Pengembangam Model Hulu dan Hilir pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kerajinan Kulit Menggunakan Integrasi BCG, EOQ, dan AHP

Susanto, Sigit and Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP and Dr. Retno Astuti, STP, MT and Prof. Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS (2025) Pengembangam Model Hulu dan Hilir pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kerajinan Kulit Menggunakan Integrasi BCG, EOQ, dan AHP. Doktor thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Dalam menjalankan usahanya, para pengrajin produk kerajinan kulit menjalankannya secara sendiri-sendiri. Dengan kata lain, belum terdapat koordinasi maupun integrasi diantara pengrajin industri kulit dalam menjalankan usahanya. Meskipun belum terintegrasi ataupun belum terkoordinasi, terdapat aliran bisnis yang relatif sama diantara para pengrajin kerajinan kulit di DIY. Aliran bisnis tersebut yaitu penjualan, produksi, dan pemasok bahan kulit. Aliran bisnis yaitu penjualan, produksi, dan pemasok bahan kulit tersebut merupakan praktek rantai pasok yang dilakukan oleh para pengrajin kerajinan kulit di DIY. Hal tersebut menyebabkan belum optimalnya biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh Dari identifikasi permasalahan tersebut dapat diuraikan menjadi beberapa rumusan permasalahan yaitu (1) Pada tier penjualan, belum diketahui berapa penjualan tas kulit pada kelompok-kelompok para pengrajin, (2) Pada tier produksi, belum diketahui berapa jumlah pesanan ekonomis bahan baku kulit para pengrajin tas kulit, (3) Pada tier pemasok, belum diketahui bagaimana urutan prioritas pemasok bahan baku kulit untuk dipilih oleh para pengrajin. Dari rumusan permasalahan tersebut dapat ditarik menjadi beberapa tujuan penelitian sebagai berikut: (1) Pada tier penjualan, menentukan penjualan tas kulit pada kelompok-kelompok pengrajin. (2) Pada tier produksi, menentukan jumlah kebutuhan bahan baku kulit optimal pada kelompok-kelompok pengrajin. (3) Pada tier pemasok, menentukan urutan prioritas pemasok bahan baku kulit. Dari tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat dari penelitian yang telah dilakukan diantaranya yaitu (1) membantu dalam memberikan masukan pengelompokan pengrajin tas kulit kedalam cluster kepada UMKM kerajinan produk kulit (2) membantu dengan memberikan masukan dalam penentuan jumlah kebutuhan bahan baku kulit optimal yang dibutuhkan untuk pembuatan tas kulit kepada UMKM kerajinan produk kulit (3) membantu dengan memberikan masukan dalam penentuan urutan prioritas pemilihan pemasok bahan baku kulit untuk pembuatan tas kulit yang paling sesuai kepada UMKM kerajinan produk kulit. Menggunakan pendekatan Input Proses Output (IPO) ditentukan pendekatan yang sesuai untuk masing-masing tier yaitu pendekatan yang sesuai pada tier penjualan, pendekatan yang sesuai pada tier produksi, dan pendekatan yang sesuai pada tier pemasok bahan baku kulit. Untuk mendapatkan pendekatan yang sesuai pada setiap tier digunakan diagram alir pencarian pendekatan yang sesuai. Menggunakan input berupa data penjualan tas kulit setiap pengrajin yang selanjutnya dimasukkan kedalam suatu pendekatan (pada tier penjualan) yang menghasilkan suatu output. Output ini selanjutnya dicek apakah berupa pengelompokan semua pengrajin ataukah tidak. Jika output yang diperoleh tidak berupa pengelompokan semua pengrajin maka Langkah selanjutnya adalah dilakukan mencoba menggunakan pendekatan lainnya sehingga diperoleh pendekatan yang sesuai. Namun, jika output yang diperoleh berupa pengelompokan semua pengrajin, maka pendekatan yang digunakan sudah sesuai. Setelah diketahui pengelompokan pengrajin beserta banyaknya tas kulit yang terjual pada kelompok pengrajin tersebut, berikutnya pengelompokan beserta banyaknya tas kulit tersebut menjadi input untuk pendekatan berikutnya yaitu pendekatan pada tier produksi. Selanjutnya dicek apakah pendekatan pada tier produksi ini menghasilkan output berupa jumlah kebutuhan bahan baku kulit optimal. Jika output yang diperoleh bukan berupa jumlah kebutuhan bahan baku kulit optimal langkah berikutnya adalah menggunakan pendekatan lainnya pada tier produksi tersebut. Namun, jika pendekatan pada tier produksi ini menghasilkan output berupa jumlah kebutuhan bahan baku kulit optimal, maka pendekatan pada tier produksi ini merupakan pendekatan yang sudah sesuai. Output dari pendekatan pada tier produksi yang berupa jumlah kebutuhan bahan baku kulit optimal selanjutnya menjadi input pada pendekatan berikutnya yaitu pendekatan pada tier pemasok bahan baku kulit. Input dari output yang berupa jumlah kebutuhan bahan baku kulit dimasukkan pada pendekatan pada tier pemasok selanjutnya dicek apakah output yang dihasilkan dari pendekatan pada tier pemasok berupa urutan prioritas pemasok bahan baku kulit yang untuk dipilih oleh pengrajin. Jika outputnya bukan urutan prioritas pemasok bahan baku kulit untuk dipilih, maka Langkah berikutnya adalah penggunaan pendekatan lainnya. Sebaliknya, jika output yang diperoleh berupa urutan prioritas pemasok yang dipilih oleh pengrajin, maka pendektan pada tier pemasok tersebut sudah sesuai. Dari uraian proses pencarian pendekatan yang sesuai diketahui bahwa pendekatan yang sesuai untuk tier penjualan adalah pendekatan BCG, sedangkan untuk tier produksi adalah pendekatan EOQ, sementara itu untuk tier pemasok adalah pendekatan AHP. Melalui perhitungan metode BCG, diketahui bahwa pada kuadran bintang—di mana produk menjadi sumber pendapatan utama dan memiliki permintaan pasar yang tinggi— penjualan tas kulit pada tahun 2023 berjumlah 14.524 tas kulit, sementara itu untuk kuadran Question Mark penjualan tas kulitnya berjumlah 16108 tas kulit, sedangkan penjualan tas kulit pada kuadra Cash Cow sebesar 0, dan untuk kuadran Dog penjualan tas kulit sebesar 52 tas kulit. Dari pengrajin diketahui bahwa untuk memproduksi satu tas kulit dibutuhkan sekitar 4 kaki persegi (sqft) bahan kulit, sehingga total kebutuhan bahan baku kulit pada kuadran Star sebesar 58.096 (4x14524) kaki persegi, sementara itu kebutuhan bahan baku kulit untuk kuadran Question Mark sebesar 64432 (4x16108), sedangkan kebutuhan bahan baku kulit untuk kuadran Cash Cow yaitu 0 (4x0), dan kebutuhan bahan baku kulit untuk kuadran Dog yaitu 208(4x52). Selanjutnya, metode EOQ diterapkan untuk menentukan ukuran pesanan ekonomis sebesar 2,110.457 kaki persegi pada kuadran Star, sedangkan untuk kuadran Question Mark sebesar 2222 sqft bahan baku kulit, sementara itu untuk kuadran Cash Cow sebesar 0, dan untuk kuadran Dog sebesar 126 sqft bahan baku kulit. Setelah diketahui nilai-nilai EOQ, berikutnya adalah pemilihan supplier bahan baku kulit dilakukan dengan metode AHP, dimana diperoleh rangking prioritas sebagai berikut: Toko Dtm sebagai prioritas 1, Toko Lmn sebagai prioritas 2, Toko Klmt sebagai prioritas 3, Toko M3 sebagai prioritas 4, dan Toko Ak sebagai prioritas 5

English Abstract

In running their business, leather craft product craftsmen run it independently. In other words, there is no coordination or integration between leather industry craftsmen in running their business. Even though it is not yet integrated or coordinated, there is a relatively similar business flow among leather craft craftsmen in DIY. The business flow is sales, production and supply of leather materials. The business flow, namely sales, production and supply of leather materials, is a supply chain practice carried out by leather craft craftsmen in DIY. This causes the costs incurred and profits to be not yet optimal. From the identification of these problems it can be broken down into several problem formulations, namely (1) At the sales tier, it is not yet known how many leather bags are sold to groups of craftsmen, (2) At the production tier, It is not yet known how many economic orders for leather raw materials the leather bag craftsmen will have, (3) At the supplier tier, it is not yet known what the priority order is for leather raw material suppliers to be selected by the craftsmen. From the problem formulation, several research objectives can be drawn as follows: (1) At the sales tier, determine sales of leather bags to craftsmen groups. (2) At the production tier, determine the optimal amount of raw material needed for leather by groups of craftsmen. (3) At the supplier tier, determine the priority order for suppliers of leather raw materials. From the research objectives mentioned above, it is hoped that several benefits can be obtained from the research that has been carried out, including (1) assisting in providing input on the grouping of leather bag craftsmen into clusters to leather product craft MSMEs (2) assisting by providing input in determining the amount needed optimal leather raw materials needed to make leather bags for leather product craft MSMEs (3) assist by providing input in determining the priority order for selecting suppliers of leather raw materials for making leather bags that are most suitable for leather product craft MSMEs. Using the Input Process Output (IPO) approach, the appropriate approach for each tier is determined, namely the appropriate approach for the sales tier, the appropriate approach for the production tier, and the appropriate approach for the leather raw material supplier tier. To obtain the appropriate approach at each tier, a flow diagram for searching for an appropriate approach is used. Using input in the form of leather bag sales data for each craftsman which is then entered into an approach (at the sales tier) which produces an output. This output is then checked whether it is a grouping of all craftsmen or not. If the output obtained does not consist of a grouping of all craftsmen, the next step is to try using another approach so that a suitable approach is obtained. However, if the output obtained is a grouping of all craftsmen, then the approach used is appropriate. After knowing the grouping of craftsmen and the number of leather bags sold to that group of craftsmen, the next grouping and the number of leather bags become input for the next approach, namely the production tier approach. Next, it is checked whether the approach to this production tier produces output in the form of the optimal amount of leather raw material required. If the output obtained is not the optimal amount of raw material needed for leather, the next step is to use another approach at that production tier. However, if the approach at this production tier produces output in the form of the optimal amount of leather raw material needed, then the approach at this production tier is an appropriate approach. The output from the approach at the production tier in the form of the optimal amount of raw material needed for leather then becomes the input for the next approach, namely the approach at the supplier tier for leather raw materials.The input from the output in the form of the amount of leather raw material needed is entered into the supplier tier approach, then it is checked whether the output resulting from the supplier tier approach is in the priority order of leather raw material suppliers to be selected by the craftsmen. If the output is not a priority for leather raw material suppliers to choose, then the next step is to use another approach. On the other hand, if the output obtained is in the form of a priority order of suppliers chosen by craftsmen, then the approach to the supplier tier is appropriate. From the description of the process of searching for a suitable approach, it is known that the appropriate approach for the sales tier is the BCG approach, while for the production tier it is the EOQ approach, while for the supplier tier it is the AHP approach. Through BCG method calculations, it is known that in the star quadrant—where the product is the main source of income and has high market demand—leather bag sales in 2023 will amount to 14,524 leather bags, meanwhile in the Question Mark quadrant, leather bag sales will amount to 16,108 leather bags. while sales of leather bags in the Cash Cow quadrant were 0, and for the Dog quadrant sales of leather bags were 52 leather bags. From the craftsmen it is known that to produce one leather bag, around 4 square feet (sqft) of leather is needed, so the total need for leather raw materials in the Star quadrant is 58,096 (4x14524) square feet, meanwhile the need for leather raw materials for the Question Mark quadrant is 64432 ( 4x16108), while the leather raw material requirement for the Cash Cow quadrant is 0 (4x0), and the leather raw material requirement for the Dog quadrant is 208(4x52). Next, the EOQ method is applied to determine the economic order size of 2,110,457 square feet in the Star quadrant, while for the Question Mark quadrant it is 2222 sqft of leather raw materials, meanwhile for the Cash Cow quadrant it is 0, and for the Dog quadrant it is 126 sqft of leather raw materials. After knowing the EOQ values, the next step is selecting leather raw material suppliers using the AHP method, where the priority ranking is obtained as follows: Dtm Store as priority 1, Lmn Store as priority 2, Klmt Store as priority 3, M3 Store as priority 4, and Ak Store Store as priority 5.

Item Type:	Thesis (Doktor)
Identification Number:	062510
Uncontrolled Keywords:	hulu dan hilir, UMKM kerajinan kulit, integrasi, BCG, EOQ, AHP- upstream and downstram, leather crafts, integration, BCG, EOQ, AHP
Divisions:	S2/S3 > Doktor Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
Depositing User:	Sugeng Moelyono
Date Deposited:	28 Feb 2025 08:12
Last Modified:	28 Feb 2025 08:12
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/237835

Text (DALAM MASA EMBARGO) Sigit Susanto.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB)

Actions (login required)

View Item