Rifdatari, Amira and Dr. Ir. Edhy Sudjarwo, MS. and Prof. Dr. Ir. Osfar Sojfjan, M.Sc., IPU., ASEAN Eng. (2024) Evaluasi Perbandingan Selenium Anorganik Dan Organik Sebagai Feed Additive Terhadap Profil Darah Dan Penampilan Produksi Ayam Petelur. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Peternakan merupakan subsektor alternatif pembangunan untuk memperkuat pelaksanaan kebijakan dan program revitalisasi pertanian dalam arti luas. Tujuan utama dari pembangunan peternakan adalah peningkatan Produk Asal Hewan (PAH) yang Aman, Sehat, Utuh, Halal (ASUH). Salah satu andalan dalam sub sektor peternakan di Indonesia dan mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan adalah peternakan unggas. Perkembangan ternak unggas di Indonesia saat ini berjalan sangat pesat di bandingkan dengan ternak lainnya dan salah satunya adalah ayam petelur. Telur yang dihasilkan merupakan hasil ternak yang memiliki nilai gizi tinggi dan lengkap dibandingkan sumber protein hewani lainnya karena kaya akan asam amino, lemak, vitamin dan mineral. Salah satu faktor keberhasilan dalam pemeliharaan ternak unggas khususnya ayam petelur adalah pakan. Pakan yang dikonsumsi dengan kualitas baik akan mendukung peningkatan produktivitas. Penambahan feed additive diharapkan mampu meningkatkan kualitas nutrient dan memperbaiki nilai gizi pada pakan basal. Salah satu upaya meningkatkan produktivitas ternak melalui status kesehatan adalah dengan suplementasi mineral dan vitamin, seperti selenium. Pemberian selenium sebagai feed additive saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak guna meningkatkan produksi dan kekuatan kerabang telur. Terdapat dua bentuk selenium yang dibutuhkan dalam pakan unggas yaitu anorganik dan organik. Keunggulan bahan organik dibandingkan dengan anorganik antara lain memiliki toksisitas rendah, bioavailabilitas yang lebih tinggi, kemampuan mempertahankan Cadangan Se dalam tubuh lebih tinggi karena sebagian besar tidak ikut diekskresikan oleh tubuh, lebih efisien, dan diabsorbsi secara aktif oleh melalui suatu transport asam amino sehingga dapat langsung menyebar keseluruh bagian tubuh. Sedangkan selenium anorganik diabsorbsi secara pasif dimana selama absorbsi berlangsung membutuhkan oksidasi tinggi. Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Anova Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan pemberian selenium anorganik dan organik kemudian dievaluasi perbandingannya sehingga hasil terbaik akan dilanjutkan untuk mendapatkan dosis optimum dalam peningkatan penampilan produksi ayam petelur. Materi penelitian yang digunakan antara lain ayam petelur strain dengan strain Isa Brown umur 60 minggu, selenium anorganik merk dagang Introvit E Selen-WS, selenium organik merk dagang SELEN-OYE produksi PT. Tekad Mandiri Citra, dan pakan basal produksi PT. Malindo Feedmill. Tbk, kode 7605. Data yang didapat pada penelitian lapang dan laboratorium kemudian dilakukan perhitungan data oneway (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2023. Lokasi penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu Kandang pemeliharaan milik Ibu Rimi Hidayati Kecamatan Junrejo Kota Batu, Pengujian profil darah dilakukan di laboratorium riset dan diagnostic Satwa Sehat Indonesia Malang. Uji proksimat pakan dilakukan laboratorium analisa bahan pakan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yaitu pemberian gabungan selenium organik dan anorganik, dilihat dari peningkatan nilai eritorsit, hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel telur serta penurunan leukosit pada ayam petelur. Hal ini disebabkan karena selenium secara umum berfungsi sebagai antioksidan biologis yang melindungi membran seluler dari kerusakan oksidatif dan membersihkan (scavenger) membran dari radikal-radikal bebas. Gabungan selenium anorganik dan organik memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap penampilan produksi ayam petelur meliputi konsumsi pakan, hen day production, FCR dan bobot telur pada ayam petelur. Hal tersebut diduga karena selenium bekerja dengan melindungi membrane seluler magnum sehingga sekresi sel saluran kelenjer berfungsi lebih efektif yang mengakibatkan protein disekresikan kedalam lumen magnum lebih banyak serta menghasilkan putih telur lebih banyak sehingga mempengaruhi bobot telur dan produktivitas. Kesimpulan dari penelitian ini antara lain yaitu profil darah ayam petelur yang meliputi eritrosit, leukosit dan hematokrit tidak ditentukan oleh pemberian selenium sebagai feed addtitif. Peningkatan konsumsi pakan, HDP, dan bobot telur ditentukan oleh pemberian selenium sebagai feed addtitif. Penampilan produksi terbaik pada ayam petelur sebaiknya diberikan selenium anorganik dengan dosis 2500 gram/ ton pakan dan selenium organik 375 gram/ ton pakan.
English Abstract
This research aims to study and evaluate the comparison between inorganic and organic selenium as a feed additive on blood profiles and egg cell numbers as well as production performance in laying hens. The material used was 192 laying hens, consisting of 4 treatments and 6 replications. P0 (-): basal feed, P1: basal feed + organic selenium dose of 150 g/ton. P2: basal feed + inorganic selenium 1000 g/ton. P3: basal feed + organic selenium dose 150 g/ton + inorganic selenium 1000 g/ton. The variables studied included blood profile (hemoglobin, hematocrit, erythrocytes and leukocytes), number of egg cells, production performance (feed consumption, hen day production (HDP), egg weight, feed conversion) and mortality. The data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA), if the results were significantly different then continued with the Duncan's Multiple Distance Test (UJBD). The results showed that administration of selenium showed a significant difference in effect (P<0.05) on hemoglobin, number of egg cells, HDP, egg weight and feed conversion. The difference in effect was not significant (P>0.05) on erythrocytes, leukocytes and hematocrit. The conclusion of this research is that giving a combination of inorganic and organic selenium in basal feed provides the best results because it can improve blood profile values and increase the number of egg cells in laying hens. The best combined dose of inorganic selenium 2500 g/ton and organic selenium 375 g/ton can increase feed consumption, HDP, and egg weight and reduce feed conversion rates in laying hens.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 0424050026 |
Uncontrolled Keywords: | Anorganic, Blood profile, Layer, Organic, Production, Selenium. |
Divisions: | S2/S3 > Magister Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan |
Depositing User: | S Sucipto |
Date Deposited: | 02 Sep 2024 02:25 |
Last Modified: | 02 Sep 2024 02:25 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/229955 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Amira Rifdatari.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |