Perbandingan Performa Diagnostik Tuberkulosis Ekstra Paru Dengan Menggunakan Tuberculin Skin Test Dan Qiareach Quantiferon-Tb

Akmaly, Triyana Dian Dhuha and Dr. dr. Ery Olivianto, Sp.A(K) and dr. M. Fahrul Udin, Sp.A(K), M.Kes (2024) Perbandingan Performa Diagnostik Tuberkulosis Ekstra Paru Dengan Menggunakan Tuberculin Skin Test Dan Qiareach Quantiferon-Tb. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Beban kasus TB pada anak-anak sulit dipastikan karena kurangnya alat diagnostik yang sesuai dan sistem pencatatan yang tidak memadai. Keterlambatan diagnosis oleh sistem kesehatan merupakan kontributor utama keterlambatan total diagnosis TB ekstraparu, menunjukkan pentingnya diagnosis tepat waktu. Diagnostik TB pada anak-anak menantang karena gejala yang bervariasi dari tidak spesifik hingga berat. Mayoritas diagnosis menggunakan sistem skoring dan pemeriksaan tambahan seperti tes sputum (BTA). Sulitnya pengambilan spesimen menjadi kendala, namun alternatif seperti aspirasi lambung dan induksi sputum memerlukan pelatihan khusus. Interferon Gamma Release Assays (IGRA) memiliki korelasi positif yang kuat dengan TB, menjadikannya alat diagnostik efektif dengan sensitivitas 95% dan spesifisitas 73%. Tes QIAreach quantiFERON-TB merupakan salah satu jenis IGRA, jika dibandingkan dengan Tuberculin Skin Test menunjukkan durasi lebih pendek dan kemudahan penggunaan. QIAreach quantiFERON-TB membutuhkan satu kunjungan untuk pengambilan darah dan memberikan hasil dalam 16-24 jam, dibandingkan Tuberculin Skin Test yang memerlukan 48-72 jam. QIAreach quantiFERON-TB adalah pilihan diagnostik untuk anak imunokompeten yang telah divaksinasi BCG. QIAreach quantiFERON-TB menunjukkan hubungan signifikan dengan diagnosis TB ekstraparu dibandingkan Tuberculin Skin Test. Tes sel T lebih spesifik meskipun tidak dapat membedakan antara penyakit aktif dan infeksi laten. Pada anak-anak, sifat paucibacillary TB menurunkan sensitivitas alat diagnostik berbasis mikrobiologi. Diagnostik berbasis respons imun lebih baik dalam kasus ini. Studi menunjukkan sensitivitas QIAreach quantiFERON-TB sebesar 89,4%, superior dibandingkan antibodi TB. QIAreach quantiFERON-TB efektif dalam mendiagnosis TB kelenjar getah bening dalam TB ekstraparu, mendukung resolusi penyakit yang sesuai dan mencegah TB resistan obat. Sebanyak 99 pasien anak diikutkan dalam studi ini, dengan rerata usia 5,84 tahun di poli anak divisi respirologi dan di ruang rawat inap anak RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Terdapat 19 subjek dengan diagnosis TB ekstraparu dan 80 subjek tanpa diagnosis TB ekstraparu. Sampel penelitian adalah pasien anak usia < 18 tahun dengan dugaan TB ekstra paru dan TB paru belum pernah menjalani pengobatan TB maupun profilaksis. Untuk pemeriksaan interferon, sampel diambil dari darah, dilakukan inkubasi selama 24 jam, lalu dibaca hasilnya dengan alat qiarech interferon diperiksa di laboratorium Patologi Klinik RSSA. Hasil skala nominal QIAreach quantiFERON-TB Positif (kode 1) QIAreach quantiFERON-TB negatif (kode 0) dan jika invalid diulang satu kali lagi pemeriksaan. Tuberculin Skin Test dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml purified protein derivate (PPD) ke permukaan bagian dalam lengan bawah, pemeriksaan dilakukan di poliklinis dan rawat inap RSSA. Injeksi harus dilakukan dengan spuit tuberkulin, dengan bevel jarum menghadap ke atas. Tuberculin Skin Test adalah injeksi intradermal. Ketika ditempatkan dengan benar, injeksi akan menghasilkan peninggian pucat pada kulit (wheal) dengan diameter 6 sampai 10 mm. Reaksi uji kulit harus dibaca antara 48 dan 72 jam setelah pemberian oleh pemeriksa yang terlatih untuk membaca hasil Tuberculin Skin Test. Pasien yang tidak kembali dalam waktu 72 jam perlu dijadwalkan ulang untuk tes kulit selanjutnya.ekstra paru didapatkan Area Under Curve sebesar 68.3% dan bermakna secara statistik (p=0.013). Hasil diagnostik tersebut masih dikategorikan sangat lemah (<70%). Sedangkan hasil pemeriksaan Tuberculin Skin Test didapatkan Area Under Curve sebesar 52.4% dan tidak bermakna secara statistik (p=0.746). Hasil pemeriksaan QIAreach quantiFERON-TB berhubungan signifikan dengan diagnosa extra TB paru (p=0.001). Namun dari hasil sensitivitas QIAreach quantiFERON-TB didapatkan 57.89% hasil positif dari seluruh pasien dengan diagnosis extra paru TB. Nilai spesifisitas didapatkan 78.75% hasil negatif dari seluruh pasien negatif extra paru TB. Hasil pemeriksaan Tuberculin Skin Test tidak berhubungan signifikan dengan diagnosa extra TB paru (p=0.735). Hasil sensitivitas TST didapatkan 21.05% hasil positif dari seluruh pasien dengan diagnosis extra paru TB dan lebih dari rendah dibandingkan hasil pemeriksaan QIAreach quantiFERON-TB Nilai spesifisitas didapatkan 83.75% hasil negatif dari seluruh pasien negatif extra paru TB dan lebih tinggi dibandingkan hasil pemeriksaan QIAreach quantiFERON-TB. Kedua kelompok memiliki grafik yang tidak berpotongan menunjukkan adanya perbedaan durasi kecepatan yang bermakna (p=0.000) dimana garis biru muda (pemeriksaan QIAreach quantiFERON-TB memiliki durasi yang lebih cepat. Dalam waktu 24 jam sekitar 80% pasien sudah mendapatkan hasil positif, sedangkan pada pemeriksaan TST yang ditunjukkan garis biru lebih tua didapatkan kurang lebih 80% pasien baru mendapatkan hasil positif dalam kurun waktu 48 jam. Penelitian ini menunjukkan bahwa tes QIAreach quantiFERON-TB memiliki durasi waktu lebih cepat dibandingkan Tuberculin Skin Test dan memiliki hubungan signifikan dengan diagnosis TB ekstra paru. Karena itu, dalam aspek yang diteliti ini QIAreach quantiFERON-TB lebih unggul digunakan sebagai tes screening TB ekstraparu pada anak.

English Abstract

The burden of TB cases in children is difficult to ascertain due to the lack of appropriate diagnostic tools and inadequate case recording systems. Delayed diagnosis by the healthcare system is a major contributor to the total delay in diagnosing extrapulmonary TB, highlighting the importance of timely diagnosis. Diagnosing TB in children is challenging due to the varying symptoms, which range from nonspecific to severe. Most diagnoses use a scoring system and additional tests such as sputum tests (AFB). The difficulty in obtaining specimens is a hurdle, but alternatives like gastric aspiration and sputum induction require specialized training. Interferon Gamma Release Assays (IGRA) has a strong positive correlation with TB, making it an effective diagnostic tool with 95% sensitivity and 73% specificity. QIAreach quantiIFERON-TB one of IGRA’s tests compared to Tuberculin Skin Test, shows shorter duration and ease of use. QIAreach quantiIFERON-TB requires one visit for blood collection and provides results in 16-24 hours, compared to Tuberculin Skin Test which takes 48-72 hours. QIAreach quantiIFERON-TB is the diagnostic choice for immunocompetent children vaccinated with BCG. QIAreach quantiIFERON-TB shows a significant relationship with the diagnosis of extrapulmonary TB compared to Tuberculin Skin Test. T-cell tests are more specific but cannot distinguish between active disease and latent infection. In children, the paucibacillary nature of TB reduces the sensitivity of microbiological diagnostic tools. Immune response-based diagnostics are better in this case. Studies show QIAreach quantiIFERON-TB sensitivity at 89.4%, superior to antibody TB. QIAreach quantiIFERON-TB is effective in diagnosing lymph node TB in extrapulmonary TB, supporting proper disease resolution and preventing drug-resistant TB. Ninety-nine pediatric patients participated in this study, with an average age of 5.84 years, at the pediatric pulmonology division and the pediatric inpatient ward of Dr. Saiful Anwar Hospital in Malang. There were 19 subjects diagnosed with extrapulmonary TB and 80 subjects without this diagnosis. The study sample included pediatric patients aged < 18 years with suspected extrapulmonary TB and pulmonary TB who had never undergone TB treatment or prophylaxis. For interferon testing, blood samples were incubated for 24 hours, then analyzed using the Qiareach interferon device in the Clinical Pathology Laboratory of RSSA. The nominal QIAreach quantiIFERON-TB results were reported as positive (code 1) or negative (code 0), and if invalid, the test was repeated once. The TST was performed by injecting 0.1 ml of purified protein derivative (PPD) into the inner surface of the forearm. The test was conducted at the outpatient clinic and inpatient ward of RSSA. The injection was done with a tuberculin syringe, with the needle bevel facing up, resulting in a pale elevation on the skin (wheal) 6 to 10 mm in diameter. The skin test reaction was read 48 to 72 hours after administration by a trained examiner. Patients who did not return within 72 hours needed to be rescheduled for another skin test. The AUC result of the QIAreach QuantiFERON-TB) test for diagnosing extrapulmonary TB showed an Area Under Curve of 68.3%, which was statistically significant (p=0.013). However, this diagnostic result is still categorized as very weakviii (<70%). In contrast, the Tuberculin Skin Test had an AUC of 52.4% and was not statistically significant (p=0.746). The QIAreach quantiIFERON-TB test results were significantly associated with extrapulmonary TB diagnosis (p=0.001), with a sensitivity of 57.89% positive results among all patients diagnosed with extrapulmonary TB and a specificity of 78.75% negative results among all patients without extrapulmonary TB. Tuberculin Skin Test results were not significantly associated with extrapulmonary TB diagnosis (p=0.735), with a sensitivity of 21.05% positive results among all patients diagnosed with extrapulmonary TB, which was lower than the QIAreach quantiIFERONTB test. The specificity was 83.75% negative results among all patients without extrapulmonary TB, higher than the QIAreach quantiIFERON-TB test.Both groups had non-overlapping graphs, indicating a significant difference in the speed of results (p=0.000), with the light blue line (QIAreach quantiIFERON-TB test) showing a faster duration. Within 24 hours, about 80% of patients had positive results, while for the Tuberculin Skin Test, shown by the darker blue line, approximately 80% of patients only had positive results within 48 hours. This study demonstrates that the QIAreach quantiIFERON-TB test has a faster duration compared to the TST and is significantly associated with the diagnosis of extrapulmonary TB. Therefore, in the aspects studied, QIAreach quantiIFERON-TB is superior for use as a screening test for extrapulmonary TB in children.

Item Type:	Thesis (Magister)
Identification Number:	0424060129
Uncontrolled Keywords:	TB ekstraparu, TB anak, Tuberculin Skin Test, QIAreach quantiFERON-TB
Divisions:	Profesi Kedokteran > Spesialis Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Depositing User:	Unnamed user with username nova
Date Deposited:	12 Nov 2024 06:23
Last Modified:	12 Nov 2024 06:23
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/232458

Text (DALAM MASA EMBARGO) Triyana Dian.pdf Restricted to Registered users only Download (5MB)

Actions (login required)

View Item