Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Pendekatan Budaya Lokal dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa, Studi Kasus pada Suku Dayak Kayan Desa Naha Aya Kecamatan Peso Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Timur.

TP, Yansen (2002) Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Pendekatan Budaya Lokal dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa, Studi Kasus pada Suku Dayak Kayan Desa Naha Aya Kecamatan Peso Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Timur. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pembangunan masyarakat merupakan upaya “to promote the empowerment of people, instead of perfutuating the defendency creating relationship between the bearucrats and the people". Konsep ini mengandung makna pemberdayaan, yaitu suatu usaha untuk mendorong serta memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, khususnya potensi budaya lokal, sehingga menumbuhkan partisipasi masyarakat itu sendiri dalam pembangunan. Menurut Elliot (1987), strategi pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu: (1) The Welfare Approach; pendekatan yang mengarah pada manusia dan bukan untuk memberdaya masyarakat dalam menghadapi proses politik dan pemiskinan rakyat; (2) The Development Approach; pendekatan yang bertujuan untuk mengembangkan proyek pembangunan untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian dan keswadayaan masyarakat; dan (3) The Empowerment Approach; pendekatan yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari proses politik dan berusaha untuk memberdayakan atau melatih rakyat untuk mengatasi ketidakberdayaannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi lengkap tentang: (1) proses pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan budaya lokal; dan (2) faktor-faktor yang menghambat dan mendukung proses pemberdayaan masyarakat. Penelitian dilakukan pada Suku Dayak Kayan Desa Naha Aya Kecamatan Peso Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Timur, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa proses pelaksanaan pembangunan melalui pendekatan budaya lokal lebih banyak diwarnai oleh kebiasaan gotong royong masyarakat Dayak Kayan, sebagai perwujudan dari kentalnya semangat pembangunan yang diatur oleh budaya lokal (indigenous culture). Pembangunan fisik yang dibiayai melalui dana Inpres Bantuan Desa dan dana pembangunan lainnya maupun hasil gotong royong warga Desa Naha Aya, pelaksanaannya lebih banyak dilakukan dengan perwujudan adat gotong royong (Nasehu Piah-Piah) yang terdiri dari Adat Mahap, Adat Nyiwasok dan Adat Peladau yang digerakkan oleh Kepala Adat sebagai tulang punggung dalam pelaksanaan pembangunan desa. Oleh sebab itu penyelenggaraanpembangunan di Desa Naha Aya menuntut pemberian akses yang lebih besar kepada peran dan fungsi Kepala Adat. Dalam konteks pembangunan daerah pedalaman khususnya di Desa Naha Aya, realisasi pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal (indegenous people) terkendala karena, antara lain: keterisoliran, minimnya sarana transportasi, dan rendahnya sumber daya manusia, jumlah penduduk yang masih sedikit dan tidak merata, serta minimnya dana yang tersedia. Potensi perilaku budaya lokal berupa masyarakat suku Dayak Kayan yaitu adat Nasehu Piah-Piah dapat dijadikan model pelaksanaan pembangunan desa yang harus dipertahankan dan dilestarikan, serta dimungkinkan pula menjadi model pembangunan di desa-desa pedalaman lainnya di Kabupaten Bulungan Kalaimantan Timur. Posisi Kepala Adat harus ditonjolkan dalam pelaksanaan pembangunan, baik dalam pembangunan baikfisik maupun nonfisik.

English Abstract

Community development is an effort “to promote the empowerment of people, instead of perpetuating the defendancy creating relationship between the bureaucrats and the pople”. It has an empowerment concept meaning that efforts done to promote, motivate and generate the awareness of potensials the community has, espacially local cultural potentials, so that it can generate community participation in the development. Elliot (1987) stated that the empowerment strategy can be done through three approaches namely: (1) The welfare approach; an approach directed to human beings but not to trick community in facing political process and people poverty; (2) The development approach; its aim is to increase the development projects in increasing the capability, autonomy and self-supporting community; and (3) The empowerment Approach; an approach viewing poverty as an impact of political process and tries to empower or train pople to overcome their unempwerment. This research tries to obtain a complete description about: (1) the . community empowerment process through local cultural approach; and (2) ' factors inhibiting and supporting community empowerment process. The research done on Dayak Kayan Tribe Naha Aya Village Subdistrict of Peso Bulungan Regency The province of East Kalimantan using qualitative approach. It is concuded from this research that development implementation process using indigenous cultural approach has been colored by the habits of Dayak Kayan community’s mutual cooperation as the realization of the viscosity of development spirit regulated by the indigenous culture. The implementation of physical development financing through Village Fund allocated by Presidential Directive and other development funds also funds obtained from community cooperation of Naha Aya Village much more done by the realizing of the customs of community cooperation (Nasehu Piah-Piah) comprising Adat Mahap, Adat Nyiwasok and Adat Peladau motivated by Adat Head as the spinal column in implementing village development. The village implementation in the village of Naha Aya, therefore, demands more access given through the role and function of Adat Head. In the context of hinterland development, especially in Naha Aya village, the development realization which is in line with the needs of indegenous peole has constraints because of challenges such as: high level of isolation, minimal means of transportation, low quality of human recourses, lack of funds on hands. The potential of the local cultural behavior of Dayak Kayan tribe namely Nasehu Piah-Piah can be modelled for the implementation of village development that has to be maintained and preserved and can also become a development model for the other villages of hinterlands in the Regency ogf Bulungan East Kalimantan. The position of Adat Head must be accentuated in implementing physical or non-physical development.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 041309399
Uncontrolled Keywords: -
Divisions: S2/S3 > Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi
Depositing User: Zainul Mustofa
Date Deposited: 22 Oct 2024 01:57
Last Modified: 22 Oct 2024 01:57
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/231886
[thumbnail of Yansen TP.pdf] Text
Yansen TP.pdf

Download (24MB)

Actions (login required)

View Item View Item