Imanullah, Muhammad Diffa and Dr. Rosihan Asmara, SE., M.P. and Dr. Fahriyah, S.P., M.Si. (2025) Pengaruh Penerapan Konservasi Terhadap Efisiensi Teknis Petani Wortel di Jawa Timur. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Peningkatan populasi akan menyebabkan permintaan akan pangan juga meningkat. Salah satu komoditas pertanian yang mengalami peningkatan permintaan dan menjadi komoditas bernilai tinggi dengan perawayan rendah adalah wortel. Produksi wortel mengalami fluktuasi antara tahun 2019-2022 pada Provinsi Jawa Timur yang merupakan salah satu sentra produksi wortel. Salah satu penyebab hal ini terjadi karena petani wortel di Jawa Timur belum efisien dalam kegiatan usahataninya sehingga berpengaruh terhadap output petani. Selain itu, petani wortel di Jawa Timur masih belum menerapkan kegiatan konservasi yang optimal meskipun menanam wortel pada dataran tinggi yang umumnya berada pada lahan miring. Penerapan konservasi yang tidak optimal ini akan dapat menyebabkan degradasi lahan yang dapat memberikan dampak pada output petani. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan penelitian ini yang memiliki tujuan sebagai berikut: (1) mengetahui tingkat adopsi kegiatan konservasi oleh petani wortel di Jawa Timur, (2) mengidentifikasi faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi petani wortel di Jawa Timur, (3) menganalisis tingkat efisiensi teknis petani wortel di Jawa Timur, dan (4) menganalisis pengaruh tingkat adopsi kegiatan konservasi dan faktor sosial ekonomi petani terhadap efisiensi teknis petani wortel di Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan sampel petani wortel dari Desa Sumberbrantas dan Wonokerso yang menanam wortel pada musim tanam tahun 2022-2023 dengan menggunakan metode simple random sampling sehingga didapatkan 79 orang petani sebagai responden. Terdapat tiga metode analisis yang digunakan pada penelitian ini. Yang pertama menggunakan metode skoring skala likert untuk mengetahui tingkat adopsi kegiatan konservasi oleh petani responden. Kemudian menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) untuk mengetahui faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi dan tingkat efisiensi teknis petani responden dengan variabel independen berupa luas lahan, penggunaan bibit, penggunaan pupuk kimia, penggunaan pupuk organik, penggunaan pestisida cair, penggunaan pestisida padat, dan tenaga kerja. Yang terakhir menggunakan analisis regresi tobit untuk mengetahui pengaruh tingkat adopsi kegiatan konservasi dan faktor sosial ekonomi petani terhadap efisiensi teknis petani responden dengan variabel tingkat adopsi kegiatan konservasi, umur petani, jumlah anggota keluarga petani, lokasi, dan pendidikan. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan analisis untuk tingkat adopsi kegiatan konservasi oleh petani responden adalah mayoritas petani berada pada tingkat adopsi kegiatan konservasi yang rendah. Sebanyak 44 orang petani atau 55,70% dari petani responden berada pada kategori rendah dalam adopsi kegiatan konservasi, sementara sisanya sebanyak 35 orang atau 44,30% dari petani responden berada pada kategori tinggi. Alasan tingkat adopsi kegiatan konservasi pada kategori rendah adalah untuk menggunakan kegiatan konservasi pada lahan petani akan menggunakan sumber daya yang besar dan adanya kemungkinan penurunan produksi. Hasil dari analisis SFA untuk faktor produksi yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap produksi wortel adalah variabel luas lahan, pupuk kimia, pupuk organik, pestisida cair, pestisida padat, dan tenaga kerja. Rata-rata tingkat efisiensi teknis petani adalah sebesar 0,564 dan mayoritas petani responden memiliki tingkat efisiensi teknis dibawah 0,5, dimana hal inivii berada pada kategori rendah. Hasil analisis regresi tobit didapatkan bahwa adopsi konservasi tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap efisiensi teknis sementara lokasi dan pendidikan berpengaruh signifikan dan positif terhadap efisiensi teknis. Berdasarkan hasil dari analisis, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: (1) Perlu ditingkatkannya tingkat adopsi kegiatan konservasi oleh petani wortel di Desa Sumberbrantas dan Wonokerso, terutama pada pembuatan teras, penanaman tanaman tahunan, dan penanaman tanaman tanaman penguat teras dikarenakan petani belum menggunakan kegiatan konservasi tersebut. Agar kegiatan konservasi dapat digunakan secara optimal, diperlukan adanya pendampingan dari penyuluh dan tenaga ahli. (2) Peningkatan produksi wortel dapat dilakukan dengan penggunaan optimal terhadap faktor produksi, seperti pada penggunaan faktor produksi luas lahan, pupuk kimia, pupuk organik, pestisida cair, pestisida padat, dan tenaga kerja. Agar penggunaan faktor-faktor produksi tersebut optimal, diperlukan pendampingan dari penyuluh untuk menggunakannya secara tepat dan sesuai anjuran. (3) Diperlukan peningkatan efisiensi teknis petani wortel di Desa Sumberbrantas dan Wonokerso dengan peningkatan penggunaan faktor-faktor produksi, terutama pupuk organik dan pestisida yang sesuai anjuran dikarenakan petani masih menggunakannnya dalam jumlah sedikit, bahkan tidak menggunakan sama sekali. (4) Faktor lain yang dapat meningkatkan efisiensi teknis adalah lokasi dan pendidikan. Lokasi yang berpengaruh positif berarti petani pada Desa Sumberbrantas lebih efisien secara teknis sehingga untuk meningkatkan efisiensi teknis dapat dilakukan melalui studi banding antar petani kedua desa. Pendidikan yang berpengaruh positif berarti dalam melaksanakan penyuluhan akan teknologi baru dapat menjadikan petani berpendidikan tinggi sebagai contoh.
English Abstract
An increase in population will cause the demand for food to increase, as well. One agricultural commodity that is experiencing increasing demand and has become a high-value commodity with low maintenance is carrots. Carrot production experienced fluctuations between 2019 and 2022 in East Java Province, one of the centres of carrot production. One of the reasons this occurs is because carrot farmers in East Java are not yet efficient in their farming activities, which affects farmers' output. Apart from that, carrot farmers in East Java still do not implement optimal conservation activities even though they plant carrots in the highlands, which are generally located on sloping land. The implementation of conservation that is not optimal can cause land degradation, which can impact farmers' output. To overcome this, this research was carried out with the following objectives: (1) determine the level of adoption of conservation activities by carrot farmers in East Java, (2) identify production factors that influence the production of carrot farmers in East Java, (3) analyse the level of technical efficiency of carrot farmers in East Java, and (4) analysing the influence of the level of adoption of conservation activities and socio-economic factors of farmers on the technical efficiency of carrot farmers in East Java. This study used a sample of carrot farmers from Sumberbrantas and Wonokerso Villages who planted carrots in the 2022-2023 planting season using the simple random sampling method so that 79 farmers were obtained as respondents. There are three analysis methods used in this study. The first uses the Likert scale scoring method to determine the level of adoption of conservation activities by respondent farmers. Then using the Stochastic Frontier Analysis (SFA) method to determine the production factors that influence production and the level of technical efficiency of respondent farmers with independent variables in the form of land area, use of seeds, use of chemical fertilizers, use of organic fertilizers, use of liquid pesticides, use of solid pesticides, and labor. The last one uses tobit regression analysis to determine the effect of the level of adoption of conservation activities and socio-economic factors of farmers on the technical efficiency of respondent farmers with variables of the level of adoption of conservation activities, age of farmers, number of farmer family members, location, and education. The results obtained after analyzing the level of adoption of conservation activities by respondent farmers are that the majority of farmers are at a low level of adoption of conservation activities. As many as 44 farmers or 55.70% of respondent farmers are in the low category in the adoption of conservation activities, while the remaining 35 people or 44.30% of respondent farmers are in the high category. The reason for the low level of adoption of conservation activities is that using conservation activities on farmers' land will use large resources and there is a possibility of decreased production. The results of the SFA analysis for production factors that have a significant and positive effect on carrot production are the variables of land area, chemical fertilizers, organic fertilizers, liquid pesticides, solid pesticides, and labor. The average level of technical efficiency of farmers is 0.564 and the majority of respondent farmers have a technical efficiency level below 0.5, which is in the low category. The results of the tobit regression analysis showed that conservation adoption had no significant and negative effect on technical efficiency while location and education had a significant and positive effect on technical efficiency.ix Based on the results of the analysis, the suggestions that can be given are as follows: (1) It is necessary to increase the level of adoption of conservation activities by carrot farmers in Sumberbrantas and Wonokerso Villages, especially in making terraces, planting annual plants, and planting terrace strengthening plants because farmers have not used these conservation activities. In order for conservation activities to be used optimally, assistance from extension workers and experts is needed. (2) Increasing carrot production can be done by optimally using production factors, such as the use of land area production factors, chemical fertilizers, organic fertilizers, liquid pesticides, solid pesticides, and labor. In order for the use of these production factors to be optimal, assistance from extension workers is needed to use them properly and according to recommendations. (3) It is necessary to increase the technical efficiency of carrot farmers in Sumberbrantas and Wonokerso Villages by increasing the use of production factors, especially organic fertilizers and pesticides according to recommendations because farmers still use them in small amounts, or even do not use them at all. (4) Other factors that can increase technical efficiency are location and education. A location that has a positive influence means that farmers in Sumberbrantas Village are more technically efficient so that increasing technical efficiency can be done through comparative studies between farmers in the two villages. Education that has a positive influence means that in implementing extension services regarding new technology, highly educated farmers can be used as examples.
| Item Type: | Thesis (Magister) |
|---|---|
| Identification Number: | 0425040013 |
| Divisions: | S2/S3 > Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian |
| Depositing User: | Unnamed user with username nova |
| Date Deposited: | 28 Feb 2025 07:12 |
| Last Modified: | 28 Feb 2025 07:12 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/237374 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Muhammad Diffa Imanullah.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |