Aprilyanto, Ibnu (2017) Analisis Risiko Budidaya Udang Vanamei Dengan Sistem Intensif Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tahun 2012, pencapaian Kabupaten Banyuwangi menjadi produsen udang vanamei tertinggi di Jawa Timur dengan total pr oduksi mencapai 10.313 ton atau 31% dari jumlah produksi udang vanamei di Jawa Timur. Pada sisi yang lain, kenaikan produksi selama beberapa tahun terakhir juga membawa berbagai permasalahan. Selain penyakit udang, seperti Infectious Mionecrosis Virus (IMNV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), dan White Feces Disease (WFD) yang terus muncul selama beberapa tahun terakhir, permasalahan pemasaran dan degradasi lingkungan juga menjadi risiko yang mengancam kelangsungan usaha budidaya udang. Fakta tersebut menunjukkan bahwa usaha budidaya udang dihadapkan pada risiko yang tinggi dan petambak dihadapkan pada risiko multidimensional. Oleh karena itu, penelitian yang bertujuan untuk menganalisis risiko dan strategi manajemen risiko pada usaha budidaya udang vannamei menjadi menjadi penting untuk dilakukan. Tujuan dari diadakannya penelitian mengenai analisis risiko budidaya udang vannamei dengan sistem intensif di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur adalah 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada usaha budidaya udang vanamei, 2. Menganalisis tingkat risiko pada usaha budidaya udang vanamei , 3. Menganalisis strategi manajemen resiko pada usaha budidaya udang vanamei 4. Menganalisis kelayakan usaha pada budidaya udang vannamei Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian skripsi ini meliputi data primer dan sekunder. Pada penelitian ini data primer diperoleh dari teknisi atau pemilik tambak udang di wilayah Kabupaten BanyuwangiKecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi yaitu berupa data identitas social ekonomi responden, sumber risiko dalam budidaya udang vannamei, beserta strategi manajemen risiko yang digunakan. Sedangkan Pada penelitian ini untuk data sekunder diperoleh dari studi literatur yang terkait dengan topik penelitian yaitu tentang keadaan lokasi penelitian, data penduduk dan potensi perikanan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Dalam identifikasi sumber-sumber risiko pada penelitian ini terdapat sebanyak 32 sumber risiko dalam usaha budidaya udang vanamei disajikan kepada responden. Pembudidaya udang diminta untuk memberikan nilai dalam 5 poin skala Likert (Nilai 1, jarang terjadi; Nilai 5, Hampir selalu terjadi) untuk setiap sumber risiko yang terjadi dalam usaha budidaya mereka. Total, terdapat 32 sumber risiko yang berhasil diidentifikasi. Sumber-sumber risiko tersebut diklasifikasikan berdasarkan nilai rata-rata dari probabilitas masing-masing sumber risiko. Sebanyak tiga belas sumber risiko berhasil diklasifikasikan kedalam kelompok risiko “Hampir Selalu Terjadi” dalam budidaya udang skala kecil. Nilai rata-rata probabilitas dari kelompok ini berkisar antara 4.09 sampai dengan 4.93. Pada kelompok ini, sumber risiko tingginya kematian akibat penyakit udang (4.93), volatilitas harga udang (4.92), penurunan kualitas air akibat pakan yang berlebih (4.92), ukuran udang bervariasi saat panen (4.90), dan petambak tidak memiliki fasilitas pengolahan air payau (4.84) merupakan lima sumber risiko utama dalam budidaya udang di Kabupaten Banyuwangi. Sumber risiko pada kelompok ini mencerminkan bahwa ketigabelas risiko tersebut hamper selalu terjadi pada usaha budidaya udang mereka. sebanyak delapan belas sumber risiko dapat diklasifikasikan kedalam kelompok “sering terjadi” dengan nilai rata-rata probabilitas berkisar antara 3.03 sampai dengan 3.98. Pada kelompok ini, tiga sumber risiko terbesar adalah kurangnya pengalaman dan pengetahuan tenaga kerja tambak (3.98), tingginya suku bunga kredit (3.96), dan minimnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit udang (3.90). Sumber risiko pada kelompok ini berkaitan erat dengan beberapa sumber risiko pada kelompok pertama. Risiko tersebut mencerminkan bahwa manajemen usaha budidaya terkait masalah keuangan dan produksi merupakan kendala utama yang dihadapi oleh petambak dalam beberapa waktu terakhir. Kelompok ketiga dengan klasifikasi “kadang-kadang terjadi” hanya terdiri dari satu sumber risiko, yaitu rendahnya kesadaran petambak terhadap kondisi lingkungan (2.72). Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada satupun sumber risiko yang memiliki probabilitas “jarang terjadi” dan “tidak pernah terjadi”. Tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengukur dampak sumber risiko, Pengukuran dampak sumber risiko dalam penelitian ini menggunakan 5 point skala Likert dengan nilai 1 untuk sumber risiko yang berdampak sangat tidak signifikan jarang terjadi, sampai dengan nilai 5 untuk dampak yang sangat signifikan terhadap kondisi usaha budidaya udang. sumber-sumber risiko seperti fluktuasi harga udang (4.45), tingkat kematian tinggi akibat penyakit udang (4.43), dan kenaikan harga pakan (4.04) merupakan sumber risiko utama yang memberikan dampak signifikan terhadap kondisi usaha budidaya udang vannamei. Ketiga sumber risiko tersebut memiliki skor rata-rata berkisar antara 4.04 sampai dengan 4.45, dan dapat diklasifikasikan kedalam kelompok sumber risiko yang memiliki dampak sangat signifikan dalam budidaya udang vannamei di lokasi penelitian.Selanjutnya pada kelompok kedua, sembilan risiko dikategorikan kedalam sumber risiko yang memberikan dampak signifikan, dengan skor rata-rata antara 3.04 sampai dengan 3.53. Sumber-sumber risiko tersebut antara lain; penurunan kualitas air akibat pakan yang berlebih (3.35), kualitas sumber air payau (3.45), kualitas benur kurang bagus (3.40), ketersediaan pakan udang tidak mencukupi (3.39), dan petambak tidak memiliki fasilitas pengolahan air payau (3.31). Sebanyak 20 dari 32 sumber risiko yang berhasil diidentifikasi, diklasifikasikan kedalam kelompok risiko yang memberikan dampak moderat pada usaha budidaya udang vannamei skala kecil di Kabupaten Banyuwangi. Lima risiko utama dalam kelompok ini adalah tidak memberikan perlakuan sebelum penebaran benur (2.97), tingkat kepadatan terlalu tinggi (2.93), kurangnya pengetahuan tentang persiapan lahan (2.90), lokasi tambak udang yang tidak sesuai (2.90), dan tidak memiliki jaminan untuk akses kredit (2.89). Setelah melakukan identifikasi sumber-sumber risiko selanjutnya pada variabel benur dan pakan dilakukan pengukuran tingkat sensitivitas yang nantinya dapat diketahui seberapa sensitiv kedua variabel tersebut. Dengan analisis sensitivitas akan diketahui kepekaan finansial terhadap perubahan dua variabel yaitu pakan dan benur. Sehingga pada usaha budidaya udang vannamei di Banyuwangi dapat melakukan pengawasan lebih ketat untuk dapat mendapatkan hasil yang baik kedepannya. Berikut adalah analisis sensitivitas dengan menggunakan dua variabel. Setelah melakukan analisis sensitivitas pada variabel benur dan pakan dengan cara menaikkan prosentase asumsi biaya secara bertahap mulai dari 0%-100% atau dengan cara trial and error yang nantinya dapat diketahui seberapa sensitiv kedua variabel tersebut. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah menaikkan prosentase asumsi biaya secara bertahap mulai dari 0%-100% terhadap NPV, diketahui nilai NPV mengalami penurunan tetapi tidak sampai mengalami nilai minus. Artinya dua variabel tersebut tidak terlalu sensitiv atau berisiko tinggi terhadap usaha budidaya udang vannamei Pada penelitian ini, sebanyak 34 strategi manajemen risiko berhasil diidentifikasi. Lima poin skala Likert (nilai 1 merepresentasikan strategi tersebut tidak efektif sama sekali, sampai dengan nilai 5 yang merepresentasikan bahwa strategi tersebut sangat efektif) digunakan untuk mengukur efektifitas strategi manajemen risiko di daerah penelitian. Selanjutnya, strategi manajemen risiko yang berhasil diidentifikasi kemudian dianalisis untuk kemudian dikelompokkan menjadi 2 strategi utama, yaitu strategi prefentif dan strategi mitigasi Kelayakan finansiil jangka pendek pada usaha budidaya udang vanname Nilai R/C sebesar 5,1 atau lebih dari 1 yang artinya bahwa usaha budidaya udang vanname ini menguntungkan, keuntungan dari usaha budidaya udang vanname di Kecamatan Muncar diperoleh dari penerimaan dikurangi pembiayaan mendapatkan hasil Rp. 2.639.075.000 setelah di zakatkan 2,5% menjadi Rp. 2.573.098.125, BEP sales diperoleh nilai sebesar Rp. 151.764.706 dan BEP unit yang dihasilkan sebesar 1.122, Nilai rentabilitas usaha budidaya udang vanname sebesar 150%. Untuk analisis finansiil jangka panjang NPV sebesar Rp. 4.298.516.757, Net B/C sebesar 1,77, IRR sebesar 93,69% dengan nilai suku bunga sebesar 12,5%, PP sebesar 0,507 dapat dikatakan secara jangka panjang usaha budidaya udang vanname dapat dikatakan layak Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah 1. Sebanyak 32 sumber risiko dalam usaha budidaya udang vanamei disajikan kepada responden. Pembudidaya udang diminta untuk memberikan nilai dalam 5 poin skala Likert (Nilai 1, jarang terjadi;sampai Nilai 5, Hampir selalu terjadi). Sebanyak tiga belas sumber risiko berhasil diklasifikasikan kedalam kelompok risiko “Hampir Selalu Terjadi” dalam budidaya udang skala kecil. Nilai rata-rata probabilitas dari kelompok ini berkisar antara 4.09 sampai dengan 4.93. Pada kelompok ini, sumber risiko tingginya kematian akibat penyakit udang (4.93), volatilitas harga udang (4.92), penurunan kualitas air akibat pakan yang berlebih (4.92), ukuran udang bervariasi saat panen (4.90), dan petambak tidak memiliki fasilitas pengolahan air payau (4.84) merupakan lima sumber risiko utama dalam budidaya udang di Kabupaten Banyuwangi. Sumber risiko pada kelompok ini mencerminkan bahwa ketigabelas risiko tersebut hamper selalu terjadi pada usaha budidaya udang mereka. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sembilan sumber risiko, yaitu; volatilitas harga udang, tingkat kematian tinggi akibat penyakit udang, kenaikan harga pakan udang, penurunan kualitas air akibat pakan yang berlebih, petambak tidak memiliki fasilitas pengolahan air payau, kualitas sumber air payau, kekurangan modal untuk menjalankan usaha budidaya, dan kualitas benur kurang bagus merupakan resiko sangat tinggi yang mengancam keberlanjutan usaha budidaya udang vanamei di daerah penelitian. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima strategi yang dilakukan oleh petambak udang untuk mengurangi dampak ketika sumber risiko muncul pada tambak mereka, yaitu menggunakan sumber kredit informal, meminta bantuan dari Pemerintah jika ada bencana alam, merubah pola konsumsi keluarga, menggunakan tenaga kerja keluarga untuk menekan biaya, dan dissaving / menggunakan tabungan untuk kegiatan budidaya. hanya 2 strategi (menggunakan sumber kredit informal dan meminta bantuan dari Pemerintah jika ada bencana alam) yang dapat dikelompokkan kedalam strategi yang efektif. Sedangkan nilai rata-rata dari 3 strategi lainnya berada pada kelompok strategi yang sedikti afektif dalam mengatasi risiko pada usaha budidaya udang di daerah penelitian. 4. Kelayakan finansiil pada usaha budidaya udang vanname Nilai R/C sebesar 5,1 atau lebih dari 1 yang artinya bahwa usaha budidaya udang vanname ini menguntungkan, keuntungan dari usaha budidaya udang vanname di Kecamatan Muncar diperoleh dari penerimaan dikurangi pembiayaan mendapatkan hasil Rp. 2.639.075.000 setelah di zakatkan 2,5% menjadi Rp. 2.573.098.125, BEP sales diperoleh nilai sebesar Rp. 151.764.706 dan BEP unit yang dihasilkan sebesar 1.122, Nilai rentabilitas usaha budidaya udang vanname sebesar 150%. Untuk analisis finansiil jangka panjang NPV sebesar Rp. 4.298.516.757, Net B/C sebesar 1,77, IRR sebesar 93,69% dengan nilai suku bunga sebesar 12,5%, PP sebesar 0,507 dapat dikatakan secara jangka panjang usaha budidaya udang vanname dapat dikatakan layak. Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah 1. Pembudidaya dapat mengantisipasi dan mengambil langkah konkrit untuk menangani adanya sumber risiko pada budidaya udang sesuai dengan tingkat status risiko yang telah diukur. 2. Pemerintah diharapkan untuk memperhatikan kondisi pembudidaya dengan memberikan pelatihan atau penyuluhan yang bertujuan menekan tingkat risiko yang dihadapi oleh para pembudidaya udang vannamei dan meningkatkan hasil produksi udang vannamei. 3. Mahasiswa atau para akademisi dapat melakukan penelitian ini lebih lanjut mengenai keadaan dan sesudah dilakukannya identifikasi risiko, pemetaan risiko, serta penanganan strategi manajemen risiko. Sehingga, dapat mengetahui apakah penanganan tersebut dapat mengurangi dampak risiko pada produksi budidaya udang vannamei.
English Abstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FPR/2017/1063/051800142 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 639 Hunting, fishing & conservation > 639.6 Crustacean culture > 639.68 Shrimps culture |
Divisions: | Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Sosial Ekonomi Agrobisnis Perikanan |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 11 Jan 2018 07:37 |
Last Modified: | 30 Oct 2024 05:09 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/7906 |
Text
IBNU APRILYANTO.pdf Download (2MB) |
Actions (login required)
View Item |