “Betarakala” in “Ruwatan Sukerta” in Javanese Tradition. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Wayang adalah salah satu kebudayaan lokal yang merupakan warisan kebudayaan dari nenek moyang. Terdapat berbagai macam kebutuhan khusus untuk memenuhi syarat dari upacara tradisional ini yang menghubung pada pertunjukkan Wayang. Di dalam kebudayaan tradisional ini, pertunjukkan wayang tidak hanya digunakan sebagai acara hiburan, melainkan untuk proses adat keselamatan, upacara tradisional dalam pernikahan dan upacara tradisional yang sering disebut sebagai Ruwatan Sukerta. Ruwatan Sukerta yang digelar adalah proses untuk melindungi masyarakat Jawa dari keburukan yang disebabkan oleh tokoh Betarakala. Penulis mencoba untuk meneliti dengan menggunakan rekaman wawancara yang telah ditranskripsi dan beberapa foto dari proses upacara Ruwatan Sukerta. Hal yang mendasar pada tokoh Betarakala merupakan simbol keburukan bagi kehidupan masyarakat Jawa. Sehingga masyarakat desa Kerja Kidul, Wonogiri percaya akan tujuan dari upacara Ruwatan Sukerta ini Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Betarakala adalah tokoh dalam Ruwatan Sukerta sebagai penghubung keselamatan diri. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan makna dari tokoh Betarakala dalam pertunjukkan wayang, penulis menemukan makna yang terkandung dalam setiap kebutuhan khusus dalam upacara tradisional tersebut dan memiliki arti dalam kehidupan manusia sehari-hari.
English Abstract
Wayang is local culture which was inherited from ancestors. There are various kinds of special needs required to perform a procession of traditional culture of connecting with Wayang performance. In this tradition, the performance of Wayang is not only for entertainment but also for certain purpose such as for safety, wedding ceremony, and the Javananese traditional ceremony often called as Ruwatan Sukerta. Ruwatan Sukerta was held to protect human from a distress caused by the figure of Betarakala. The research data which is used in the research are records and its transcription interview, photos from the procession of Ruwatan Sukerta. The basic reference of Betarakala as a symbol of “bad things”. People in Desa Kerja Kidul, Wonogiri believe with this traditional ceremony event can derived from suffering of Betarakala, and be salvation of it. In this study, the researcher used semiotics theory by Pierce to find the meaning of Betarakala for Javanese in daily activity. The result of this research shows that Betarakala characters in Ruwatan Sukerta is a cord of salvation for Javanese. The study done only to find the meaning of Betarakala figure in Wayang performance, the writer find the meaning of Betarakala character in Ruwatan Sukerta event from connection between the meaning of every requirements of Ruwatan Sukerta with human life.
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FBS/2017/882/051800663 |
Uncontrolled Keywords: | Myth, Betarakala, Ruwatan Sukerta, Semiotics |
Subjects: | 700 The Arts > 791 Public performances > 791.5 Puppetry and toy theaters |
Divisions: | Fakultas Ilmu Budaya > Bahasa dan Sastra Inggris |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 25 Jan 2018 04:25 |
Last Modified: | 25 Oct 2024 03:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/8402 |
![]() |
Text
Teddy Sebastian Kuncoro.pdf Download (2MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |