Karakteristik Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Lepas Sapih Pada Suhu Lingkungan Pemeliharaan Yang Berbeda

Wicaksono, Aluysius Mandung Aji (2017) Karakteristik Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Lepas Sapih Pada Suhu Lingkungan Pemeliharaan Yang Berbeda. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kelinci sangat rentan terhadap suhu lingkungan yang panas sehingga menyebabkan panas tubuh akan bertambah yang berdampak pada penurunan konsumsi pakan dan peningkatan konsumsi air. Suhu yang tinggi menyebabkan kelinci menjadi stres sehingga dapat menurunkan kualitas produksi dan memperlambat pertumbuhan kelinci. Pemantauan suhu lingkungan penting dilakukan untuk meningkatkan produksi kelinci. Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu lingkungan adalah pemilihan tempat yang sesuai dan memberikan tingkat kerapatan vegetasi yang tinggi. Penelitian ini dilakukan di Desa Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri Jawa Timur selama 6 minggu. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik karkas kelinci peranakan New Zealand White yang dipelihara dalam suhu yang berbeda. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peternak kelinci tentang pentingnya pemantauan suhu dan perlakuan suhu yang diberikan agar kelinci lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sehingga dapat menghasilkan produksi karkas yang optimal. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci peranakan New Zealand White jantan lepas sapih berusia 6-8 minggu sebanyak 18 ekor dengan rata-rata bobot badan awal 1069-1101 gram. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 perlakuan dan 6 ulangan dengan suhu kandang yang berbeda (P1 23-25 oC, P2 27-29 oC dan P3 31-33 oC). Kelinci dipelihara di kandang individu yang telah disucihamakan dengan antibakteri. Selama 6 minggu kelinci diberi pakan konsentrat pukul 07.00 dan pakan hijauan segar pukul 15.00 dengan perbandingan konsentrat dan hijauan segar adalah 30:70, pemberian air diberikan secara ad-libitum. Pengambilan sampel kelinci yang akan disembelih dengan cara mengundi empat ekor kelinci secara acak dari setiap perlakuan, sebelumnya kelinci telah dipuasakan selama 7 jam. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam, apabila diperoleh hasil yang berbeda atau signifikan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s. Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata bobot potong (g/ekor) P1 2270,25±33,40c; P2 2011,75±27,94b; P3 1933,50±12,50a menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Bobot potong semakin menurun karena suhu tinggi akan mempengaruhi penurunan konsumsi pakan yang berdampak pada penurunan bobot potong. Bobot rata-rata karkas kelinci (g/ekor) adalah P1 1199,50±53,64c; P2 1061,50±29,44b; P3 960,00±13,71a dan rata-rata persentase karkas kelinci adalah (%) P1 52,82±1,60b; P2 52,77±1,27b; P3 49,65±0,50a menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Bobot karkas semakin menurun berbanding lurus dengan penurunan bobot potong sehingga suhu juga mempengaruhi bobot karkas, sedangkan persentase karkas sangat dipengaruhi viii oleh bobot karkas berdasarkan bobot potong kelinci. Bobot rata-rata non karkas internal (g/ekor) adalah P1 460,50±24,23b; P2 409,00±25,0a; P3 411,00±22,17a dan eksternal (g/ekor) adalah P1 489,75±34,97; P2 445,50±16,30; P3 463,00±21,65. Rata-rata persentase non karkas internal (%) adalah P1 20,28±0,96; P2 20,33±1,27; P3 21,26±1,16 dan eksternal (%) adalah P1 21,59±1,80; P2 22,14±0,71; P3 23,95±1,22. Perbedaan suhu hanya memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada bobot non karkas internal, namun tidak menunjukkan perbedaan pada bobot non karkas eksternal dan persentase non karkas internal dan eksternal (P>0,05). Perbedaan pada bobot non karkas internal disebabkan karena pertambahan bobot organ perncernaan dan metabolism dipengaruhi oleh status nutrisional kelinci. Rata-rata bobot potongan komersil (g/ekor) kaki depan adalah P1 195,25±10,31b; P2 175,25±8,77ab; P3 161,25±9,00a, kaki belakang adalah P1 481,00±14,17c; P2 422,00±2,94b; P3 391,25±12,37a dan pinggang adalah P1 248,75±12,84b; P2 218,25±30,40ab; P3 180,25±18,82a menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Rata-rata bobot dada (gram) adalah P1 274,50±30,62; P2 246,00±2,16; P3 227,25±30,61, rata-rata persentase potongan komersil (%) kaki depan adalah P1 16,29±0,83; P2 16,51±0,82; P3 16,80±0,95, kaki belakang adalah P1 40,13±0,96; P2 39,78±1,28; P3 40,75±0,94, dada adalah P1 22,85±1,72; P2 23,19±0,68; P3 23,67±3,10 dan pinggang adalah P1 20,74±0,63; P2 20,52±2,32; P3 18,78±2,04 tidak menunjukkan perbedaan (P>0,05). Rata-rata bobot kaki depan, kaki belakang dan pinggang menunjukkan penurunan sebanding dengan penurunan suhu, namun pada bobot potongan dada tidak berbeda pada setiap perlakuan suhu karena jumlah tulang rusuk lebih dominan sehingga pertumbuhan otot kurang optimal. Pada persentase potongan komersil tidak berbeda karena persentase potongan komersil menunjukkan bobot setiap potongan komersil dari total bobot karkas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah karakteristik karkas kelinci peranakan New Zealand White pada bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas menurun seiring dengan tingginya suhu pemeliharaan. Bobot dan persentase non karkas internal (organ pencernaan, organ reproduksi dan organ kardiovaskular) maupun eksternal (kepala, bulu, kaki depan dan belakang bagian metatarsus) secara umum sama pada perlakuan suhu lingkungan. Potongan komersil pada bobot kaki depan, kaki belakang dan pinggang menurun seiring dengan tingginya suhu pemeliharaan, namun pada bobot dada dan persentase seluruh potongan komersil secara umum sama. Suhu perlakuan yang paling baik untuk menghasilkan karkas yang tinggi adalah suhu P1 (23-25oC) yang mendekati comfort zone yaitu 21oC. Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan studi untuk perbandingan karakteristik karkas antar bangsa kelinci dengan suhu lingkungan pemeliharaan yang berbeda.

English Abstract

The purpose of this study was to determine the carcass characteristics of weaned crosbreed male New Zealand White rabbit at different temperatures (T1 23-25 oC, T2 27-29 oC and T3 31-33 oC). The results were expected to provide information to farmers about the importance of temperature monitoring and temperature control so that rabbits could adapt to the environment and they could be produce optimal carcass production. This research use 18 weaned male New Zealand White rabbit that was given maintained during 6 weeks. The concentrate feed was given in the morning while the forages in the afternoon. The drinking water was available ad-libitum. Slaughtering was conducted on 12 rabbits that had been fasted for 7 hours before be slaughtered. The variables were slaughter weight, carcass weight, non carcass weight and commercial carcass cuts. The results showed that there were highly significant different (P<0,01) between the treatmen to the average slaughter weight, carcass weight average, the average percentage of carcass, the average weight of commercial pieces of the foreleg, hindlegs and loin. Significant different (P<0,05) on the non carcass internal weight. Non carcass external weight, non carcass percentage of internal and external, average weight of commercial pieces of the rack, around the average percentage of commercial pieces and showed not significant difference (P>0,05). The conclusion of this study was that the temperature difference in each treatment provides a very real difference in slaughter weight, carcass weight, carcass percentage, the weight of the forelegs, hindlegs, and the loin of New Zealand White rabbits. The higher the ambient temperature will cause the decrease of cut weights that impact on the light weight and the percentage of carcass. The best temperature of treatment was for generating a high carcass was 23-25 °C which was closer to the comfort zone (21 oC).

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPT/2017/311/051709907
Uncontrolled Keywords: Commercial Cut, Environment Temperature, Rabbit, Slaughter.
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.9 Other mammals > 636.932 2 Other mammals (Oryctolagus (Old World rabbit))
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 14 Nov 2017 08:34
Last Modified: 25 Sep 2020 13:07
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/5480
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item