Susanti, Irma and Dr. Sujarwo, SP., MP. and Dr. Ir. Suhartini, MP. (2024) Analisis Efisiensi Teknis, Alokatif Dan Ekonomi Usahatani Tembakau Di Kabupaten Lumajang (Pendekatan Stochastic Frontier Analysis). Ekonomi Pertanian. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tembakau adalah salah satu komoditas perkebunan utama di Indonesia dengan nilai strategis tinggi. Industri tembakau memberikan kontribusi signifikan terhadap aspek sosial ekonomi, termasuk pendapatan negara dari cukai dan devisa, penyediaan lapangan kerja, serta pendapatan bagi petani, buruh, pedagang, dan daerah. Jawa Timur merupakan penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Salah satu daerah penghasil tembakau berkualitas di Jawa Timur adalah Kabupaten Lumajang, di mana tembakau menjadi komoditas penting yang mendukung perekonomian lokal dan menjadi sumber mata pencaharian utama bagi petani. Namun, keberlanjutan usahatani tembakau di Lumajang menghadapi tantangan seperti penurunan produktivitas, fluktuasi harga, kebijakan pemerintah, dan dampak perubahan iklim. Data BPS Lumajang (2022) menunjukkan bahwa produktivitas tembakau pada tahun 2021 hanya 0,56 ton per hektar, terendah dalam tiga tahun terakhir (2019-2021). Penting untuk memiliki informasi mengenai efisiensi penggunaan input produksi dalam usahatani tembakau agar dapat mengurangi inefisiensi dan memaksimalkan produksi, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Penelitian mengenai efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi telah banyak dilakukan di daerah sentra tembakau, namun jarang di Kabupaten Lumajang yang juga memiliki potensi tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau, dan (2) mengetahui tingkat efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis usahatani tembakau di Kabupaten Lumajang, (3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani tembakau di Kabupaten Lumajang. Penelitian secara sengaja dilaksanakan di Kecamatan Tempeh dan Kecamatan Kunir yang merupakan lokasi dengan luas tanam terbesar di Kabupaten Lumajang. Metode simple random sampling digunakan untuk mengambil responden sebanyak 68 orang petani yang mengusahakan tanaman tembakau pada musim tanam tahun 2022. Penentuan besarnya sampel responden ditentukan dengan menggunakan rumus Parel. Metode analisis faktorfaktor yang mempengaruhi produksi tembakau, tingkat efisiensi teknis, dan inefisiensi teknis menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Analisis menggunakan software Frontier 4.1.c. Sedangkan, tingkat efisiensi alokatif dan ekonomi dianalisis dengan menggunakan fungsi biaya dual frontier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi yang signifikan mempengaruhi produksi stochastic frontier pada usahatani tembakau di Kabupaten Lumajang meliputi luas lahan, pupuk P, pupuk K, dan pestisida cair, dengan luas lahan sebagai variabel paling dominan (koefisien 0,999). Rata-rata luas lahan berkisar antara 0,1 hingga 2 ha, dimana semakin luas lahan, semakin tinggi produksi tembakau. Pupuk P dan K memiliki koefisien negatif masingmasing -0,013 dan -0,018 karena penggunaan berlebihan yang menghambat pertumbuhan tanaman, sementara pestisida cair memiliki pengaruh positif (koefisien 0,091). Tingkat efisiensi teknis petani berkisar antara 0,17 hingga 0,94 dengan rata-rata 0,70, dimana 60,29% petani berada di atas rata-rata ini. Efisiensi alokatif rata-rata adalah 0,63, dengan sebagian besar petani (79,12%) berada di bawah 0,70, dan efisiensi ekonomi berkisar antara 0,13 hingga 0,81 dengan mayoritas petani (63,24%) di bawah 0,5. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi inefisiensi teknis termasuk cekaman genangan air (koefisien positif 0,150), kemitraan (koefisien negatif -0,163), dan kepemilikan lahan (koefisien negatif -0,074), menunjukkan bahwa usahatani tembakau yang bebas dari cekaman genangan air, bermitra, dan memiliki lahan sendiri cenderung lebih efisien. Untuk meningkatkan produksi dan efisiensi usahatani tembakau di Kabupaten Lumajang, petani disarankan memaksimalkan penggunaan lahan secara efisien melalui diversifikasi dan rotasi tanaman serta mengurangi penggunaan pupuk P dan K yang berlebihan sesuai dosis yang direkomendasikan dengan pelatihan dan penyuluhan yang intensif. Penggunaan pestisida cair harus dioptimalkan dengan teknik aplikasi yang tepat, sementara pendidikan lebih lanjut diperlukan untuk menyesuaikan penggunaan input dengan harga. Program pelatihan berkelanjutan dan pendampingan aktif dari penyuluh pertanian diperlukan untuk meningkatkan keterampilan petani. Upaya pengelolaan drainase dan pembangunan infrastruktur pengairan yang efektif sangat penting untuk mengatasi cekaman genangan air. Selain itu, kemitraan antara petani dan perusahaan tembakau harus ditingkatkan untuk akses teknologi, modal, dan pasar yang lebih baik. Program yang memfasilitasi kepemilikan lahan bagi petani kecil, seperti kredit atau subsidi untuk pembelian lahan, juga perlu dipertimbangkan. Implementasi saran-saran ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pertanian, dan petani untuk mencapai peningkatan berkelanjutan dalam sektor pertanian tembakau.
English Abstract
Tobacco is one of Indonesia's main plantation commodities with high strategic value. The tobacco industry significantly contributes to the socioeconomic aspects, including state revenue from excise and foreign exchange, job creation, and income for farmers, laborers, traders, and regions. East Java is the largest tobacco producer in Indonesia, with Lumajang Regency being one of the quality tobacco-producing areas in East Java. Tobacco is a vital commodity supporting the local economy and a primary source of livelihood for farmers. However, the sustainability of tobacco farming in Lumajang faces challenges such as declining productivity, price fluctuations, government policies, and climate change impacts. According to BPS Lumajang (2022), tobacco productivity in 2021 was only 0.56 tons per hectare, the lowest in the last three years (2019-2021). Information on the efficiency of input use in tobacco farming is essential to reduce inefficiency and maximize production, ultimately increasing farmers' income. Research on technical, allocative, and economic efficiency has been conducted in major tobacco-growing areas but rarely in Lumajang, which also has high potential. Therefore, this study aims to: (1) identify factors influencing tobacco production, (2) determine the levels of technical, allocative, and economic efficiency of tobacco farming in Lumajang Regency, and (3) identify factors influencing technical inefficiency in tobacco farming in Lumajang Regency. The research was deliberately conducted in Tempeh and Kunir Districts, the largest planting areas in Lumajang Regency. The simple random sampling method was used to select 68 tobacco farmers who planted tobacco in the 2022 planting season. The sample size was determined using the Parel formula. The analysis of factors influencing tobacco production, technical efficiency, and technical inefficiency used the Cobb-Douglas stochastic frontier production function model with the Maximum Likelihood Estimation (MLE) method. The analysis was conducted using Frontier 4.1.c software, while allocative and economic efficiency levels were analyzed using the dual frontier cost function. The results showed that the significant factors influencing stochastic frontier production in tobacco farming in Lumajang Regency include land area, P fertilizer, K fertilizer, and liquid pesticides, with land area being the most dominant variable (coefficient 0.999). The average land area ranges from 0.1 to 2 hectares, where the larger the land area, the higher the tobacco production. P and K fertilizers have negative coefficients of -0.013 and -0.018, respectively, due to excessive use hindering plant growth, while liquid pesticides have a positive effect (coefficient 0.091). Farmers' technical efficiency ranges from 0.17 to 0.94, with an average of 0.70, where 60.29% of farmers are above this average. The average allocative efficiency is 0.63, with most farmers (79.12%) below 0.70, and economic efficiency ranges from 0.13 to 0.81, with the majority of farmers (63.24%) below 0.5. Significant factors influencing technical inefficiency include waterlogging stress (positive coefficient 0.150), partnership (negative coefficient -0.163), and land ownership (negative coefficient -0.074), indicating that tobacco farming free from waterlogging stress, in partnership, and with owned land tends to be more efficient. To improve production and efficiency in tobacco farming in Lumajang Regency, farmers are advised to maximize land use efficiently through diversification and crop rotation, and reduce excessive use of P and K fertilizers according to recommended doses with intensive training and extension. Liquid pesticide use should be optimized with proper application techniques, while further education is needed to adjust input use to prices. Continuous training programs and active agricultural extension support are necessary to enhance farmers' skills. Efforts to manage drainage and build effective irrigation infrastructure are crucial to address waterlogging stress. Additionally, partnerships between farmers and tobacco companies should be enhanced for better access to technology, capital, and markets. Programs facilitating land ownership for small farmers, such as credit or subsidies for land purchase, should also be considered. Implementing these recommendations requires collaboration between the government, agricultural institutions, and farmers to achieve sustainable improvements in the tobacco farming sector.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 042404 |
Divisions: | S2/S3 > Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian |
Depositing User: | Unnamed user with username nova |
Date Deposited: | 04 Oct 2024 02:56 |
Last Modified: | 04 Oct 2024 02:56 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/227722 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Irma Susanti.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |