Putri, Lilis Amalia and I Wayan Suyadnya, SP., M. Sos. (2024) Transaksi Dan Transformasi Sosial Budaya Kain Tenun Baduy Pada Masyarakat Desa Kanekes,Provinsi Banten. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Penelitian ini mengkaji tentang peranan kain tenun Baduy sebagai identitas masyarakat Baduy di Desa Kanekes. Penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pemahaman masyarakat Baduy Kanekes dan menjelaskan proses transformasi sosial budaya atas fungsi produk budaya kain tenun yang dianggap sebagai identitas budaya yang kini menjadi sarana bertahan hidup bagi mereka. Selain itu juga didukung dengan kesesuaian teori yang digunakan yakni The Elementary Forms of The Religion Life karya Emile Durkheim. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif agar dapat mendeskripsikan secara rinci penemuan di lapangan diwujudkan melalui tindakan yang dilakukan oleh individu. Adapun metode dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui proses wawancara, observasi partisipan dan dokumentasi. Untuk lebih memahami karakter subjek pada penelitian ini adalah memilih pada profesi pengrajin atau penenun asal suku Baduy sebagai informan utama. Lokasi penelitian ini di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Hasil temuan penelitian di lapangan yang ditemukan adalah tenun Baduy menjadi salah satu ikon penting dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Baduy Kanekes. Kain tenun juga menjadi simbol abadi bagi kehidupan mereka dengan istilah kain tenun dibawa sampai akhirat. Hitam dan putih menjadi warna dominan dari ciri khas tenun Baduy yang dipadukan dengan motif garis-garis sederhana saja. Kain tenun Baduy sampai saat ini masih diolah dengan menggunakan alat tradisional. Dibalik itu semua yang masih berbau dengan hal tradisional dikarenakan masyarakat Baduy memiliki aturan khusus yakni dikenal dengan pikukuh sebagai pengatur kehidupan mereka sampai sekarang ini dari slogan ‘Lojor Teu Meunang Dipotong, Pondok Teu Meunang Disambung, Gunung Teu Meunang Dilebur, Lebak Teu Meunang Dirusak, Buyut Teu Meunang Dirobah’. Secara histori kain tenun Baduy memang memiliki kisah tersendiri bagi orang Baduy yakni jika ditarik berdasarkan sejarah nenek moyang, kain tenun Baduy milik dari leluhur yang menjadi turun temurun bagi anak dan cucu. Kesimpulan dari hasil temuan di atas bahwa tenun Baduy memiliki ragam fungsi, baik sebagai praktik keseharian, ritual, warisan budaya, dan simbol komunikasi pariwisata.
English Abstract
This research examines the role of Baduy woven cloth as the identity of the Baduy community in Kanekes Village. The research was conducted to get an overview of the understanding of the Baduy Kanekes community and explain the process of socio-cultural transformation regarding the function of woven cloth cultural products which are considered a cultural identity which has now become a means of survival for them. Apart from that, it is also supported by the suitability of the theory used, namely The Elementary Forms of The Religion Life Emile Durkheim's work. The method in this research uses a descriptive qualitative method in order to describe in detail the findings in the field realized through actions taken by individuals. The method for collecting data in this research is through the interview process, participant observation and documentation. To better understand the character of the subject in this research, choose the profession of craftsman or weaver from the Baduy tribe as the main informant. The location of this research is Kanekes Village, Leuwidamar District, Lebak Regency, Banten Province. The results of field research found that Baduy weaving has become an important icon in daily life for the Kanekes Baduy community. Woven cloth is also an eternal symbol of their lives, with the term woven cloth being carried to the afterlife. Black and white are the dominant colors of Baduy weaving which are combined with simple striped motifs. Baduy woven cloth is still processed using traditional tools. Behind that, everything still smells of traditional things because the Baduy people have special rules, which are known as stubborn as the organizer of their lives until now from the slogan 'Lojor Can't Be Cut, Pondok Can't Be Connected, Mountain Can't Be Melted, Valley Can't Be Destroyed, Grandfather Can't Be Changed'. Historically, Baduy woven fabric has its own story for the Beduy people, that is, if it is drawn based on the history of the ancestors, the Baduy woven fabric belongs to the ancestors and is passed down from generation to generation for children and grandchildren. The conclusion from the findings above is that Beduy weaving has a variety of functions, both as a daily practice, ritual, cultural heritage, and symbol of tourism communication.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | 0524110165 |
Uncontrolled Keywords: | Tenun Baduy, Baduy Kanekes, Pikukuh, Tranformasi Sosial, Pertukaran Sosial-Baduy Weaving, Baduy Kanekes, Pikukuh, Social Transformation, Social |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Sosiologi |
Depositing User: | soegeng Moelyono |
Date Deposited: | 12 Dec 2024 07:36 |
Last Modified: | 12 Dec 2024 07:36 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/231319 |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Lilis Amalia Putri.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Actions (login required)
View Item |