Wardani, Iqrimah (2017) Rancang Bangun Model Alat Pengering Gabah Berbasis Efek Rumah Kaca. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Hal ini mengakibatkan konsumsi makanan pokok seperti beras juga besar. Beras merupakan bentuk olahan gabah yang telah dikeringkan dan digiling kemudian dijual pada konsumen Pada umumnya pengeringan gabah di Indonesia masih dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan dikeringkan di bawah terik matahari atau dijemur. Metode konvensional ini dinilai kurang efektif karena membutuhkan wakatu yang lama dan tempat yang luas. Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green house effect yang pada awalnya digunakan para petani di daerah iklim sedang untuk menanam sayuran. Di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panjang berupa gelombang sinar infra merah, tetapi gelombang panjang tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan. Dari permasalahan tersebut dan korelasinya dengan panas matahari yang dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan gabah. Alat pengering dengan ruang tertutup ini memiliki beberapa komponen diantaranya adalah ruang kolektor yang berisi batuan untuk menyimpan panas, ruang pengering berbentuk silinder, serta blower yang berfungsi menyerap sisa udara pengering untuk dikeluarkan dari ruang pengering. Adapun parameter pengujian alat ini berupa intensitas cahaya matahari, suhu di tiga tempat (rumah kaca, ruang pengering dan cerobong), kecepatan aliran udara, dan kelembaban udara. Pengamatan suhu kolektor, ruang pegering dan cerobong juga dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu kran tertutup penuh, kran terbuka penuh dan kran tertutup setengah. Setelah perancangan dan pengujian alat dilakukan, didapatkan data bahwa intensitas cahaya matahari sangat mempengaruhi besarnya suhu lingkungan dan alat. Pada hari pertama pengamatan intensitas rata-rata cahaya matahari sebesar 570.15 W/m2 dengan suhu kolektor tertiggi 50.4ºC, hari kedua 375.25 W/m2 dengan suhu kolektor tertinggi 53.2ºC dan hari ketiga 543.18 W/m2 dengan suhu tertinggi kolektor sebesar 50.8ºC. Pengukuran kecepatan aliran udara dilakukan di tiga tempat yaitu saluran dari ruang kolektor menuju ruang pengering, saluran dari ruang pengering menuju crobong dan saluran pada cerobong. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya udara yang mengalir tiap detiknya saat blower dinyalakan. Besarnya debit aliran udara yang telah diamati dari hari pertama hingga hari ketiga berturut-turut adalah 0.0082775 m3/s, 0.010472 m3/s dan 0.014283 m3/s.
English Abstract
Indonesia is one of the most populous countries in the world. The effect from this situatoin was the consumption of staple foods such as rice is also large. Rice is a form by processed grain that has been dried and milled and then sold to consumers. Generally in Indonesia, grain drying is still by conventional method, that is by drying under hot sun or dried. This conventional method was considered less effective because it takes a long time and a large place. The term greenhouse effect in the english language is called green house effect which was originally used by farmers in temperate areas to grow vegetables. In the greenhouse, temperatures were higher than outside of the greenhouse, because the sunlight that penetrates the glass will be reflected back by the objects in the greenhouse room as a long wave of infrared light, but the long waves are trapped in the room of Glass and not mix with cold air from the outside of the room. From these problems and the correlation with solar heat that can be utilized for the drying process of grain. This enclosed drying apparatus has several components including a collector chamber containing hot rocks, a cylindrical dryer room, and a blower that serves to absorb the remaining drying air for removal from the dryer room. The test parameters of this tool in the form of the intensity of sunlight, the temperature in three places (greenhouses, drying chamber and chimney), airflow velocity, and air humidity. Observation of collector temperature, drying chamber and chimney was also done with 3 treatments ie fully closed faucet, full open faucet and half closed faucet. After the design and testing tools done, it is found that the intensity of sunlight greatly affect the amount of environmental temperature and tools. On the first day of observation the average intensity of sunlight was 570.15 W/m2 with the temperature of the collector amount 50.4ºC, the second day 375.25 W/m2 with the highest collector’s temperature amount 53.2ºC and the third day 543.18 W/m2 with the highest collector’s temperature amount 50.8ºC. Airflow velocity measurements were carried out at three places: line from the collector chamber to the drying chamber, the drains from the drying chamber to the chimney and the funnel channels. This observation aims to determine the amount of air that flows every second when the blower is turned on. The amount of airflow discharge observed from the first day until the third day in a row was 0.0082775 m3/s, 0.010472 m3/s and 0.014283 m3/s.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FTP/2017/472/051709320 |
Uncontrolled Keywords: | Batuan Penyimpan Panas, Efek Rumah Kaca, Pengeringan. |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.3 Tools, machinery, apparatus, equipment / Agricultural engineering |
Divisions: | Fakultas Teknologi Pertanian > Keteknikan Pertanian |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 17 Oct 2017 06:31 |
Last Modified: | 16 Sep 2020 05:07 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/3824 |
Actions (login required)
View Item |