Rahman, Abdur (2006) Hubungan Antara Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Degan Tingkat Partisipasi Petani Dalam Program Pengembangan Anggur Probolinggo Merah (Vitis sp) Di Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo ( Studi Kasus di Kelompok tani Sejahtera Binaan Dinas Pertanian Kota Probolinggo). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Paradigma baru pembangunan pertanian mempunyai komitmen bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat terutama bagi yang berada di pedesaan. Hal ini sangat beralasan karena ditengah-tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan sektor pertanian mampu bertahan dan bahkan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang positif. Pengembangan komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan dirancang menjadi sumber pertumbuhan pembangunan pertanian yang cukup penting dalam PJP 11. Jenis komoditas hortikultura yang telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia adalah anggur. Salah satu daerah penghasil anggur di Propinsi Jawa Timur adalah Kota Probolinggo, yang dikenal sebagai kota Bayuangga (angin, anggur dan mangga). Identitas Kota Probolinggo tersebut selama 6 tahun terakhir ini mengalami kelesuan, terutama dalam produksi anggur. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Probolinggo untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerapkan Program Pengembangan Anggur Probolinggo Merah PPAPM), agar petani termotivasi untuk mengembangkan kembali tanaman anggur sehingga kesejahteraan petani meningkat. Pada kenyataan keberhasilan program ini akan dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi petani dan tinggi rendahnya tingkat partisipasi petani dalam program tersebut. Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu 1) Bagaimana kondisi faktor-faktor sosial ekonomi petani ?, 2) Bagaimana tingkat partisipasi petani dalam Program Pengembangan Anggur Probolinggo Merah (PPAPM) ?, 3) Sejauhmana hubungan antara faktor-faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat partisipasi petani dalam Program Pengembangan Anggur Probolinggo Merah (PPAPM) ?. Tujuan penelitian ini antara lain : 1) Untuk mendiskripsikan faktor-faktor sosial ekonomi petani. 2) Untuk mengetahui tingkat partisipasi petani dalam Program Pengembangan Anggur Probolinggo Merah (PPAPM). 3) Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat partisipasi petani dalam Program Pengembangan Anggur Probolinggo Merah (PPAPM). Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Anggur Sejahtera Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo mulai bulan Agustus 2005. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja {purposive ) hal ini dikarenakan lokasi tersebut sedang dilaksanakan program pengembangan anggur probolinggo merah. Penentuan petani contoh dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja sebagai sampel yaitu seluruh populasi petani anggur sejahtera berjumlah 20 orang yang tergabung dalam Kelompok Tani Anggur Sejahtera. Sedangkan Tehnik pengumpulan data dilakukan yaitu dengan observasi dan wawancara dengan menggunakan kuisioner (data primer), pustaka dan dokumentasi (data sekunder). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif yaitu untuk menjawab tujuan penelitian 1 dengan mendiskripsikan faktor sosial ekonomi petani yang terdiri dari faktor sosial meliputi sumber tenaga kerja, pengalaman bertani anggur dan tingkat pendidikan formal sedangkan faktor ekonomi meliputi sumber modal dan penggunaan saprodi. Untuk menjawab tujuan penelitian 2, yaitu mengukur tingkat partisipasi petani dengan menggunakan skala Likert. Tingkat partisipasi petani meliputi tingkat partisipasi dalam perencanaan, tingkat partisipasi dalam pelaksanaan dan tingkat partisipasi dalam evaluasi. Sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian 3 yaitu dengan uji statistik korelasi Rank Spearman untuk mengetahui sejauhmana hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan tingkat partisipasi petani dalam Program Pengembangan Anggur Probolinggo Merah (PPAPM) Keadaan sosial ekonomi petani ditinjau dari bantuan modal sebagian besar masuk dalam kategori rendah dan kategori tinggi. Kategori rendah yaitu memperoleh bantuan modal < 15 juta rupiah 17 orang (85%) dan kategori tinggi memperoleh bantuan modal > 20 juta rupiah 2 orang (10%). Dari penggunaan sumber tenaga kerja, kebanyakan masuk kategori tinggi dan kategori rendah, kategori tinggi yaitu menggunakan tenaga kerja sendiri dalam kelompok 9 orang (45%) dan kategori rendah menggunakan tenaga kerja dari luar kelompok 2 orang (10%). Ditinjau dari penggunaan saprodi, semua masuk dalam kategori tinggi yaitu penggunaan saprodi sesuai anjuran (100%). Ditinjau dari pengalaman bertani anggur petani termasuk kategori sedang sampai tinggi, kategori sedang yaitu pengalaman menanam anggur 1 sampai 2 tahun (35%) dan kategori tinggi yaitu pengalaman menanam anggur > 2 tahun (40%). Ditinjau dari tingkat pendidikan formal termasuk kategori sedang sampai kategori tinggi, kategori sedang yaitu tamat pendidikan formal SMP sampai SMU (35%) dan masuk kategori tinggi yaitu tamat pendidikan formal > SMU (45%). Tingkat partisipasi petani meliputi partisipasi petani dalam perencanaan, partipasi petani dalam pelaksanaan dan tingkat partisipasi petani dalam evaluasi program pengembangan anggur probolinggo merah adalah masuk kategori tinggi. Dari uji statistik korelasi Rank Spearman dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara penggunaan saprodi dengan tingkat partisipasi petani dalam program pengembangan anggur probolinggo merah (PPAPM) sedangkan tidak terdapat hubungan positif antara (pinjaman modal, sumber tenaga kerja, pengalaman bertani anggur dan tingkat pendidikan formal petani) dengan tingkat partisipasi petani dalam program pengembangan anggur probolinggo merah (PPAPM).
English Abstract
The newest paradigm on the development of agriculture had a commitment that agriculture play very important role on the improvement of people’s economic potential, especially on the village. In the economic crisis nowadays it is very reasonable that agriculture might be able to survive and even resulting a positive growth rate. The development of horticulture commodity, particularly on fruits had planned to be a major source of the agriculture development on PJP II. The kind of horticulture commodity that had been well known and cultured in Indonesia is grape. One of the famous region that produce grape at East Java Province is Probolinggo City, which also called as Bayuangga (wind, grape and mango) city. On the last 6 years this city identity were decreased, especially in the grape production. In order to overcome this problem, the Authority of Probolinggo City held The Probolinggo Red currant Development Program (PPAPM), this program were held to motivate the farmers to re-develop the grape plant, thus might increase the farmers welfare. Actually, the objective of this program are influenced by the socioeconomic factors of the farmers and the participation rate of the farmers in this program. From those background described previously can be formulated a set of problem in this research, which is 1) How is the socioeconomic condition of the farmers?, 2) How is the participation rate of the farmers in The Probolinggo Red currant Development Program (PPAPM)? To what extent the relationships between socioeconomic factors and the participation rate of the farmers in the Probolinggo Red currant Development Program? This research were held in the Sejahtera Grape Farmers Group at political district of Ketapang subdistrict of Kademangan the city of Probolinggo at August 2005. This location chosen by purposive because of the location at that time were applicating red currant development program. The grape farmers group also chosen by purposive as the sample of the whole Sejahtera Grape Farmers population which have 20 members. The data mining technique used were observation and conversation using questionnaire (primary data), literature and documentation (secondary data). Data analysis technique used in this research was descriptive qualitative analysis method. Descriptive qualitative technique was used to answer the first objective by describing the socioeconomic factors of the farmers such as labour resources, the farmers experience in grape plantation and formal education degree (social factors), and the capital aids and using production unit (saprodi) (economic factor). To answer the second objective, we use Likert scale to measure the rate of farmers participation. This participation including planned participation, application of participation and evaluated participation. To answer the third objective we use statistical correlation test Spearman Rank to find out to what extent the relationships between socioeconomic factors and the participation rate of the farmers in the Probolinggo Red currant Development Program (PPAPM). The socioeconomic condition of the farmers from the point of view of capital aids, most of them are in the high and low categories. Low category is when the farmers had a capital aids < 15 million rupiahs (17 members or 85%) and high category is when the farmers had a capital aids > 20 million rupiahs (2 members or 10%). From the point of view of labour resources, most of them are in the high and low categories, high category is when they use self-labour resources from inside the group (9 members or 45%) and low category is when they use self-labour resources from outside the group (2 members or 10%). From the usage of saprodi, all of them are in the high category (100%). From the farmers experience on the grape plantation, they are in the moderate to high categories, moderate category is when the grape planting experience is I to 2 years (35%) and the high category is when the grape panting experience is > 2 years (40%). From formal education degree they are in the moderate and high categories, moderate category is when they were graduated from Junior High School to Senior High School (35%) and the high category is when they were graduated from > Senior High School (45%). The participation rate of the farmers including the planned participation, application of participation and evaluated participation were in the high category. From the statistical correlation test of Spearman Rank we can conclude that there is a positive relationship between the usage of saprodi and the participation rate of the farmers in the Probolinggo Red currant Development Program (PPAPM). Whereas between capital aids, human resources, farmer’s experience in grape plantation and farmer’s formal education level there significant relationship among the participation rate of the farmers in the Probolinggo Red currant Development Program (PPAPM).
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | 050601393 |
Uncontrolled Keywords: | - |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Zainul Mustofa |
Date Deposited: | 22 Oct 2024 07:46 |
Last Modified: | 22 Oct 2024 07:46 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/231936 |
![]() |
Text
ABDUR RAHMAN.pdf Download (13MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |