Christianisa, Retania and Ika Nurhayani, S.S., M.Hum., Ph.D. and Dr. Dany Ardhian, S.Pd., M.Hum. (2024) Persepsi Pendaki Pada Papan Penanda Publik Wisata Alam Pegunungan Malang Raya: Kajian Lanskap Linguistik. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Aktivitas mendaki merupakan aktivitas yang memerlukan keahlian khusus seperti membaca peta, navigasi, dan pengetahuan umum tentang keselamatan. Saat ini, banyak pendaki terbantu dengan papan penanda di sekitar gunung. Akan tetapi, masih banyak pendaki yang menjadi korban karena ketidakjelasan papan penanda di pegunungan. Fenomena kejelasan pada papan penanda berhubungan dengan kondisi geografi dan keselamatan bagi para pendaki, sehingga menjadi fenomena menarik yang dapat diteliti. Oleh karena itu, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apa sajakan bentuk penggunaan bahasa dan fungsi pada papan penanda di kawasan Gunung Panderman, Butak, dan Kawi? (2) Bagaimanakah persepsi pendaki terhadap kejelasan bahasa pada penanda publik di kawasan Gunung Panderman, Butak, dan Kawi? Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk mendapatkan persepsi pendaki dan data yang dapat diukur. Teknik pengambilan data dilakukan melalui beberapa tahap, yakni observasi lokasi, dokumentasi pada papan penanda, kuesioner, dan wawancara. Lokasi penelitian terletak di kawasan Gunung Panderman, Butak, dan Kawi. Hasil temuan ini berupa 45 papan penanda dengan fokus 4 kategori yaitu tanda identifikasi, petunjuk arah, orientasi, dan regulasi. Pada 4 kategori tersebut, penelitian ini menemukan 3 bentuk penggunaan bahasa yaitu monolingual, bilingual, dan multilingual. Monolingual mendominasi papan penanda dengan 76%. Selain itu, penggunaan bahasa memiliki fungsi informasi dan fungsi informasisimbolik. Kemudian, ditemukan total 19 peringatan pada papan penanda. Dari hasil survei yang diisi oleh 42 pendaki, disimpulkan bahwa papan penanda di area Gunung Panderman, Butak, dan Kawi memiliki kejelasan tanda-tanda publik dengan sedikit variasi yang berbeda pada pendapat pendaki. Keberadaan tanda-tanda publik tersebut juga dapat meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam bernavigasi dengan sedikit variasi yang berbeda pada pendapat pendaki. Dari hasil wawancara dengan 3 pendaki, disimpulkan bahwa pendaki cenderung memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam memberikan kejelasan tanda-tanda publik, mendukung keselamatan, dan keamanan navigasi. Sebagai tambahan, Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua utama setelah Bahasa Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendaki lebih menyukai perintah positif dibandingkan perintah negatif. Meskipun data yang didapatkan lebih banyak dalam penggunaan perintah negatif, akan tetapi 59% pendaki memilih perintah positif.
English Abstract
Hiking is an activity that requires special skills such as reading maps, navigation, and general knowledge about safety. Currently, many hikers are helped by signboards around the mountain. However, there are still many hikers who become victims due to the unclear signboards in the mountains. The phenomenon of clarity on signboards is related to geographic conditions and safety for hikers, so it is an interesting phenomenon that can be studied. Therefore, the formulation of the problem in this study is as follows: (1) What are the forms of language use and functions on signboards in the Panderman, Butak, and Kawi Mountain areas? (2) How are hikers’ perceptions of the clarity of language on public signs in the Panderman, Butak, and Kawi Mountain areas? The methods used in this study are quantitative methods and qualitative methods to obtain climbers' perceptions and measurable data. Data collection techniques are carried out through several stages, namely location observation, documentation on signboards, questionnaires, and interviews. The research location is located in the Panderman, Butak, and Kawi Mountain areas. The findings were 45 signboards with a focus on 4 categories, namely identification signs, directions, orientation, and regulations. In these 4 categories, this study found 3 forms of language use, namely monolingual, bilingual, and multilingual. Monolingual dominates the signboards with 76%. In addition, the use of language has an information function and an information-symbolic function. Then, a total of 19 warnings were found on the signboards. A survey filled out by 42 climbers, it was concluded that the signboards in the Panderman, Butak, and Kawi Mountain areas have clear public signs with slight variations in the opinions of hikers. The existence of these public signs can also improve safety and security in navigation with slight variations in the opinions of hikers. The hikers’ tend to choose Indonesian as the main language in providing clear public signs, supporting safety, and security of navigation. In addition, English is the second main language after Indonesian. The results of the study also showed that hikers prefer positive injunctive over negative injunctive. Although the data obtained was more on the use of negative commands, 59% of climbers chose positive commands
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 042412 |
Uncontrolled Keywords: | Lanskap Linguistik, Wisata Pegunungan, Penanda Publik, Persepsi Pendaki, Malang Raya |
Divisions: | S2/S3 > Magister Linguistik Terapan, Fakultas Ilmu Budaya |
Depositing User: | S Sucipto |
Date Deposited: | 05 Feb 2025 02:15 |
Last Modified: | 05 Feb 2025 02:15 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/235834 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Retania Christianisa.pdf Restricted to Registered users only Download (6MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |