Pemberdayaan Masyarakat Dayak Pedalaman di Kalimantan Timur (Studi Kasus Suku Dayak Lep’o-Tau di Desa Mara I, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan

Ernalina, Leni (2002) Pemberdayaan Masyarakat Dayak Pedalaman di Kalimantan Timur (Studi Kasus Suku Dayak Lep’o-Tau di Desa Mara I, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Masyarakat Dayak sebagian besar masih hidup dalam suasana seperti itu. Mereka hidup di pedalaman dan masih sangat kuat memegang prinsip budaya mereka sehingga mereka memtuskan untuk menolak segala sesuatu yang datang dari luar. Meskipun demikian, ada juga masyarakat Dayak yang bersedia untuk menerima perubahan sosial dan budaya yang lebih baik lagi. Pada umumnya masyarakat Dayak ini berdiam diri di daerah pedalaman Kalimantan. Kecenderungan utama Suku Dayak adalah kurang agresif, karena mereka sudah dimanjakan oleh alam, atau berlimpahnya sumberdaya alam di sekitamya. Mereka sangat mencintai tanah leluhumya itu. Hal tersebut nampak dari ikatan kekeluargaan yang sangat tinggi. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik meneliti masalah-masalah pemberdayaan masyarakat Suku Dayak Lep’o-Tau, khususnya di Desa Mara I, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. Tujuan penelitian ini adalah unlule "t) Menggambarkan proses pelaksanaan pemberdayaan Suku Dayak Lep’o-Tau di Desa Mara I; (b) Menggambarkan peran dari pihak-pihak yang terkait, yakni masyarakat Suku Dayak Lep’o-Tau dan terutama pemerintah setempat; (c) Menggambarkan model per.V ;rgunan yang sekiranya sesuai atau tepat untuk diterapkan pada Suku Dayak Lep’o-Tau di Desa Mara I. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif di mana peneliti mengumpulkan sejumlah informasi secara mendalam dan mendetail pada kasus proses atau gejala yang terkait dengan proses aktifitas ekonomi masyarakat, dari masyarakat miskin menjadi sejahtera, dan tindak lanjut dari proses pemberdayaan masyarakat Dayak pedalaman pada Suku Dayak Lep’o-Tau di Desa Mara I. Fokus penelitiannya adalah pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Dayak pedalaman di Kalimantan Timur, yakni di Suku Dayak Lep’o-Tau di Desa Mara I; serta Faktor penghambat dan pendukung pemberdayaan Suku Dayak Lep’o-Tau. Sedangkan analisis yang digunakan adalah mengikuti pendapat Miles dan Huberman (1992) yaitu analisis model interaktif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberdayaan yang dilakukan pada masyarakat Suku Dayak Lep’o-Tau di Desa Mara I Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten Bulungan masih belum maksimal, dalam pengertian, masih mengabaikan aspek-aspek lokalitas seperti partisipasi masyarakat dan solidaritas antar warga. Pemerintah daerah sebagai pihak yang berkewajiban mendorong dan melaksanakan program pemberdayaan ekonomi menjalankan program pemberdayaannya secara terpusat dan menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (top-down aproach). Pendekatan yang digunakan pemerintah ini tidak sinergis dengan potensi lokal yang ada seperti adat pegayeng kua, di mana Kepala Adat memainkan perannya yakni memotivasi warga untuk bekeija keras membangun fasilitas desanya. Sedangkan untuk potensi lokal, kebersamaan, solidaritas sosial, sikap yang relatif terbuka, adat gotong royong serta berbagai kebiasaan lain merupakan faktor-faktor yang mendorong suatu upaya pemberdayaan yang hendak dilakukan pada masyarakat Suku Dayak Lep’o-Tau di Desa Mara I. Namun hingga saat ini, potensi-potensi yang ada tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah. Berbagai program pemerintah yang ada tersebut masih belum mampu menggabungkan pendekatan pemberdayaan bottom-up dan potensi lokal yang ada dengan pendekatan yang partisipatif. Akibatnya kemandirian masyarakat menjadi berkurang, sehingga sampai saat ini diketahui bahwa masyarakat Desa Mara I dalam berbagai pembangunan fisik masih banyak menggantungkan pada bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Oleh karena itu penelitian ini menyarankan agar pelaksanaan pemberdayaan di waktu yang akan datang hendaknya pemerintah daerah setempat maupun LSM yang menyelenggarakannya memperhatikan potensi budaya lokal. Sebuah pemberdayaan memerlukan dukungan yang aktif dari masyarakat. Saran yang lainnya adalah agar kendala adanya sarana transportasi dan komunikasi-informasi yang belum efektif harus menjadi pertimbangan dan prioritas utama dalam berbagai program pemberdayaan itu. Kepada pemerintah daerah setempat khususnya, yang bisa disarankan dari hasil penelitian ini adalah agar memprioritaskan anggaran pendanaan guna membangun sarana fisik desa tersebut.

English Abstract

A large part of the people of Dayak tribe still live in the hinterland and hold strong their cultural tradition and principles which made them decided to cut-off everything that came from outside. Nevertheless, there is the people of Dayak that open their hand to better social and cultural change. In general, the people of Dayak live in the hinterland of Kalimantan forests. They mostly tend to less aggressive because they live in ease by nature. They love very much their motherland. This can be seen from their strong kinship relation. All of that makes us get interested to investigate the empowering problems of the people of Dayak Lep’o-Tau, espsecially that lived in the Desa Mara I, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan. The objective of the research are: (a) To describe the empowering process on Dayak Lep’o-Tau tribe in Desa Mara I; (b) To describe the roles of the related elements, that is the people of Dayak Lep’o-Tau and local government; (c) To describe the development model that can be expected to be in accordance to or appropriate to implement on Dayak Lep’o-Tau tribe in Desa Mara I. The research use the qualitative approach. The researcher collected amount of information in depth and in details about the process or phenomen that related with the economic activity process of the people, range from poor to rich people, and the follow up of the empowering process of the people. The focus of the research is the implementation of the empowering process of Dayak Lep’o-Tau tribe in Desa Mara I in the hinterland of East Kalimantan, and the obstacle and supportive factors of the process. Data are analyzed by interactive model that suggested by Miles and Huberman (1992). The results suggested that the empowering process is not maximal. This means that locality aspects, like people participation and social solidarity, are ignored. As the part that have obligation to promote and to carry out the economic empowering program, the local government did her job in centralists manner and used a top-down approach. This method obviously does not harmonious with the local potentialities, like pegayeng kua tradition, in which the Chief of the tribe plays his role to motivated the people to work hard to build the village facilities. The local potentialities, togetherness, socail solidarity, open hand attitude, community self-help tradition, and another tradition which is the promoting factors for empowering process still yet be used maximally by the local government. Many government programs still can not combine bottom-up method and local potentialities with participative approach. This cause the independence of the people is decrease. And that is demonstrated by the facts that in the physical development, the people depend on th? aid from the local government. Therefore, the research suggests that in the future, the empowering process should involve the local government and the NGO which give care and attention to local culture potentialities. An empowering process needs an active support from the people. Another suggestion is that because the transportation and communication means are not effective, the local government has to give priority to allocate her budget to build the village physical means.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: -
Uncontrolled Keywords: -
Divisions: S2/S3 > Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi
Depositing User: Zainul Mustofa
Date Deposited: 21 Oct 2024 04:45
Last Modified: 21 Oct 2024 04:45
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/231807
[thumbnail of -Leni Ernalina.pdf] Text
-Leni Ernalina.pdf

Download (22MB)

Actions (login required)

View Item View Item