“Pengaruh Pemberian Pasta Hidroksiapatit Stolephorus Sp. terhadap Ekspresi Seluler Fibroblast Growth factor-2 dan Transforming Growth factor-Beta 1 pada Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi”.

Anisa, Maulisa Enik and Dr. drg. Nur Permatasari, M.S. (2024) “Pengaruh Pemberian Pasta Hidroksiapatit Stolephorus Sp. terhadap Ekspresi Seluler Fibroblast Growth factor-2 dan Transforming Growth factor-Beta 1 pada Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi”. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Ekstraksi gigi adalah prosedur mengeluarkan gigi dari soket penyangganya yang dapat mengakibatkan trauma pada tulang alveolar dan jaringan lunak disekitarnya. Penyembuhan luka pasca esktraksi gigi penting untuk mencegah terjadinya komplikasi infeksi, nyeri, edema, hematoma, dan dry socket serta berpengaruh dalam preservasi alveolar ridge. Penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi terdiri dari penyembuhan jaringan keras dan jaringan lunak, terdiri dari fase hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling dan saling overlapping. Pada proses penyembuhan, akan terjadi pelepasan growth factor salah satunya FGF-2 dan TGF-β1. Pelepasan growth factor FGF-2 dan TGF-β1 berperan dalam regulator perbaikan jaringan. FGF-2 berperan dalam proliferasi fibroblas, epitel, dan endotel, angigenesis, dan pembentukan maktriks ekstraseluler. Sedangkan TGF-β1 mengatur pertumbuhan, diferensiasi, adesi, dan apoptosis berbagai jenis sel, produksi matriks ekstraseluler, proses angiogenesis, dan diferensiasi serta maturasi sel osteblas. Hidroksipapatit (Ca10(PO4)6(OH)2 adalah mineral anorganik yang menyusun jaringan keras manusia yaitu tulang dan gigi. Hidroksiapatit memiliki sifat biokompabilitas, bioaktif, osteoinduktif dan okstekonduktif. Hidroksiapatit merupakan material berpotensi tinggi dalam meningkatkan proses penyembuhan luka post ekstraksi gigi. Namun karena tingginya biaya produksi dari hidroksiapatit sintetis membuat keterbatasan penerapan HAp dalam skala besar. Oleh karena itu saat ini dikembangkan berbagai bahan alami dalam sintesis HAP salah satunya Ikan Teri (Stolephorus sp). Ikan teri (Stolephorus sp) tinggi akan kalsium (± 2200 mg/100 gram) dan fosfor (1500 mg/100 gram) dimana fosfor ditemukan dalam bentuk fosfat (PO43-) ketika bercampur dengan air (H2O). Ikatan ion antara kalsium dan fosfat menghasilkan senyawa hidroksiapatit. Karena kandungan kalsium dan fosfat pada ikan teri yang tinggi, pemanfaatan ikan teri sebagai sumber alami sinteisis hidroksiapatit dapat digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pasta hidroksiapatit dari Ikan Teri (Stolephorus sp.) terhadap penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi melalui ekspresi seluler FGF-2 dan TGF-β1. Penelitian termasuk kedalam True Experimental Desain yang dilakukan secara in vivo. Desain penelitiannya yaitu Post Test Only Control Group Design. Pada penelitian ini dua kelompok yaitu kontrol positif yang diberikan alveogyl dan perlakuan yang diberikan pasta Hidroksiapatit (HAp) dari ikan teri (Stolephorus sp.) pada soket post ekstraksi gigi ditentukan secara random. Tikus kemudian dikorbankan pada hari ke-7,14, dan 28. Sintesis hidroksiapatit ikan teri (Stolephorus sp.) dilakukan dengan menggunakan metode presipitasi kimia karena merupakan metode paling mudah dengan hasil hidroksiapatit berbentuk reguler, ukuran yang lebih kecil, kemurnian yang lebih tinggi, kristalinitas lebih rendah dan porositas lebih banyak. Sebanyak 18, 6 gram serbuk hidroksiapatit ikan teri dhasilkan dari 1 kg ikan teri basah. Serbuk hidroksiapatit ikan teri (Stolephorus sp.) kemudian dikarakterisasi dengan X-Ray Difraction. Hasil uji karakterisasi XRD menunjukan serbuk hidroksiapatit ikan teri memilki karakterisasi hidroksiapatit standard (JCPDS No. 9—432.). Serbuk hidroksiapatit ikan teri (Stolephorus sp.) kemudian dibuat sediaan pasta ix yang dilakukan didalam Laminar air flow untuk menjaga sterilitas sehingga memudahkan aplikasinya dan mencegah adanya kontaminasi pada soket pasca ekstraksi gigi. Pengamatan ekspresi seluler FGF-2 dan TGF-β1 dilakukan dengan menggunakan perawarnaan imunohistokimia. Hasil ekspresi seluler FGF-2 dan TGF-β1 kemudian di analisis dengan menggunakan software Fiji Image raster dalam bentuk luas (%) area positif. Berdasarkan uji Independent t test dan Mann whitney, hasil penelitian menunjukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada ekspresi seluler FGF- 2 antara kelompok kontrol dan perlakuan (p value > 0,05) namun terdapat perbedaan yang bermakna pada ekspresi seluler TGF-β1 hari ke-14 (p value ≤ 0,01). Berdasarkan uji Kruskal wallis dan Pos HOC terdapat penurunan yang bermakna pada variabel FGF-2 pada hari ke-14 pada kelompok kontrol dan perlakuan (p value ≤ 0,05). Sedangkan pada variabel TGF-β1 terdapat penurunan ekspresi seluler pada kelompok perlakuan hari ke-28 (p value ≤ 0,05). Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian pasta hidroksiapatit dari Ikan Teri (Stolephorus sp.) dapat meningkatkan penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi Rattus novergicus melalui peningkatan ekspresi seluler TGF-β1.

English Abstract

Tooth extraction is a dental surgery where a dentist removes a tooth from its socket bone which can cause trauma to the alveolar bone and surrounding soft tissue. Healing wounds after tooth extraction is important to prevent complications of infection, pain, edema, hematoma and dry socket and also has an effect on preserving the alveolar ridge. Wound healing after tooth extraction consists of healing hard tissue and soft tissue including four overlapping phases, namely hemostasis, inflammation, proliferation and remodeling. During the healing process, there will be a release of growth factors, one of which is FGF-2 and TGF- β1. The release of growth factors FGF-2 and TGF-β1 plays a role in regulating tissue repair. FGF-2 plays a role in the proliferation of fibroblasts, epithelium, endothelium, angigenesis processes, and extracellular matrix formation. Meanwhile, TGF-β1 regulates growth, differentiation, adhesion and apoptosis of various types of cells, extracellular matrix production, angiogenesis processes, and differentiation and maturation of osteoblast cells. Hydroxyapatite (Ca10(PO4)6(OH)2 is an inorganic mineral arrange human hard tissue such as bones and teeth. Hydroxyapatite has biocompatible, bioactive, osteoinductive and oxeconductive properties. Hydroxyapatite is a material with high potential in improving the wound healing after tooth extraction. However, due to the high production costs of synthetic hydroxyapatite, it limits the application of HAp on a large scale. Therefore, currently various natural materials are being developed for the synthesis of HAP, one of which is Anchovy (Stolephorus sp). Anchovy (Stolephorus sp) contains high calcium (± 2200 mg /100 grams) and phosphorus (1500 mg/100 grams) where phosphorus is found in the form of phosphate (PO43-) when mixed with water (H2O). The ionic bond between calcium and phosphate produces hydroxyapatite compounds. Due to the calcium and phosphate content in fish anchovies are high, the use of anchovies as a natural source of hydroxyapatite synthesis can be used. This research aims to determine the effect of administering hydroxyapatite paste from anchovies (Stolephorus sp.) on the wound healing process post tooth extraction through cellular expression of FGF-2 and TGF-β1. The research is included in True Experimental Design which is carried out in vivo. The research design is Post Test Only Control Group Design. In this study, two groups, namely the positive control given alveogyl and the treatment given Hydroxyapatite paste (HAp) from anchovies (Stolephorus sp.) in post-extraction tooth sockets were determined randomly. Mice were then sacrificed on days 7, 14, and 28. Synthesis of anchovy hydroxyapatite (Stolephorus sp.) was carried out using the chemical precipitation method because it is the easiest method with the result of regular shaped hydroxyapatite, smaller size, higher purity, lower crystallinity and more porosity. A total of 18.6 grams of anchovy hydroxyapatite powder was produced from 1 kg of wet anchovy. Anchovy (Stolephorus sp.) hydroxyapatite powder was then characterized by X-Ray Difraction. The results of the XRD characterization test show that anchovy hydroxyapatite powder has standard hydroxyapatite characteristics (JCPDS No. 9—432.). Anchovy hydroxyapatite powder (Stolephorus sp.) was then made into a paste which was xi carried out in Laminar air flow to maintain sterility, making application easier and preventing contamination of the socket after tooth extraction. Observation of cellular expression of FGF-2 and TGF-β1 was carried out using immunohistochemical staining. The results of cellular expression of FGF-2 and TGF-β1 were then analyzed using Fiji Image raster software in the form of area (%) of positive area. Based on the Independent t test and Mann Whitney, the results showed that there was no significant difference in cellular expression of FGF-2 between the control and treatment groups (p value > 0.05) and there was a significant difference cellular expression of TGF-β1 on day 14 (p value ≤ 0.01). Based on the Kruskal Wallis and Pos HOC tests, there was a significant decrease in the FGF-2 variable on day 14 in both the control and treatment groups (p value ≤ 0.05). Meanwhile, for the TGF-β1 variable, there was a decrease in cellular expression in the treatment group on day 28 (p value ≤ 0.05). In light of this research, we can infer administration of hydroxyapatite paste from anchovies (Stolephorus sp.) can improve wound healing after Rattus novergicus tooth extraction through increasing cellular expression of TGF-β1.

Item Type:	Thesis (Magister)
Identification Number:	042406
Divisions:	S2/S3 > Magister Ilmu Biomedis, Fakultas Kedokteran
Depositing User:	Unnamed user with username nova
Date Deposited:	26 Sep 2024 07:49
Last Modified:	26 Sep 2024 07:49
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/230986

Text (DALAM MASA EMBARGO) Maulisa Enik Anisa.pdf Restricted to Registered users only Download (9MB)

Actions (login required)

View Item