Perbedaan Kualitas Semen Beku Sapi Peranakan Ongole (PO) Dengan Pengencer CEP-2 Pada Level BSA 0,6% Dan 0,8%

Ulum, Mochammad Bahrul Hanu (2017) Perbedaan Kualitas Semen Beku Sapi Peranakan Ongole (PO) Dengan Pengencer CEP-2 Pada Level BSA 0,6% Dan 0,8%. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Peningkatan produktivitas sapi potong dapat dilakukan dengan penyediaan pejantan berkualitas dan sistem manajemen yang memadai. Sistem perkawinan yang tepat merupakan metode yang cepat untuk menyebarluaskan mutu genetik. Inseminasi Buatan merupakan bioteknologi untuk memperkecil bahaya penularan penyakit melalui perkawinan alami dan spermatozoa yang digunakan berasal dari pejantan unggul. Penambahan bahan pengencer dapat menjamin kelangsungan hidup spermatozoa selama proses pembekuan. Jenis pengencer semen yang berkembang saat ini adalah pengencer Cauda Epididymal Plasma (CEP). Pengencer CEP-2 tidak mengandung antioksidan, seperti Bovine Serum Albumin (BSA). Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian tentang uji kualitas spermatozoa sapi PO hasil pembekuan pada suhu -1960C dengan menggunakan bahan pengencer CEP-2 pada level BSA berbeda. vii Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas semen beku Sapi PO dengan pengencer CEP-2 pada level BSA 0,6 % dan 0,8 %. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2017. Pengamatan dan pembuatan pengencer dilakukan di Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Penampungan semen dan evaluasi kualitas semen di Laboratorium Loka Penelitian Sapi Potong, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian ini diharapkan diperoleh pengencer semen dengan kualitas terbaik. Materi penelitian yang digunakan yaitu semen segar dari tiga ekor sapi PO yang dipelihara di Loka Penelitian Sapi Potong, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan berumur tiga tahun. Semen ditampung satu kali setiap minggu menggunakan vagina buatan. Sapi yang akan ditampung semennya ditempatkan dalam kandang individu dengan kriterian bobot badan 400 -500 kg dan sehat secara klinis. Persyaratan semen segar yang digunakan, yaitu motilitas individu minial 70% dan motilitas massa minimal 2+. Kuning telur yang digunakan berasal dari kuning telur segar ayam arab dengan umur kurang dari tiga hari. Bahan yang digunakan dalam pengencer, yaitu Bovine Serum Albumin (BSA) level 0,6% dan 0,8%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen laboratorium menggunakan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 10 ulangan. Perlakuan P0 (CEP-2 + 10% KT), P1 (CEP-2 + 10% KT + 0,6% BSA) dan P2 (CEP-2 + 10% KT + 0,8% BSA). Apabila terjadi pengaruh perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian selama proses pembekuan menunjukkan P1 dan P2 memiliki persentase motilitas tertinggi (44±2,11)%. Berdasarkan rataan persentase viabilitas spermatozoa, P2 memiliki persentase tertinggi (83,88±6,31)%. Berdasarkan rataan persentase abnormalitas spermatozoa, P1 memiliki persentase motilitas terendah (5,94±1,69)%. Hasil analisis menggunakan Pearson’s Chi Square pada Post Thawing Motility dengan nilai harapan 40 juta spermatozoa motil per 100 juta konsentrasi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Disimpulkan bahwa level BSA yang berbeda mampu mempertahankan kualitas spermatozoa Sapi PO selama proses pembekuan. Saran dari penelitian ini adalah untuk aplikasi IB disarankan menggunakan pengencer CEP-2 pada level BSA 0,6 %.

English Abstract

The purpose of this research was to know the difference of frozen semen quality of Filial Ongole Bull with CEP-2 diluent in BSA level 0,6% and 0,8%. This research was conducted at Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan on March to May 2017. Semen was divided into three groups, there were P0 (CEP-2 + 10% Egg Yolk), P1 (CEP-2 + 10% Egg Yolk + 0.6% BSA) and P2 (CEP-2 + 10% Egg Yolk + 0.8% BSA). The data from this research was analyzed using Randomized Block Design. The results during the freezing process showed that P1 and P2 had the highest percentage of motility (44 ± 2.11)%. Based on the percentage of spermatozoa viability, P2 had the highest percentage (83.88 ± 6.31)%. Additionally, based on the average percentage of spermatozoa abnormalities, P1 had the lowest percentage of motility (5.94 ± 1.69)%. The results of analysis using Pearson's Chi Square on Post Thawing Motility with hopes of 40 million motile spermatozoa per 100 million concentrations showed significant difference (P<0,01). It was concluded that different BSA levels were able to maintain the quality of Filial Ongole Bull spermatozoa during the freezing process

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPT/2017/417/051722570
Uncontrolled Keywords: CEP-2, Bovine Serum Albumin, egg yolk, Frozen semen.
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.2 Cattle and related animals > 636.208 2 Cattle and related animals (Breeding) > 636.208 24 Cattle and related animals (Breeding and reproduction methods) > 636.208 245 Cattle and related animals (Artificial insemination)
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 20 Nov 2017 07:12
Last Modified: 28 Sep 2020 18:18
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/5723
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item