Dimensi Keberlanjutan Desain Pasif pada Bale Tani Desa Sade Kabupaten Lombok Tengah

Ramadhan, Muhammad Hafizh and Ir. Agung Murti Nugroho, S.T.,M.T., Ph.D. and Dr. Ir. Damayanti Asikin, MT., CIQaR., CIQnR. (2024) Dimensi Keberlanjutan Desain Pasif pada Bale Tani Desa Sade Kabupaten Lombok Tengah. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang luas dengan lebih dari 17.000 pulau, kaya akan keragaman suku bangsa, adat istiadat, bahasa, dan budaya yang tercermin dalam arsitektur dan bangunan tradisional di berbagai kampung adat. Arsitektur vernakular, yang terbentuk sesuai kebutuhan dan tradisi penduduk setempat, menggambarkan adaptasi terhadap lingkungan dan kondisi sosial budaya untuk mencapai keberlanjutan. Globalisasi telah membawa perubahan pada struktur dan tampilan bangunan di kampung adat, mempengaruhi gaya hidup dan perilaku masyarakat. Studi kasus di Desa Sade, Lombok, menunjukkan hubungan erat antara tipologi bangunan dan keberlanjutan, dengan penggunaan material lokal dan desain pasif yang disesuaikan dengan iklim dan topografi setempat. Pendekatan Eco-cultural dalam arsitektur berkelanjutan mengajarkan bahwa praktik bangunan vernakular dapat menjadi pedoman masa depan untuk menghemat sumber daya alam dan menciptakan lingkungan binaan yang harmonis dengan alam. Penelitian tentang Bale Tani di Desa Sade menggunakan teknik Multi Dimensional Scaling (MDS) bertujuan mengidentifikasi strategi dan metode untuk melestarikan warisan arsitektur nenek moyang serta mengembangkan solusi desain inovatif yang responsif terhadap perubahan iklim dan efisiensi energi. Tipologi adalah konsep yang mengelompokkan objek berdasarkan karakteristik dasar yang serupa melalui proses berpikir dan analisis yang meliputi penyelidikan sejarah, pemahaman fungsi, dan pencarian elemen dasar suatu bangunan. Dalam arsitektur, tipologi terkait dengan penciptaan, pemikiran, dan pengetahuan, bertujuan untuk mengklasifikasikan objek berdasarkan struktur formal mereka guna memahami dan mengorganisirnya. Penelitian tipologi menggunakan berbagai pendekatan, termasuk analisis denah, bentuk fisik, karakteristik kualitatif, dan struktur formal, untuk memahami karakteristik arsitektural objek. Dengan pemahaman ini, arsitek dapat merancang bangunan yang lebih responsif terhadap konteks lingkungan dan iklim setempat, seperti mengembangkan teknik desain pasif yang memanfaatkan kondisi alami secara optimal. Unit amatan dan parameter strategi elemen desain pasif pada arsitektur vernakular berdasarkan studi terdahulu dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, orientasi bangunan dengan parameter sisi dinding terluas terlindungi dari sinar matahari. Kedua, selubung atap dengan parameter volume atap yang besar dan warna atap yang cerah serta adanya plafon pada bangunan. Ketiga, selubung dinding dengan parameter tipe bukaan jendela yang berpori atau berkisi, dinding berwarna cerah, dan teritisan sebagai elemen peneduh. Keempat, bukaan jendela dengan parameter bukaan jendela mempunyai ukuran yang sesuai dan peneduh pada bukaan jendela. Kelima, lantai bangunan dengan parameter perbedaan ketinggian lantai pada bangunan. Keenam, tata lingkungan luar dengan parameter tanaman sebagai peneduh dan pengarah aliran udara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik visual dan pendekatan kuantitatif untuk menganalisis desain pasif berkelanjutan dari Bale Tani di Desa Sade. Variabel amatan meliputi orientasi bangunan, selubung atap, selubung dinding, bukaan jendela, lantai bangunan, dan tata lingkungan luar, untuk mengidentifikasi tipologi desain pasif Bale Tani. Pendekatan kuantitatif memeriksa karakteristik fisik bangunan dan mengembangkan Bale Tani dalam tiga dimensi utama: citra visual, tanggap iklim, dan ruang nyaman berhuni. Teknik Multi-Dimensional Scaling (MDS) digunakan untuk menganalisis dampak relatif dari setiap dimensi dan mengurutkan pengaruhnya, sementara aplikasi RAPFISH mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berkontribusi pada keberlanjutan berdasarkan masing-masing dimensi. Hasil evaluasi akan mengidentifikasi elemen-elemen fisik yang membentuk bangunan dan tingkat keberlanjutannya, memberikan wawasan tentang potensi fisik bangunan ini untuk pembelajaran dan pengembangan arsitektur. Hasil penelitian menunjukkan tipologi desain pasif pada Bale Tani di Desa Sade mencakup orientasi bangunan yang mengarah ke utara dan selatan, selubung atap besar dari alang-alang kering tanpa plafon, dan selubung dinding anyaman bambu dengan bukaan jendela vertikal dan horizontal. Lantai bangunannya terbuat dari tanah liat campur kotoran ternak, dengan perbedaan ketinggian untuk membedakan ruang privat. Beberapa Bale Tani memiliki tanaman peneduh di sekitarnya. Meskipun secara umum sesuai dengan prinsip arsitektur vernakular yang tanggap iklim, luas bukaan jendela dan penggunaan plafon masih kurang optimal. Tingkat keberlanjutan desain pasif Bale Tani di Desa Sade dinilai rendah, dengan nilai 47,64%, karena teknologi sederhana dan pengetahuan terbatas pada masa lalu. Dimensi citra visual menunjukkan nilai terendah, yang dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan desain tradisional dan modern. Solusi untuk dimensi tanggap iklim dan ruang nyaman berhuni melibatkan adopsi desain modern yang ramah lingkungan dan budaya xi setempat. Revitalisasi Bale Tani dapat dilakukan dengan mengadopsi kearifan lokal, mempertimbangkan dimensi keberlanjutan multidimensi, dan memadukan elemen tradisional dan modern untuk menciptakan hunian berkelanjutan, nyaman, dan sesuai budaya setempat.

English Abstract

Indonesia, as a vast archipelagic country with more than 17,000 islands, is rich in ethnic diversity, customs, languages and culture which are reflected in the architecture and traditional buildings in various traditional villages. Vernacular architecture, which is formed according to the needs and traditions of local residents, illustrates adaptation to the environment and socio-cultural conditions to achieve sustainability. Globalization has brought changes to the structure and appearance of buildings in traditional villages, influencing people's lifestyles and behavior. A case study in Sade Village, Lombok, shows the close relationship between building typology and sustainability, with the use of local materials and passive design adapted to the local climate and topography. Approach Eco�cultural in sustainable architecture teaches that vernacular building practices can be a future guide for conserving natural resources and creating a built environment in harmony with nature. Research on Bale Tani in Sade Village using techniques Multi Dimensional Scaling (MDS) aims to identify strategies and methods to preserve ancestral architectural heritage and develop innovative design solutions that are responsive to climate change and energy efficiency. Typology is a concept that groups objects based on similar basic characteristics through a thinking and analysis process that includes historical investigation, understanding function, and searching for the basic elements of a building. In architecture, typology is related to creation, thought and knowledge, aiming to classify objects based on their formal structure in order to understand and organize them. Typological research uses a variety of approaches, including analysis of floor plan, physical form, qualitative characteristics, and formal structure, to understand the architectural characteristics of objects. With this understanding, architects can design buildings that are more responsive to the local environmental and climate context, such as developing passive design techniques that make optimal use of natural conditions The unit of observation and strategic parameters for passive design elements in vernacular architecture based on previous studies can be formulated as follows. First, the orientation of the building with the widest side wall parameters protected from sunlight. Second, roof sheathing with large roof volume parameters and bright roof colors as well as a ceiling on the building. Third, wall coverings with window opening type parameters that are porous or lattice, brightly colored walls, and eaves as shading elements. Fourth, window openings with window opening parameters have an appropriate size and shading at the window opening. Fifth, building floors with different floor height parameters in the building. Sixth, arrange the external environment with plant parameters as shade and air flow direction. This research uses a qualitative approach with visual techniques and a quantitative approach to analyze the sustainable passive design of Bale Tani in Sade Village. Observed variables include building orientation, roof sheathing, wall sheathing, window openings, building floors, and external environmental layout, to identify the Bale Tani passive design typology. A quantitative approach examines the physical characteristics of the building and develops Bale Tani in three main dimensions: visual image, climate responsiveness, and livable space. Technique Multi-Dimensional Scaling (MDS) is used to analyze the relative impact of each dimension and rank their influence, while the RAPFISH application identifies the main factors that contribute to sustainability based on each dimension. The evaluation results will identify the physical elements that make up the building and their level of sustainability, providing insight into the physical potential of this building for architectural learning and development. The research results show that the passive design typology of Bale Tani in Sade Village includes a building orientation that faces north and south, a large roof covering made of dry alang-alang without a ceiling, and woven bamboo wall coverings with vertical and horizontal window openings. The floor of the building is made of clay mixed with livestock dung, with differences in height to differentiate private spaces. Some Bale Tani have shade plants around them. Even though it is generally in accordance with the principles of climate�responsive vernacular architecture, the width of window openings and the use of ceilings are still less than optimal. The level of sustainability of Bale Tani's passive design in Sade Village is considered low, with a value of 47.64%, due to simple technology and limited knowledge in the past. The visual image dimension shows the lowest value, which can be improved by integrating traditional and modern designs. Solutions for climate-responsive dimensions and livable spaces involve the adoption of modern designs that are environmentally friendly and local culture friendly. The revitalization of Bale Tani can be done by adopting local wisdom, xiv considering multidimensional dimensions of sustainability, and combining traditional and modern elements to create a residence that is sustainable, comfortable and appropriate to local culture.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: 0424070200
Uncontrolled Keywords: Arsitektur vernakular, desain pasif, keberlanjutan, tipologi, Desa Sade
Divisions: S2/S3 > Magister Arsitektur Lingkungan Binaan, Fakultas Teknik
Depositing User: S Sucipto
Date Deposited: 20 Aug 2024 01:51
Last Modified: 20 Aug 2024 01:51
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/228456
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Hafizh Ramadhan.pdf
Restricted to Registered users only

Download (8MB)

Actions (login required)

View Item View Item