Upstream Supply Chain Management Terhadap Daya Saing Perusahaan Pemasok (Suatu Studi Kasus di Perusahaan Pemasok PT Sidobangun),

Tedjasukmana, Raymond and Prof.DR.Djumilah Zein, SE and Fatchur Rohman, SE.,MSI. (2003) Upstream Supply Chain Management Terhadap Daya Saing Perusahaan Pemasok (Suatu Studi Kasus di Perusahaan Pemasok PT Sidobangun),. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Persaingan bisnis yang semakin ketat dalam era globalisasi ini menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi bisnisnya, terutama dalam hal peningkatan daya saing perusahaannya.. Secara lebih spesifik, daya saing sebagai kunci untuk mendapatkan keunggulan bersaing diidentifikasikan sebagai tingkat kemampuan perusahaan dalam : flexibility, innovation, quality dan cost reduction. Keunggulan bersaing dapat dicapai melalui berbagai jalan, salah satunya adalah melalui supply chain management. Supply chain management adalah suatu jaringan kemitraan bisnis yang melibatkan hubungan upstream (antara perusahaan dengan pemasoknya) dan hubungan downstream (antara perusahaan dengan pelanggannya) yang menghasilkan suatu nilai superior dari barang atau jasa terhadap ultimate customer. Upstream Supply Chain Management diartikan sebagai serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok dan manufaktur sehingga produk bisa dihasilkan dan didistribusikan dengan kwantitas yang tepat, lokasi yang tepat dan waktu yang tepat untuk meminimumkan biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Praktek upstream SCM sangat berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan 3 aspek : supplier development, supplier partnering dan JIT purchasing. Sinkronisasi antara perusahaan pemasok dan perusahaan pembelinya dalam upstream SCM akan menghasilkan dampak terhadap kineija perusahaan pembeli dan perusahaan pemasoknya sekaligus. Penelitian yang dilakukan ini memfokuskan diri untuk mengetahui pengaruh dari praktek variabel-variabel upstream SCM yang dilakukan oleh perusahaan pembeli (supplier development, supplier partnering dan JIT purchasing) secara parsial maupun serentak terhadap daya saing perusahaan pemasoknya. Metode pengambilan data dari penelitian ini dilakukan dengan sensus, dimana para respondennya adalah para general manager atau yang setingkat dengannya dari seluruh perusahaan pemasok yang tercantum dalam Daftar Perusahaan Pemasok Material Utama PT Sidobangun Indonesia tahun 2003 yang berjumlah 30 perusahaan. Metode analisa data yang dilakukan adalah analisa faktor kemudian dilanjutkan dengan anaisa regresi linier berganda. Analisa faktor digunakan untuk mereduksi variabel-variabel bebas upstream SCM dan variabelvariabel terikat daya saing perusahaan pemasok menjadi faktor-faktor bebas baru dan faktor terikat baru, kemudian dan mencari skor faktomya. Analisa regresi linier berganda dilakukan mengetahui pengaruh praktek variabel-variabel bebas upstream SCM yang terbentuk dari analisa faktor sebelumnya terhadap daya saing perusahaan pemasok. Dari hasil analisa faktor yang dilakukan terhadap 11 variabel bebas upstream SCM, temyata menghasilkan pengelompokan variabel bebas menjadi 3 faktor baru sebagai variabel-variabel bebas barunya yaitu : supplier partnering, JIT purchasing dan supplier development dengan persentase varian total sebesar 63,413%. Berdasarkan skor faktor dari masing-masing faktor baru tersebut, bisa viiidibuat urutan prioritasnya sebagai berikut : supplier partnering (3,108) - JIT purchasing (2,439) - supplier development (1,428). Sedangkan 4 variabel terikat daya terkelompokkan menjadi satu faktor bam sebagai variabel terikat bam, yaitu daya saing pemsahaan pemasok dengan persentase varian sebesar 67 ,959% dan skor faktor 2,718. Berdasarkan hasil analisa regresi linier berganda, selurah hipotesa dari penelitian ini adalah terbukti, yaitu praktek variabel-variabel upstream SCM secara parsial dan serentak berpengaruh terhadap daya saing pemsahaan pemasok. Hasil temuan ini menghasilkan suatu rekomendasi bagi pemsahaan pembeli maupun pemasok bahwa pelaksanaan praktek upstream SCM perlu dilakukan oleh pihak pembeli dan pemasok secara bersama-sama untuk meningkatkan daya saing pemsahaan pemasok. Peningkatan kinerja pemasok ini juga diharapkan akan memberikan input yang lebih baik bagi proses operasi pemsahaan pembeli, dengan input yang lebih baik tersebut maka diharapkan proses transformasi dari input tersebut menjadi suatu output dari pemsahaan pembeli akan juga menjadi lebih baik juga. Berdasarkan alasan tersebut praktek upstream SCM diduga juga memberikan pengaruh positif terhadap kinerja daya saing pemsahaan pembeli, meskipun untuk membuktikan dugaan ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Perlu juga diungkapkan bahwa pembeli atau pemasok yang masih menganggap bahwa hubungan antara pembeli dan pemasok adalah hubungan antar pihak yang berlainan kepentingan bahkan berlawanan akan sulit menciptakan kerjasama yang erat antara kedua belah pihak dan akan banyak menimbulkan ketidak sinkronan yang akan menguras tenaga, perhatian dan biaya dari masing-masing pihak untuk mengatasi masalah-masalah akibat ketidak sinkronan tersebut, sehingga pada akhimya kapasitas yang tersisa adalah tidak dalam kondisi optimal untuk mengums aspek-aspek kinerja pemsahaan demi mempertahankan atau meningkatkan daya saing pemsahaannya masingmasing. Pada akhimya hams disadari oleh pembeli dan pemasok bahwa persaingan yang teijadi sebetulnya bukan antara pemsahaan downstreams atau upstreams, tetapi antara supply chain yang satu dengan supply chain yang lain. Di samping pembuktian hipotesa tersebut di atas, juga ditemukan tiga temuan bam, yaitu yang pertama adalah urutan prioritas praktek variabel-variabel upstream SCM hasil penelitian ini temyata berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti lain. Umtan prioritas dari penelitian terdahulu adalah JIT purchasing - supplier development - supplier partnering, sedangkan urutan prioritas hasil penelitian ini adalah : supplier partnering - JIT purcahsing - supplier development. Perbedaan ini disebabkan karena rendahnya pelaksanaan aspek direct investment dari variabel supplier development dan rendahnya pelaksanaan aspek effective communication dari variabel JIT purchasing. Penyebab rendahnya pelaksanaan aspek direct investment mungkin dikarenakan masih tingginya kekhawatiran pemsahaan pemasok bahwa hal ini akan mempakan awal terjadinya proses akuisisi oleh pembeli terhadap pemsahaan pemasok. Sedangkan penyebab rendahnya pelaksanaan effective communication mungkin dikarenakan biaya investasi yang masih dianggap relatif sangat tinggi oleh pembeli dan pemasok dibandingkan dengan manfaat yang akan diterima dalam pengadaan tehnologi informasi e-commerce yang lebih canggih seperti EDI, ERP atau bentuk e-commerce lainnya. Temuan kedua adalah, variabel terikat cost reduction mendapatkan pengaruh terendah dari praktek upstream ixSCM, hal ini dimungkinkan karena relatif tingginya biaya pelaksanaan variabel bebas effective communicationnya terutama pada biaya pengadaan sistim tehnologi informasi canggih e-commerce dan pelaksanaan variabel bebas direct investment yang masih diwamai keraguan tentang manfaatnya bagi perusahaan pemasok. Temuan ketiga yang masih merupakan dugaan adalah belum ditelitinya aspek return of investment (ROI) dalam variabel daya saing perusahaan pemasok, karena pada hakekatnya pelaksanaan aspek direct investment dan effective communication dengan aplikasi tehnologi e-commerce canggih adalah sangat erat berhubungan dengan aspek investasi yang membutuhkan perhitungan dan pertimbangan komersial secara matang dari pengembalian manfaat atas modal yang ditanamkan dalam jangka waktu tertentu yang diharapkan. Temuan ketiga ini sebenamya merupakan kelemahan utama dari penelitian ini sekaligus review kajian awal terhadap landasan teori supply chain management dalam pengaruhnya terhadap daya saing perusahaan yang dipakai dalam penelitian terdahulu. Ketiga temuan tersebut di atas perlu mendapatkan perhatian khusus dari pembeli dan pemasok yang ingin mengadakan perbaikan terhadap praktek upstream SCM dalam kaitannya terhadap peningkatan daya saing perusahaan pemasok. Penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan, yaitu penelitian ini hanya dilakukan pada sektor industri plastik saja, oleh karena itu diperlukan suatu sikap kehati-hatian dalam mengeneralisasikan hasil penelitian ini pada sektor industri yang berbeda. Kelemahan yang kedua dari penelitian ini masih menyisakan suatu temuan yang masih bersifat kemungkinan, yaitu rendahnya nilai faktor loading direct investment ini sangat dimungkinkan karena pemasok masih merasa khawatir bahwa pengembangan lebih jauh dari direct investment akan mengarah kepada proses akuisisi yang lebih jauh, pembuktian lebih jelas dari kemungkinan ini akan membutuhkan penelitian yang lebih jauh dan spesifik. Kelemahan yang ketiga, rendahnya nilai faktor loading effective communication ini mungkin karena masih relatif tingginya biaya pelaksanaan tehnologi informasi digital yang canggih sepertiEDI (Electronic Data Interchange), ERP (Enterprose Resource Planning), dan bentik e-commerce lainnya. Kelemahan keempat adalah review kajian teori tentang perlunya variabel ROI {return of ivestment) dimasukkan sebagai variabel kelima dalam daya saing perusahaan pemasok setelah flexibility, innovation, quality dan cost reduction hanyalah merupakan hasil pemikiran logis saja yang bersifat subyektif dari peneliti. Pembuktian 4 kemungkinan tersebut di atas membutuhkan penelitian yang lebih jauh dan spesifik di sektor-sektor industri lain oleh para peneliti selanjutnya untuk menghasilkan tingkat obyektivitas dan generalisasi dari teori upstream supply chain management dalam pengaruhnya terhadap daya saing perusahaan

English Abstract

The high bussiness competition in current globalization era has pushed the commercial firms to review their bussiness strategies, especially the competitiveness in : flexibility, innovation, quality and cost reduction. The competitiveness can be achieved by several ways, one of them is supply chain management. Supply chain management (SCM) is a set of bussiness partnering network which involves the downstream relationships (between the firm and its supplier) and upstream relationships (between the firm and its customers) which create the superiority of goods or services into its ultimate customers. Upstream supply chain management can be defined a set of approaches which integrates the manufacture firm and its supplier in order that the goods can be produced and distributed in correct quantity, correct place, and correct time to minimize the cost and satisfy the customer needs. The upstream SCM practises is very closed related into the implementation effectivities of 3 aspects : supplier development, JIT purchasing and supplier partnering. The synchronization of the supplier firm and its buyer firm in upstream SCM will affect the performances of both supplier firms and buyer firms in the same time. This research has focussed to knowing the influence of upstream SCM practises (supplier development, JIT purchasing and supplier partnering) as the independent variable into supplier competitiveness performance as the dependent variabe, partially and totally The census data compiling method was used in this research, the responders are general manager or other same occupation levels of all Sidobangun’s supplier firms which are contained in the Sidobangun’s supplier list of main materials, 2003 which includes 30 supplier firms. The analysis data methods which was used are factor analysis then continued by multiple linear regression. Factor analysis was used to reducing the independent variables and dependent variables separately, then calculated the factor scores separately, too. Multiple linear regression was used to knowing the influence of upstream SCM variables which were produced by factor analysis before into supplier’s competitiveness performance. The factor analysis has grouped 11 independent variables to be 3 factors as the new independent variables, i.e. supplier partnering, JIT purchasing and supplier development which had the percentage of total variance 63.413 %. Based on the factor scores of each new factors, can be created the priority sequence as following : supplier partnering (3.108) - JIT purchasing (2.439)- supplier development (1.428). And the 4 dependent variables (flexibility, innovation, quality and cost reduction) were grouped into a new factor supplier’s competitiveness performance with percentage of total variance 67.959% and the factor score is 2.718. Then, the multiple linear regression has proved the hypothesises that the upstream SCM variables had significantly influences partially and totally into supplier’s competitiveness performance. This result was recommended into both xisupplier and buyer that upstream SCM practises need to be done by supplier and buyer together to increase the supplier’s competitiveness performances. This increased supplier performance is expected to make the better input for the buyer firm’s operation, then the better input from supplier is expected to give the positive influence into buyer’s competitiveness performance, although this statement need to be proved by the further researches. As the antagonist, the supplier or buyer which still assume that the buyer-supplier relationship is the adversary relationship will be very difficult to develop the closer bussiness relationship. This condition will (much) spend the energy, attention and money of both sides to solve the unsjmchronization things on their bussiness relationship output, so that the rest capablity will not be in the optimum condition to develop their performances. In the end, both supplier and buyer must realize that the competition is actually not between downstream or upstream firms, but between one supply chain and other supply chain Beside the proven on hypothesises, also found 3 other findings, I.e. : first, the priority sequence of upstream SCM variables practise on this reasearch is different with the previous reaseach which was done by other researcher. The previous one had the priority sequence : JIT purchasing- supplier development -supplier partnering, this research had the priority secuence : supplier partnering - JIT purchasing - supplier development. This difference is caused by the (relatively) low implementation of direct investment aspect as a member of supplier development and effective communication as a member of JIT purchasing in upstream SCM practise. The reason of low implementation of direct investment aspect maybe caused the supplier still worries that the buyer investment into supplier’s plant will be a beginning of large acquisition process by buyer firm into supplier firm. And reason of low implementation effective communication aspect maybe caused by the high cost of high information technology application, such as EDI, ERP or other hi tech e-commerce applications. Second, the cost reduction as a part of dependent variable of supplier’s competitiveness performance has the lowest influence from upstream SCM as independent variable. It maybe caused by the lacks of direct investment and effective communication variables above, which both need the certain cost allocation. Third findings is still a prediction, this research and previous research did not use the return of investment (ROI) aspect yet in thedependent variable of supplier’s competitiveness performance. The logical reason of this finding is both aspects direct investment and effective communication basically are very close into high investment cost allocation which need the deep consideration and calculation of returned capital time. This third finding is actually the major weakness of this research and at a time can be used as a beginning of further study review to supply chain management theory in context of its role into firm’s competitiveness performance. All three findings maybe needed to be deeply considered by both buyer and supplier which want to do the corrections or improvements the upstream SCM practises in the context of firm’s competitiveness performance development. This research still has some lacks, first, this research was only done in plastic manufacturing industrial, so that it will needs the carefulness to generalized this study results in different sectors, although many previous studies had been done in automotive industry. Second, this research is still xiileaving a finding as the posibility which need to be proved by further specific researches, i.e. : how far the supplier fear of large acquisition affects the implementation of direct investment in upstream SCM practises ?? Third, this research still also leaving another finding as the posibilitiy which need to be proved by further specific researches, i.e. : how far the high cost of hi tech ecommerce application affects the effective communication in upstream SCM practises ?? Fourth, how far the role of ROI variable application in dependent variable supplier’s competitive performance ?? If 4th finding can be proved in further reseaches, then it will become an updating into upstream supply chain management theory in its role into the firm’s competitiveness performance. At the end, the further studies of 4 findings above are very expected to be done to increase the generalization of upstream supply chain management in context of its role into the firm’s competitiveness performance

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 040302
Divisions: S2/S3 > Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 03 Dec 2024 01:54
Last Modified: 03 Dec 2024 01:54
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/233206
[thumbnail of RAYMOND TEDJASHKMANA.pdf] Text
RAYMOND TEDJASHKMANA.pdf

Download (23MB)

Actions (login required)

View Item View Item