-, Nurlaila (2017) Perencanaan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Untuk Meminimalkan Biaya Tunggu Antrian Tebu (Studi Kasus PG Kebon Agung, Malang). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Saat ini, gula menjadi salah satu bahan pokok yang penting dan mempunyai posisi yang cukup strategis di Indonesia. Salah satu sentra gula di Indonesia yang menyumbangkan hasil produksi gula terbanyak yaitu berada di Pulau Jawa dengan luas area penanaman tebu yaitu 63%. Pada tahun 2010 luas area tebu khususnya di Jawa Timur mencapai 418,259 ha dan sampai akhir tahun 2011 luas area tebu semakin bertambah hingga mencapai 447,320 ha (Pawirosemadi, 2011). Secara umum, kondisi industri (pabrik) gula di indonesia saat ini memiliki beberapa masalah utama yaitu keterbatasan bahan baku, keterbatasan lahan untuk perluasan perkebunan tebu, rendahnya harga gula karena sering terjadi impor gula, rendahnya produktivitas dalam negeri akibat teknik agronomi yang tidak dilakukan secara sempurna, dan banyaknya pabrik gula yang tidak efisien (Mulyadi, 2009). Pabrik Gula (PG) di Jawa Timur merupakan salah satu sentra utama penghasil gula di Indonesia yang didirikan kali pertama pada tahun 1637. Salah satu pabrik gula yang masih beroperasi di Jawa Timur yaitu Pabrik Gula Kebon Agung. Banyaknya masalah pada kondisi industri gula saat ini dapat menjadi kendala besar dalam peningkatan produksi yaitu rendahnya kinerja pabrik gula nasional (Dewan Gula Indonesia, 2010). Rendahnya kinerja pabrik disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah pengaturan tata letak fasilitas pabrik yang kurang tepat menyebabkan aliran bahan tidak teralirkan ketempat tujuan dengan baik. Hal ini membuat kondisi layout fasilitas produksi di perusahaan mempunyai masalah dalam jarak pemindahan bahan baku (material handling). Seperti yang dialami oleh PG Kebon Agung dalam proses produksi terdapat aliran pemindahan bahan yang berpotongan (cross movement) dan aliran memutar. Sehingga dari masalah ini timbulah tujuan penelitian diantaranya (1) Menganalisis kondisi tata letak pada aliran bahan baku pada bagian penanganan bahan baku (tebu), (2) Menganalisis besar biaya yang harus dikeluarkan perusahaan berdasarkan biaya pada aliran bahan baku (tebu) dan (3)Memberikan alternatif solusi perbaikan tata letak penanganan bahan baku (tebu) agar dapat diperoleh biaya pemindahan bahan yang rendah. Wignjosobroto (2003), yang menjelaskan tata letak (layout) merupakan landasan yang paling penting didalam dunia industry. Pada intinya tata letak adalah suatu proses pengaturan kondisi pabrik agar didapatkan pengaturan fasilitas yang mampu mengoptimalkan luasan area yang tersedia, kelancaran proses aliran bahan, dan menejemen penyimpanan bahan yang baik. PG Kebon Agung mempunyai 2 penanganan bahan baku yaitu penanganan bahan baku barat (jalur 1) dan penanganan bahan baku timur (jalur 2). Pada analisis kondisi tata letak fasilitas produksi pada PG Kebon Agung untuk melihat nilai daripada biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk kondisi tata letak awal jalur 1 sebesar Rp.948.430.864 /hari. Sedangkan untuk jalur 2 diperoleh biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp.99.166.666 /hari. Dari hasil tersebut maka didapatkan 2 alternatif usulan tata letak agar diperoleh biaya yang minimal. Kedua alternative tersebut dipilih salah satu yang paling menurunkan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Alternatif usulan 2 ini dipili berdasarkan dari analisis yang telah dilakukan. Biaya yang diperoleh pada tata letak alternative jalur 1 ini sebesar Rp. 765.633.102/hari. Sedangkan untuk biaya yang harus dikeluarkan pada alternative jalur 2 sebesar Rp56.666.666 /hari. Penurunan dari jalur 1 ini dengan presentase 20% dan untuk jalur 2 sebesar 43%.
English Abstract
Currently, sugar is one of the important staples and has a strategic position in Indonesia. One of the sugar centers in Indonesia, which contributed the most sugar production is located in Java with is 63% area of sugarcane planting. In 2010 the area of sugarcane especially in East Java reached 418,259 ha and until the end of 2011 the area of sugar cane increased to reach 447,320 ha (Pawirosemadi, 2011). In general, the condition of the sugar industry in Indonesia currently has several main problems: limited raw materials, limited land for expansion of sugarcane plantations, low sugar prices due to frequent imports of sugar, low domestic productivity due to agronomic techniques that are not done perfectly , And the number of inefficient sugar mills (Mulyadi, 2009). Sugar Factory in East Java is one of the main sugar producing centers in Indonesia which was first established in 1637. One of the sugar factories is still operating in East Java is PG KebunAgung. The number of problems in the current sugar industry condition can be a major obstacle in increasing the production of low national sugar mill performance( DewanGula Indonesia, 2010). The low performance of plant is caused by many factors, one of which is the incorrect layout of factory facilities causes the flow of material not distributed to the destination place well. This makes the layout condition of production facilities in the company has problems in material transfer distance (material handling). As experienced by PG KebonAgung in the production process, there is a flow of material transfer that intersect (cross movement) and circular rotation. So from this problem, the following purposes of research arise (1) Analyzing the condition of layout on the flow of raw materials on handling raw materials (sugarcane), (2) Analyzing the cost of the company based on the cost of raw material flow (sugar cane) and (3) ) Providingan alternative solution to improve the handling of raw material (cane) in order to obtain the low cost of moving material. Wignjosobroto (2003) explains that the layout is the most important foundation in the industry. In essence the layout is a process of setting the condition of the factory to obtain the facility arrangement that is able to optimize the available area extent, smooth flow of material process, and management of good material storage. PGKA has 2 raw material handling that is handling of western raw material (line 1) and handling of eastern raw material (line 2). In the analysis of layout condition of production facility at PGKA to see value than cost which must be issued by company. The cost to be paid for the initial layout condition of line 1 is Rp948.430.864/day. As for line 2, it is found that the cost to be incurred is Rp99.166.666/day. From these results then it got 2 layout proposed alternatives to obtain a minimal cost. Both alternatives are selected one of the most lowering costs incurred by the company. Theses 2 proposed alternative sare selected based on the analysis that has been done. The cost obtained in the alternative layout of line 1 is Rp.765.633.102/day. While for the cost to be spent on alternative line 2 is Rp56.666.666/day. The decrease from line 1 is 20% and for line 2 is 43%.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2017/378/051707569 |
| Uncontrolled Keywords: | Pabrik Gula, Antrian Tebu, Fasilitas Produksi, Biaya Tunggu |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture > 338.17 Products > 338.173 61 Products (Sugarcane) |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
| Depositing User: | Yusuf Dwi N. |
| Date Deposited: | 06 Nov 2017 07:22 |
| Last Modified: | 28 Sep 2020 07:28 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/4932 |
Actions (login required)
 |
View Item |