Ambaristy, Fajar Ayu (2017) Efektifitas Berbagai Jenis Pupuk Hayati Dalam Peningkatan Serapan Fosfor, Pertumbuhan Dan Produktivitas Bawang Merah (Allium cepa L). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai ekonomis tinggi. Namun produktivitas bawang merah didaerah Jawa Timur masih dapat dikatakan dalam kategori rendah Menurut (Kementan, 2015) data produksi bawang merah tahun 2014 di Indonesia berkisar antara 1.201.900 ton dengan luas panen 10,27 ton/ha. Petani bawang didaerah Nganjuk menggunakan pupuk kimia sebagai solusi agar produktivitas meningkat, penggunaan pupuk Urea (150-200 kg/ha), ZA (300-500 kg/ha), Sp36 (100-120 kg/ha) dan KCl (150-200 kg/ha). Hal tersebut menyebabkan adanya dampak buruk akibat pupuk kimia yang berlebih. Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Karang tengah, Kecamatan Bagor, kabupaten Nganjuk bulai Mei hingga Desember 2016. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu faktor 1 merupakan dosis pupuk hayati, faktor 2 merupakan dosis pupuk anorganik. Percobaan dilaksanakan menggunakan 7 jenis pupuk hayati yaitu Agrivit, BioPF, Biopajar, Beyonic, Biotrico, Superbios, BioSRF. Dan 5 dosis pupuk kimia anorganik dan sehingga didapatkan 40 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan. Parameter pengamatan pertumbuhan bawang merah meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakanm sedangkan untuk produktivitas bawang menggunakan berat basah, berat kering, berat ubin dan diameter umbi. Pengamatan dilakukan pada 30 HST dan 45 HST. Respon parameter pertumbuhan bawang merah yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, diameter umbi, terhadap jenis pupuk hayati yang diaplikasikan menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pupuk hayati yang diberikan dengan kombinasi dosis NPK mempengaruhi pertumbuhan bawang merah, terutama pada jenis Superbiost dan BioSRF. Dengan penambahan pupuk hayati jenis Superbiost dan BioSRF mengalami peningkatan secara signifikan jika dibandingkan dengan kontrol. Sama halnya dengan respon yang ditunjukan pada produktivitas tanaman bawang merah, menunjukan hasil yang berbedanyata (P<0,05) pada berat basah, dan produktivitas bawang merah dengan penambahan pupuk hayati BioSRF yang dikombinasikan dengan dosis pupuk NPK. Namun tidak semua jenis pupuk hayati direspon secara positif dan meningkatkan hasil secara signifikan pada bawang merah. Adanya interaksi dari kedua faktor pada parameter pertumbuhan tinggi tanaman, dan hasil produksi yaitu berat ubinan dan produktivitas bawang merah. Selain itu terdapat hubungan antara beberapa perlakuan kimia dan parameter pertumbuhan dan produktivitas bawang merah khususnya berhubungan dengan serapan hara P. Serapan P meningkatkan tinggi tanaman sebesar 8,82cm untuk tiap 0,1% serapan P. selain tinggi tanaman serapan P juga berhubungan dengan berat basah bawang merah, yaitu tiap kenaikan serapan P 1% meningkatkan berat bawang 188,38 gr. Sama halnya dengan diameter umbi tiap kenaikan serapan P ii 1% meningkatkan lebar diameter umbi sebesar 4.89 cm. Produktifitas umbi bawang merah juga meningkat sebesar 620 gr apabila kenaikan 0,1% serapan P. Pupuk hayati yang memiliki efektifitas tertinggi dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman yaitu jenis pupuk Superbiost dan pupuk hayati yang dapat efektif dalam meningkatkan hasil produktivitas dan serapan fosfor yaitu pupuk hayati BioSRF. Sehingga dengan penambahan pupuk hayati BioSRF dapat meningkatkan produktivitas hingga 26,74 ton/ha, dengan kombinasi 50% NPK. Secara signifikan penambahan pupuk hayati BioSRF dapat menegurangi dosis NPK anorganik untuk bisa menghasilkan produktivitas yang tinggi.
English Abstract
Onion is one of vegetable commodities with high economic value. However, the productivity of onion in East Java area can still be said in the low category. According to (Kementan, 2015) data on shallot production in 2014 in Indonesia ranged from 1.201.900 tons with harvested area 10.27 tons / ha. Onion farmers in Nganjuk area use chemical fertilizer as a solution to increase productivity, Urea (150-200 kg / ha), ZA (300-500 kg / ha), Sp36 (100-120 kg / ha) and KCl (150-200 Kg / ha). This causes the adverse effects of excessive chemical fertilizers. This research will be conducted in Karang Tengah Village, Bagor Sub-district, Nganjuk District, May to December 2016. The research uses factorial randomized block design consisting of 2 factors, factor 1 is the dose of biological fertilizer, factor 2 is the dose of inorganic fertilizer. The experiment was conducted using 7 types of biological fertilizers namely Agrivit, BioPF, Biopajar, Beyonic, Biotrico, Superbios, BioSRF. And 5 doses of inorganic chemical fertilizer and so got 40 treatment combinations with 3 replications. The observation parameters of onion growth include plant height, number of leaves and number of anakanm while for onion productivity using wet weight, dry weight, tile weight and bulb diameter. Observations were made at 30 HST and 45 HST. The onion growth parameters were plant height, number of tillers, number of leaf, diameter of bulb, to the applied biological fertilizer showed significantly different result (P <0,05). This suggests that the biological fertilizer given with a combination of NPK doses affects the growth of the onion, especially in the Superbiost and BioSRF types. With the addition of Superbiost and BioSRF biological fertilizers increased significantly compared to controls. Similarly, the responses shown on the productivity of shallot crops showed different results (P<0.05) on wet weight, and onion productivity with the addition of biological fertilizer combined with NPK fertilizer doses. However, not all types of biological fertilizer responded positively and significantly improved yield on shallots. The interaction of the two factors on the growth parameters of the plant height, and the result of production is the weight of teli and onion productivity. In addition, there is a correlation between some chemical treatment and growth parameters and onion productivity especially related to nutrient uptake P. Serapan P increases plant height by 8.82cm for each 0.1% P uptake. In addition to the height of P absorption plant is also associated with wet weight Onion, ie each increment of P 1% uptake increases the weight of onion 188.38 gr. Similarly, the bulb diameter of each increase in P 1% uptake increases the width of bulb diameter by 4.89 cm. Productivity of onion bulbs also increased by 620 grams if the increase of 0.1% P uptake. Biological fertilizers that have the highest effectiveness in improving the growth of plants that is the type of Superbiost fertilizer and biological fertilizer that can be effective in improving yield productivity and phosphorus uptake is iii iv biofertilizer BioSRF. So with the addition of biofertilizer BioSRF can increase productivity up to 26,74 ton / ha, with 50% NPK combination. Significantly the addition of biofertilizer BioSRF can reduce the dose of inorganic NPK to produce high productivity.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2017/251/051705716 |
Uncontrolled Keywords: | Bawang Merah (Allium Cepa L), Pupuk, Pertumbuhan, Produktivitas, Tanaman |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.8 Fertilizers, soil conditioners, growth regulators > 631.85 Phosphorus fertilizers |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Ilmu Tanah |
Depositing User: | Yusuf Dwi N. |
Date Deposited: | 26 Oct 2017 02:55 |
Last Modified: | 23 Oct 2021 12:14 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/4426 |
Preview |
Text
050903166.pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |