Kartikasari, Eka Andriani and Hery Toiba, SP., MP., Ph.D. and Dr. Tri Wahyu Nugroho, SP., M.Si. (2024) Analisis Permintaan Konsumsi Food Away From Home (FAFH) Protein Hewani di Provinsi Kalimantan Timur. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Sektor industri adalah salah satu sektor yang sangat erat kaitannya dengan perekonomian negara dalam mencapai taraf pertumbuhan yang berkelanjutan dan menciptakan pendapatan per kapita yang tinggi. Kondisi sosial ekonomi dan demografi masyarakat dapat menentukan gaya hidup dalam pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga. Rumah tangga yang memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang semakin baik akan cenderung mengubah preferensi konsumsi pangannya dengan makanan yang lebih bernutrisi (Mottaleb et al., 2017). Namun kesibukan untuk bekerja mengakibatkan rumah tangga memiliki banyak waktu di luar rumah sehingga tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makanan di rumah dan lebih banyak mengkonsumsi makanan jadi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi rata-rata sebesar 54,28 persen pada total PDB Indonesia, dan pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi mengalami peningkatan selama periode tahun 2015-2019 sebesar 4,5 persen (Badan Pusat Statistik, 2021). Jumlah konsumsi protein total per kapita cenderung meningkat selama tahun 2015-2019 sebesar 3 persen, bahkan sejak tahun 2016 jumlah konsumsi protein berada di atas angka kecukupan protein yang berlaku di Indonesia yaitu 57 gram per orang per hari. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi makanan di luar rumah berperan dalam pemenuhan kecukupan protein bagi masyarakat dan konsumsi makanan di luar rumah menjadi bagian yang penting dari pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga karena terus mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumsi Food Away From Home (FAFH) protein hewani di Provinsi Kalimantan Timur; (2) Menganalisis elastisitas pendapatan dari permintaan konsumsi Food Away From Home (FAFH) protein hewani. Penelitian ini menggunakan 4.530 data rumah tangga yang berupa modul pengeluaran konsumsi makanan jadi protein hewani dan data kor rumah tangga di Provinsi Kalimantan Timur yang diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Maret 2020. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumsi FAFH protein hewani dilakukan menggunakan regresi tobit dengan menggunakan variabel Dummy wilayah tempat tinggal dan status pekerjaan istri. Adapun analisis elastisitas pendapatan dari permintaan konsumsi FAFH protein hewani dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan perilaku konsumsi pangan rumah tangga oleh perubahan pendapatan yang ditinjau dari beberapa tingkat pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang, dan pendapatan tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, dan dummy wilayah tempat tinggal berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan konsumsi Food Away From Home (FAFH) protein hewani di Provinsi Kalimantan Timur. Tingkat pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi dengan kepala rumah tangga yang berpendidikan tinggi mendorong untuk lebih besar pengeluaran konsumsi FAFH protein hewani. Usia kepala rumah tangga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan konsumsi FAFH protein hewani. Namun pada variabel dummy status pekerjaan istri tidak berpengaruh signifikan. Rumah tangga dengan istri yang bekerja maupun tidak bekerja akan lebih memperhatikan untuk keamanan dan kesehatan makanan yang akan dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga. Adapun tingkat pendapatan rumah tangga dengan pendapatan rendah memiliki elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pendapatan menengah dan pendapatan tinggi. Masing-masing tingkat pendapatan memiliki nilai elastisitas sebesar 1.40, 1.36, dan 0.58. Nilai elastisitas yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa komoditas pangan tersebut termasuk dalam barang mewah, namun apabila lebih kecil dari 1 termasuk barang normal. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan : (1) Perlu ditingkatkan pengetahuan kepala rumah tangga terhadap pola konsumsi pangan yang lebih sehat dan bersih sehingga dapat merubah pola konsumsi makan diluar rumah; (2) Diperlukan adanya pengawasan pemerintah pada penyedia jasa makanan atau rumah makan untuk lebih memperhatikan dalam menyediakan makanan yang sehat; (3) Kuantitas dalam pembelian makanan diluar rumah harus terkontrol dan perlu dibatasi dengan memberlakukan pajak pembelian makanan pada rumah makan; (4) Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data primer dalam mengetahui hasil yang lebih spesifik mengenai aktivitas rumah tangga yang melakukan konsumsi Food Away From Home (FAFH) protein hewani.
English Abstract
The industrial sector is one sector that is closely related to the country's economy in achieving sustainable growth levels and creating high per capita income. The socio-economic and demographic conditions of society can determine lifestyle in terms of household food and non-food consumption expenditure. Households that have a better level of economic welfare will tend to change their food consumption preferences to more nutritious foods (Mottaleb et al., 2017). However, being busy with work means that households have a lot of time outside the home so they don't have time to prepare food at home and consume more ready-made food. Household consumption expenditure has an average contribution of 54.28 percent to Indonesia's total GDP, and expenditure on readymade food and beverages increased during the 2015-2019 period by 4.5 percent (Badan Pusat Statistik, 2021). The amount of total protein consumption per capita tends to increase during 2015-2019 by 3 percent, even since 2016 the amount of protein consumption has been above the protein adequacy rate applicable in Indonesia, namely 57 grams per person per day. This indicates that food consumption outside the home plays a role in providing adequate protein for the community and food consumption outside the home is an important part of household food consumption expenditure because it has continued to increase over the last few years. This research aims to: (1) Analyze the factors that influence the demand for Food Away From Home (FAFH) animal protein consumption in East Kalimantan Province; (2) Analyze the income elasticity of demand for Food Away From Home (FAFH) animal protein consumption. This research uses 4,530 household data in animal protein processed food consumption expenditure modules and household core data in East Kalimantan Province obtained from the results of the March 2020 National Socio-Economic Survey (SUSENAS). Analysis of factors that influence demand for animal protein FAFH consumption carried out using Tobit regression using dummy variables for area of residence and wife's employment status. The income elasticity analysis of the demand for animal protein FAFH consumption was carried out to determine how much influence changes in household food consumption behavior have on changes in income in terms of several income levels, namely low income, medium income, and high income. The analysis results show that household income, number of household members, education of the head of the household, and residence area dummy have a positive and significant effect on demand for Food Away From Home (FAFH) consumption of animal protein in East Kalimantan Province. A higher household income level with a highly educated head of household encourages greater spending on FAFH consumption of animal protein. The age of the head of the household has a negative and significant effect on the demand for animal protein FAFH consumption. However, the dummy variable of the wife's employment status has no significant effect. Households with wives who work or do not work will pay more attention to the safety and health of the food consumed by all family members. The income level of households with low income has a higher elasticity than the level of middle income and high income. Each income level has an elasticity value of 1.40, 1.36, and 0.58. An elasticity value greater than 1 indicates that the food commodity is a luxury good, but if it is smaller than 1 it is a normal good. Based on the research results, it is recommended: (1) It is necessary to increase the knowledge of heads of households regarding healthier and cleaner food consumption patterns so that they can change eating consumption patterns outside the home; (2) There is a need for government supervision of food service providers or restaurants to pay more attention to providing healthy food; (3) The quantity of food purchased outside the home must be controlled and needs to be limited by imposing a food purchase tax on restaurants; (4) There is a need for further research using primary data to find out more specific results regarding household activities that consume Food Away From Home (FAFH) animal protein.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | 042404 |
Divisions: | S2/S3 > Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian |
Depositing User: | Unnamed user with username nova |
Date Deposited: | 11 Sep 2024 08:06 |
Last Modified: | 11 Sep 2024 08:06 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/227639 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Eka Andriani Kartikasari.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |