Andrian, Ivan Rusli Lia (2017) Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Keberadaan komunitas adat terpencil merupakan realitas yang tidak bisa diabaikan di Indonesia. Komunitas adat terpencil menjalani kehidupan yang cukup memprihatinkan karena mendiami tempat-tempat terpencil yang secara geografis sulit dijangkau. Keterpencilan ini juga menyebabkan komunitas adat terpencil tidak mampu menjadi bagian dari proses pembangunan sebagaimana masyarakat pada umumnya. Dibutuhkan pembangunan berkelanjutan terhadap segala aspek kehidupan dan penghidupan mereka demi meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan sosial komunitas adat terpencil. Penelitian ini dilakukan di Dusun Banaran, Desa Ponggok, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan yang mana adalah salah satu dan satu-satunya Komunitas Adat Terpencil yang ada di Jawa Timur dan juga Dusun Banaran ini adalah dusun yang cukup dengat dengan kecamatan kota, namun karena masalah geografis yang mana Dusun ini berada dalam lokasi yang diapit oleh pegunungan sehingga Dusun Banaran menjadi terpencil dan terisolasi dari dunia luar. Dusun Banaran Juga sebagai salah satu lokasi Program Pemberdayaan KAT yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial menggandeng pemerintah setempat dan instansi terkait. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Tujuan penelitian ini untuk mendalami proses pemberdayaan komunitas adat terpencil. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pijakan keberdayaan dari indikator pemberdayaan yang ada di Kementerian Sosial. Adapun proses pemberdayaan KAT yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial memiliki beberapa tahap. pertama, tahap persiapan pemberdayaan yang berisikan kegiatan Pemetaan Sosial, Penjajagan Awal, Studi Kelayakan, Semiloka dan Penyiapan Kondisi KAT. Kedua, tahap pemberdayaan yang berisakan Pemberdayaan SDM, Pemberdayaan Potensi Alam, dan advokasi. Ketiga, tahap purna bina yaitu tahapan dimana warga kat dilatih untuk memberdayakan dirinya sendiri. Namun dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa program pemberdayaan belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi KAT pada aspek: sosial, pendidikan, budaya, ekonomi, religi dan lingkungan. Kondisi KAT pasca pemberdayaan belum secara nyata bergeser dari kondisi sebelumnya. Mereka masih menghadapi berbagai permasalahan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan mengakses pelayanan sosial. Hal ini disebabkan masih lemahnya aspek input dan aspek proses pada pelaksanaan program pemberdayaan tersebut. Dimana kedua aspek penting ini belum memenuhi kriteria dan ketentuan pemberdayaan sosial yang diharapkan.
English Abstract
The existence of remote indigenous communities is a reality that can not be ignored in Indonesia. Remote indigenous communities live a life of concern because they inhabit geographically remote areas that are difficult to reach. This remoteness also makes the remote indigenous communities unable to be part of the development process as the people in general. It takes sustainable development on all aspects of their lives and livelihoods to improve the living standards and social welfare of remote indigenous communities. This research was conducted in Banaran Village, Ponggok Village, Pacitan Subdistrict, Pacitan Regency which is one and the only Remote Indigenous Community in East Java and Banaran is a hamlet with enough dengat with city sub-district but due to geographical problem Which the Hamlet is in a location flanked by mountains so that Banaran Hamlet becomes isolated and isolated from the outside world. Hamlet Banaran Also as one of the location of KAT Empowerment Program organized by the Ministry of Social Affairs took the local government and related institutions. This research is a descriptive qualitative research using interview data collection method, observation, and documentation study. The purpose of this research is to deepen the process of empowerment of remote indigenous communities. In this study, the researcher used the empowerment of the empowerment indicators in the Ministry of Social Affairs. The KAT empowerment process organized by the Ministry of Social has several stages. First, the empowerment preparation phase which contains the activities of Social Mapping, Preliminary Assessment, Feasibility Study, Workshop and KAT Condition Setup. Second, the empowerment stage that contains Human Resources Empowerment, Empowerment of Natural Potential, and advocacy. Third, the post-retirement phase is the stage where the villagers are trained to empower themselves. However from the results showed that the empowerment program has not significantly influenced the KAT condition on the aspects of social, education, culture, economy, religion and environment. The post-empowerment KAT condition has not significantly shifted from the previous condition. They still face various problems to meet basic needs and access social services. This is due to the weak aspects of input and process aspects in the implementation of the empowerment program. Where these two important aspects have not met the expected social empowerment criteria and requirements.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FIS/2017/654/051707939 |
| Uncontrolled Keywords: | Pemberdayaan, Komunitas Adat Terpencil |
| Subjects: | 300 Social sciences > 320 Political science (Politics and government) > 320.8 Local government > 320.84 Rural government |
| Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Ilmu Pemerintahan |
| Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
| Date Deposited: | 31 Oct 2017 03:51 |
| Last Modified: | 30 Nov 2020 08:18 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/4620 |
Actions (login required)
 |
View Item |